Sebuah kota kecil bernama Reynhaven, seorang pria ditemukan tewas di rumahnya, tepat lima menit sebelum tengah malam. Di pergelangan tangannya, ada tanda seperti lingkaran berwarna hitam yang terlihat seperti dibakar ke kulitnya. Polisi bingung, karena tidak ada tanda-tanda perlawanan atau masuk secara paksa. Ini adalah korban kedua dalam seminggu, hingga hal ini mulai membuat seluruh kota gempar dan mulai khawatir akan diri mereka.
Di lain sisi, Naya Vellin, seorang mantan detektif, hidup dalam keterasingan setelah sebuah kasus yang ia ambil telah gagal tiga tahun lalu hingga membuatnya merasa bersalah. Ketika kasus pembunuhan ini muncul, kepala kepolisian memohon pada Naya untuk kembali bekerja sama, karena keahliannya sangat diperlukan dalam kasus ini. Awalnya ia sangat ragu, hingga akhirnya ia pun menyetujuinya. Akan tetapi, dia tidak tahu bahwa kasus ini akan mengungkit masa lalunya yang telah lama dia coba lupakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Wahida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penemuan Rahasia Jonas
Tiga tahun telah berlalu sejak kebakaran hebat yang melahap gedung proyek Astra Land. Di malam tragedi itu, banyak nyawa yang melayang, termasuk Jonas Grayson, seorang wartawan investigasi yang menyamar sebagai pekerja konstruksi. Berita tentang kematian Jonas hanya menjadi catatan kecil di surat kabar, tenggelam di antara laporan tentang kebakaran itu sebagai kecelakaan kerja biasa.
Namun, bagi Naya Vellin, seorang detektif yang pernah menjadi rekan kerja Jonas, malam itu adalah awal dari kehancuran hidupnya. Tidak hanya ia kehilangan sahabat terdekatnya, tetapi ia juga kehilangan kesempatan untuk menyelesaikan kasus besar yang mereka kerjakan bersama. Sebuah kasus yang melibatkan proyek Astra Land dan kecurigaan adanya jaringan perdagangan manusia serta senjata internasional di baliknya.
Selama tiga tahun, Naya tidak pernah benar-benar bisa melupakan Jonas. Kenangan tentang mereka berdua duduk bersama di apartemen Jonas, menumpuk dokumen, dan menyusun strategi untuk mengungkap kebenaran terus menghantuinya. Semakin ia mencoba melupakannya, semakin kuat rasa bersalah itu menggerogoti dirinya. Ia merasa telah gagal, bukan hanya kepada Jonas, tetapi juga kepada semua korban kejahatan yang tidak sempat mereka selamatkan.
Malam itu, tanpa alasan yang jelas, Naya mendapati dirinya berdiri di depan pintu apartemen Jonas. Apartemen itu sudah lama kosong, tetapi pemilik gedung tidak pernah menyewakannya lagi. Seolah-olah tempat itu adalah sebuah monumen bisu bagi pria yang pernah tinggal di sana.
Angin malam yang dingin membuat tubuhnya menggigil, tetapi ia tidak peduli. Tangannya gemetar ketika ia memutar kunci cadangan yang masih ia simpan. Pintu itu berderit ketika terbuka, memperlihatkan ruangan yang gelap dan penuh debu.
Lampu gantung di langit-langit tidak menyala. Naya menghidupkan senter kecil yang ia bawa, menyapu cahaya ke seluruh ruangan. Semuanya tampak sama seperti tiga tahun lalu. Buku-buku Jonas masih tertata di rak, papan gabus di dinding masih penuh dengan foto-foto, catatan, dan peta proyek Astra Land yang kini sudah menjadi reruntuhan.
Di sudut ruangan, meja kerja Jonas tampak sunyi. Naya berjalan mendekat dan mengusap debu dari permukaan meja itu. Di sana ada cangkir kopi yang pecah di bagian tepi, bekas sidik jari Jonas masih tampak samar di permukaannya.
Tiga tahun lalu, hanya beberapa hari setelah kebakaran di Astra Land, Naya berdiri di kantor ketua detektifnya, Owen, sambil menatapnya dengan tatapan penuh rasa bersalah dan kemarahan.
"Kau tahu, Senior!" Naya mendesis, suaranya penuh emosi.
"Kau tahu Jonas menyamar, dan kau tidak memberitahuku. Kau bahkan tidak memperingatkanku tentang rencananya. Kenapa?"
Owen, duduk di balik mejanya, wajahnya tampak lebih lelah dari biasanya. Ia menghela napas panjang sebelum menjawab, "Jonas memintaku untuk tidak memberitahumu."
Kalimat itu membuat Naya membeku. "Apa?"
"Dia tahu risiko yang dia ambil, Naya," lanjut Owen.
"Dia tahu kau akan mencoba menghentikannya. Kau tahu bagaimana Jonas, bukan? Ketika dia sudah memutuskan sesuatu, tidak ada yang bisa mengubah pikirannya."
Naya menggertakkan giginya. Air mata menggenang di matanya, tetapi ia menahannya. "Kau seharusnya tetap memberitahuku. Aku bisa membantunya. Aku bisa—"
"Dan kau mungkin akan ikut mati bersamanya," potong Owen tajam.
"Jonas tahu apa yang dia lakukan. Dia tidak ingin kau terlibat lebih dalam karena dia tahu ini berbahaya."
Naya tidak bisa berkata-kata. Dadanya sesak oleh emosi yang bercampur aduk antara rasa marah, kecewa, dan kehilangan. Ia mengingat malam-malam ketika Jonas mulai bertingkah aneh, lebih pendiam dari biasanya, sering menghilang tanpa memberi tahu ke mana. Saat itu, ia pikir Jonas hanya sedang tertekan oleh pekerjaannya. Ternyata, pria itu sedang menjalani misi yang jauh lebih besar daripada yang ia duga.
"Dia percaya padamu, Naya," kata Owen akhirnya, suaranya melembut.
"Dia percaya bahwa kalau sesuatu terjadi padanya, kau akan melanjutkan apa yang dia mulai."
Kenangan itu menghantui Naya setiap kali ia teringat Jonas. Dan malam ini, di apartemen yang kini penuh debu itu, ia merasa beban tersebut kembali menghimpitnya.
Lampu senter kecil yang ia bawa menyapu ruangan, menerangi papan gabus besar yang masih tergantung di dinding. Foto-foto, catatan, dan peta proyek Astra Land tetap terpajang di sana, seperti monumen bisu dari investigasi terakhir Jonas.
Naya membuka laci meja Jonas, berharap menemukan sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya dari kenangan itu. Di dalamnya, ia menemukan tumpukan kertas yang tampaknya merupakan draft artikel dan catatan investigasi. Namun, di bawah tumpukan itu, ia menemukan sebuah jurnal bersampul kulit cokelat.
Jurnal itu terkunci, tetapi kunci kecilnya masih tergantung di tali pengikat. Naya membuka jurnal itu dengan hati-hati. Halaman pertama berisi tulisan tangan Jonas yang rapi:
"Untuk Naya. Jika sesuatu terjadi padaku, aku berharap ini sampai ke tanganmu. Jangan biarkan mereka menang."
Naya menahan napas. Ia membalik halaman berikutnya dan mulai membaca.
Jurnal itu berisi detail tentang penyelidikan Jonas selama menyamar di proyek Astra Land. Setiap halaman dipenuhi dengan catatan, diagram, dan sketsa. Jonas mencatat bagaimana proyek itu digunakan sebagai kedok untuk mencuci uang dari perdagangan manusia dan senjata.
Salah satu bagian yang membuat Naya terkejut adalah tentang ruang bawah tanah rahasia yang dibangun di lokasi proyek. Jonas mencatat bahwa ruang itu dirancang untuk menyimpan senjata ilegal dan manusia yang akan diselundupkan.
Namun, bagian terakhir adalah yang paling menghancurkan hati Naya.
"Aku sudah tahu mereka mencurigai keberadaan ku. Aku melihat seorang pria bersenjata di lokasi tadi malam. Jika aku tidak kembali, tolong jaga jurnal ini. Ini bukan hanya tentang aku. Ini tentang semua orang yang menjadi korban kejahatan mereka. Aku percaya padamu, Naya."
Air mata mengalir di pipi Naya. Selama ini, Jonas tahu risikonya, tetapi ia tetap maju. Dan sekarang, ia telah meninggalkan kebenaran ini untuknya.
Naya memejamkan matanya, mencoba mengendalikan emosi yang bergejolak di dalam dirinya. Jonas tahu risikonya, tetapi ia tetap maju. Dan sekarang, jurnal itu ada di tangannya, seperti pesan dari masa lalu yang memanggilnya untuk menyelesaikan apa yang Jonas mulai.
Saat Naya menutup jurnal itu, ia mendengar suara sesuatu jatuh dari antara halaman. Sebuah flash drive kecil tergelincir ke lantai. Ia mengambilnya dengan hati-hati dan memasukkannya ke dalam sakunya.
“Naya, apa yang akan kau lakukan sekarang?” bisiknya pada dirinya sendiri.
Ia tahu jawabannya. Jonas mungkin sudah tiada, tetapi kebenaran yang ia temukan masih hidup. Dan Naya tidak akan membiarkan pengorbanan sahabatnya sia-sia.
Naya meninggalkan apartemen Jonas dengan jurnal dan flash drive di tangannya. Hati dan pikirannya penuh dengan tekad baru. Di luar, angin malam berembus lembut, seolah membisikkan pesan Jonas kepadanya.
"Kau bisa menyelesaikan ini, Naya. Aku percaya padamu."
Namun, Naya tahu, perjuangan ini baru saja dimulai. Rahasia Jonas yang terkubur di antara puing-puing Astra Land adalah kunci untuk menjatuhkan mereka yang telah merenggut nyawa sahabatnya dan ia tidak akan berhenti sampai kebenaran terungkap.
Ia juga tahu apa yang harus ia lakukan. Rahasia yang Jonas tinggalkan tidak boleh terkubur. Namun, ia juga tahu bahwa melangkah lebih jauh berarti menghadapi bahaya yang sama dengan yang merenggut nyawa Jonas.
Naya menghela napas panjang. "Jonas, kalau ini jalan yang harus ku lalui, aku akan melakukannya. Demi kebenaran, demi dirimu."
...To be continue ...