Dijual oleh Ibu dan Kakak tirinya pada seorang CEO dingin demi untuk menebus rumah yang digadaikan oleh Ibu tirinya dan juga melunasi hutang judi Kakak tirinya. Diandra terpaksa menikah dengan laki-laki kejam bernama Erlangga.
CEO yang begitu terkenal dengan prestasi dan begitu diidamkan banyak wanita itu, selalu berlaku semena-mena pada Diandra, terutama saat diatas ranjang.
Diandra terpaksa bertahan, tetapi bukan karena mencintai Erlan, melainkan karena keluarga barunya yang begitu menyambut baik kedatangan Diandra sebagai menantu. Ditambah lagi, dia tidak punya tempat berteduh kecuali rumah suami kejamnya itu.
Akankah Erlan luluh dan mencintai istrinya Diandra saat kekasih Erlangga yang sesungguhnya datang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delis Misroroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bahagia Di Puncak
"Kita mau jalan-jalan kemana, Mas?" tanya Diandra yang merasa sudah naik mobil cukup lama, tetapi tidak juga sampai ke tempat tujuan. Selama ini dia tidak pernah bisa merasakan jalan-jalan atau hanya sekedar makan malam di luar. Diandra hanya tahu tentang bebersih rumah dan masak. Bahkan untuk sekedar menonton televisi saja dia jarang sekali.
"Ke puncak, Sayang. Udara dan pemandangan disana kamu pasti suka," jawab Erlan seraya mengusap ujung kepala Diandra walaupun fokus mengemudi.
Perjalanan menuju puncak memakan waktu hampir tiga jam hingga Erlan pun tiba di villa miliknya sendiri. Begitu turun dari mobil, Diandra benar-benar takjub dengan pemandangan yang seolah menghipnotis dirinya.
Diandra memejamkan mata dengan kedua tangan yang terlentang dan senyum lebar untuk menikmati hembusan angin segar yang menerpa wajahnya. Dia pun menghirup udara itu dengan penuh penjiwaan. Diandra begitu menikmati udara yang amat segar seolah baru saja keluar dari penjara.
Erlan begitu gemas melihat wajah polos istrinya itu. Apalagi senyuman manis Diandra benar-benar membangkitkan hasratnya. "Aduh ... tahan! Belum waktunya. Aku harus membuat istriku senang terlebih dahulu," batin Erlan kemudian menghampiri Diandra dan memeluknya dari belakang. "Gimana? Kamu suka, Sayang?" bisik Erlan membuat Diandra langsung memutar tubuhnya kemudian memeluk Erlan.
"Suka banget, Mas. Aku belum pernah ke tempat sebagus ini. Makasih ya, Mas!" jawab Diandra dalam pelukan Erlan.
"Iya, Sayang." Erlan pun mencium kepala Diandra. Mendapatkan perlakuan lembut itu, Diandra pun mendongak dan berinisiatif untuk memberikan kecupan singkat di bibir Erlan walaupun sedikit berjinjit. "Apa ini?" tanya Erlan meminta maksud dari kecupan singkat Diandra.
"Tanda terima kasih, Mas," jawab Diandra masih dengan senyuman manisnya.
"Gila ... aku benar-benar bisa gila kalau pesona Diandra seperti ini," batin Erlan dan merasa ada yang meronta ingin keluar dari sarangnya.
"Terus ... kita mau kemana, Mas?" tanya Diandra masih dengan posisi yang sama. Erlan pun melepaskan pelukannya dan mencoba mengatur nafas untuk menekan hasratnya.
"Em, kita keliling dulu yuk? Jalan-jalan aja, kamu nikmati suasananya. Kalau kamu suka, kita bisa tinggal berdua disini. Villa ini milikku dan milikmu juga." Erlan pun menggenggam tangan Diandra dan mengajaknya berjalan untuk menikmati suasana di sekitar Villanya. Namun ternyata Diandra cukup tertarik dengan beberapa kerumunan orang-orang yang terlihat begitu asik.
"Mas, aku juga mau coba itu dong,"
"Mas, aku mau jagung bakar juga,"
"Mas, naik sepeda asik kayaknya, mau ajarin aku?"
"Mas, naik itu kayaknya asik, aku juga mau,"
"Mas, disana pemandangan bagus banget, ayo kita adu lari siapa yang sampai sana duluan harus menuruti apa pun keinginannya,"
Membahagiakan Diandra ternyata sangat mudah bagi Erlan. Hanya hal kecil saja sudah bisa membuatnya tersenyum dan tertawa. Erlan benar-benar tidak pernah merasakan hal semenarik hari ini saat bersama Cherin. Tentu saja tidak ada yang menarik karena yang dia lakukan hanya tidur berdua atau menemani Cherin pemotretan dan shopping di mall dengan belanja barang-barang branded.
Seumur-umur Erlan juga tidak pernah berlarian dengan tawa bahagia seperti saat bersama Diandra. Erlan tentu tidak mau kalah dari Diandra dan terus mengejarnya agar dia mau menuruti kemauan Erlan.
"Yess! Aku menang! Hore ... aku menang ....." Sorak gembira Erlan seraya meloncat-loncat kegirangan karena memang lomba lari dengan Diandra.
"Kamu curang, Mas! Masa kamu narik tangan aku dan gelitikin aku, kan aku jadi lemes," protes Diandra sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.
"Enak aja curang! Kamu aja yang larinya kayak kura-kura dan aku kayak kelinci," jawab Erlan tidak mau disalahkan walau pada kenyataannya memang dia melakukan itu agar Diandra kalah darinya.
"Tapi kelinci pernah kalah lomba lari dari kura-kura. Kamu aja curang," kata Diandra masih tidak terima atas kekalahannya.
"Terserah, asal aku udah menang dan sesuai dengan kesepakatan kita yang kalah bakal nurutin apa pun kemauan yang menang," ucap Erlan dengan bangganya.
"Iya, terserah kamu, Mas. Aku harus suportif dong. Memang kamu mau apa?" jawab Diandra yang kini mengalihkan pandangannya menatap jauh ke depan dengan warna hijau yang begitu menenangkan.
Erlan tidak langsung menjawab dan kembali memeluk Diandra dari belakang seraya mencium lehernya. "Aku mau kamu dan aku hidup bahagia selamanya dan punya banyak anak," bisik Erlan membuat jantung Diandra seolah berhenti berdetak. "Aku mencintaimu Diandra, sangat mencintaimu, Sayangku," ucap Erlan lagi hingga membuat Diandra merasakan gelenjar aneh yang mengalir ditubuhnya.
Rasa yang semakin bergejolak membuat Erlan benar-benar tidak bisa menahannya lagi. Erlan segera membalikkan tubuh istrinya yang sejak tadi mematung kemudian mendorong perlahan tubuh itu hingga menabrak sebuah pohon besar. Tanpa pikir panjang atau pun peduli dengan sekitar, Erlan menyambar bibir Diandra dan menyesapnya dengan begitu lembut.
Cukup lama Erlan bermain mulut bahkan bertukar saliva dengan Diandra hingga tubuhnya benar-benar sudah sangat panas. "Mas, takut ada yang lihat. Nanti dikira kita mesumm," kata Diandra mendorong pelan tubuh Erlan agar menyudahi ciuman panas mereka.
"Kita balik ke villa yuk? Udah hampir sore juga," jawab Erlan masih dengan suara manjanya.
"Mau liat sunset dulu, boleh?" pinta Diandra memelas.
"Aku nggak bisa nahan lebih lama lagi, Sayang. Maaf!" jawab Erlan semakin bernada rendah.
"Baiklah. Kapan-kapan ajak aku liat sunset dan sunrise ya, Mas?" pinta Diandra lagi dan Erlan pun mengangguk. Beberapa saat kemudian, mobil jemputan mereka telah tiba karena sebelum Erlan berlari, dia mengirim pesan pada Mang Soleh penunggu villanya untuk menjemput.
...***...
Tiba di Villa, Erlan segera mengajak Diandra masuk ke dalam kamar. Hasratnya sudah tidak bisa dibendung lagi dan segera Erlan menjatuhkan tubuh Diandra di atas tempat tidur. "Aku menginginkanmu sejak kita mandi bersama. Kamu tau, aku harus menahannya dan itu sangat menyakitkan. Kali ini aku benar-benar nggak bisa tahan lagi, Sayang." Erlan pun segera melepaskan semua pakaiannya tanpa sisa hingga benda pusakanya terlihat berdiri dengan sempurna.
Bukan hanya membuka bajunya saja, tetapi tanpa menunggu persetujuan, Erlan juga dengan cepat melepaskan pakaian Diandra lalu menyambar mulutnya dan meremass lembut kedua gundukan kembar milik Diandra.
"Emh!" desahh Diandra membuat Erlan semakin menjadi dan melahap dua gundukan kembar milik Diandra secara bergantian. "Ah ... Mas!"
"Iya, Sayang! Aku nggak akan melewatkan satu inci pun tubuh kamu ini." Erlan kembali dengan aktivitasnya hingga benda berkepala jamur itu masuk pada bagian inti Diandra. "Ah ... kamu menjepit ku, Sayang. Kenapa selalu seenak ini, ah!" racau Erlan yang sudah tergila-gila dengan tubuh Diandra.
........
𝐤𝐥𝐨 𝐚𝐪 𝐝𝐥𝐮 𝐡𝐛𝐬 𝐤𝐮𝐫𝐞𝐭 𝐭𝐝𝐤 𝐛𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐡𝐦𝐥 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐥 𝟑𝐛𝐥𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚
𝐲𝐠 𝐩𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐤𝐫𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐞𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐪 𝐠𝐤 𝐧𝐠𝐫𝐭𝐢 𝐤𝐥𝐨 𝐡𝐦𝐥 𝐦𝐮𝐝𝐚 𝐭𝐮 𝐠𝐤 𝐛𝐥𝐡 𝐤𝐞𝐜𝐚𝐩𝐞𝐚𝐧 𝐚𝐩𝐚𝐥𝐠𝐢 𝐮𝐬𝐢𝐪𝐮 𝐣𝐠 𝐦𝐬𝐡 𝐦𝐮𝐝𝐚
𝐲𝐠 𝐤𝐞 𝟐 𝐚𝐝𝐚 𝐦𝐢𝐨𝐦𝐚 𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐣𝐞𝐧𝐢𝐬 𝐤𝐢𝐬𝐭𝐚
𝐲𝐠 𝐤𝐞 𝟑 𝐛𝐥𝐢𝐧𝐝 𝐨𝐯𝐮𝐦 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐣𝐚𝐧𝐢𝐧 𝐭𝐝𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐝 𝐝𝐢 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐪𝐮 𝐡𝐧𝐲 𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐧𝐭𝐨𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐲𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐢𝐫 𝐤𝐞𝐭𝐮𝐛𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚