NovelToon NovelToon
Endless Shadows

Endless Shadows

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Menyembunyikan Identitas / Slice of Life / Kultivasi Modern
Popularitas:236
Nilai: 5
Nama Author: M.Yusuf.A.M.A.S

Bayangan gelap menyelimuti dirinya, mengalir tanpa batas, mengisi setiap sudut jiwa dengan amarah yang membara. Rasa kehilangan yang mendalam berubah menjadi tekad yang tak tergoyahkan. Dendam yang mencekam memaksanya untuk mencari keadilan, untuk membayar setiap tetes darah yang telah tumpah. Darah dibayar dengan darah, nyawa dibayar dengan nyawa. Namun, dalam perjalanan itu, ia mulai bertanya-tanya: Apakah balas dendam benar-benar bisa mengisi kekosongan yang ditinggalkan? Ataukah justru akan menghancurkannya lebih dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.Yusuf.A.M.A.S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jejak Kegelapan

Malam itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Jumat malamyang seharusnya tenang justru membawa ketegangan yang tidak biasa di taman tempat Ryan sering berlatih. Langit gelap tanpa bintang, dan hanya angin yang terdengar berbisik di antara pepohonan.

Ryan berdiri di tengah dimensi bayangan yang pekat, di mana langit dan tanah tak dapat dibedakan. Udara di sekelilingnya terasa berat, seperti menekan tubuhnya dengan beban tak terlihat. Di depannya, sosok kegelapan dirinya sendiri berdiri dengan mata merah menyala dan senyum dingin yang penuh ejekan.

“Apa yang akan kau lakukan sekarang, Ryan?” tanya sosok itu, suaranya menggema seperti ribuan bisikan yang bersatu. “Kau pikir bisa melindungi Elma? Kau bahkan tidak bisa melawan aku."

Ryan mengepalkan tangannya, tetapi ia tidak segera menyerang. Ia tahu bahwa melawan sosok ini bukan hanya pertarungan fisik; ini adalah ujian terhadap siapa dirinya sebenarnya. Bayangan itu melangkah maju, setiap langkahnya meninggalkan jejak gelap yang mengalir seperti tinta di udara.

“Aku adalah kegelapanmu,” lanjut sosok itu. “Aku adalah bagian dari dirimu yang kau tolak. Jika kau tidak bisa menerimaku, bagaimana kau berharap untuk melawan Hery?”

Ryan terdiam, mencoba memahami kata-kata itu. Sosok itu melesat ke arahnya dengan kecepatan yang sulit dipercaya, menyerangnya dengan bilah bayangan yang muncul dari tangannya. Ryan nyaris tidak sempat mengangkat perisai yang terbuat dari bayangan untuk menahan serangan itu.

“Kau terlalu lambat,” ejek sosok itu, menyerang lagi dengan kekuatan yang lebih besar. Perisai Ryan retak, dan dia terhuyung mundur.

Namun, saat Ryan hampir jatuh, suara Elma tiba-tiba bergema di pikirannya: *"Kegelapan tidak membuatmu hilang, Ryan. Kau yang memutuskan siapa dirimu."

Kata-kata itu memberikan Ryan kekuatan baru. Ia berdiri tegak, mengarahkan pandangannya pada sosok kegelapan di depannya. “Kau benar,” katanya pelan. “Kau adalah bagian dari diriku. Tapi aku memutuskan bagaimana aku menggunakan kekuatan ini.”

Ryan menggerakkan tangannya, mengarahkan bayangan di sekitarnya untuk menyatu dengan perisainya, memperkuatnya. Kali ini, ia tidak hanya bertahan; ia menyerang balik. Bilah bayangan muncul dari tangannya, menghantam sosok kegelapan itu dengan kekuatan yang membuat dimensi itu bergetar.

Namun, bayangan itu hanya tertawa. Serangan Ryan tidak cukup untuk mengalahkannya. Sosok itu membalas dengan serangan bertubi-tubi, mencabik tubuh Ryan hingga luka memenuhi kulitnya. Napas Ryan semakin berat, dan darah mengalir di tangannya.

“Kau lemah, Ryan. Kau tidak layak memiliki kekuatan ini,” kata bayangan itu, menghantam Ryan hingga ia terjatuh ke tanah.

Ryan mencoba bangkit, tetapi tubuhnya tidak mau bergerak. Kegelapan di sekitarnya mulai menyelimuti dirinya, membuatnya hampir tenggelam. Tepat saat bayangan itu akan memberikan serangan terakhir, suara pria berjubah hitam menggema di udara.

“Cukup.”

Bayangan itu berhenti, lalu memudar perlahan. Pria berjubah hitam muncul dari balik bayangan, mendekati Ryan yang terkapar. Ia mengangkat tubuh Ryan yang hampir sekarat dengan satu gerakan tangan.

“Kau belum siap untuk menghadapi dirimu sendiri sepenuhnya, Ryan. Tapi kau sudah cukup belajar untuk malam ini,” katanya pelan.

Pria itu membuka portal bayangan dan membawa Ryan keluar dari dimensi tersebut. Ketika Ryan membuka matanya sebentar, ia menyadari bahwa ia berada di taman biasa tempatnya sering berlatih. Tubuhnya dipenuhi luka, darah menetes dari sudut bibirnya. Pria berjubah hitam mengangkat tangannya, hendak menyembuhkan luka Ryan, tetapi langkah seseorang terdengar dari kejauhan.

Di sisi lain taman, Elma sedang menyelesaikan latihannya bersama wanita berjubah putih. Cahaya dari lentera kecil di tangannya memendar lembut, mengusir bayangan di sekitarnya. Wanita itu mengangguk puas.

“Kau sudah mulai menguasai dasar kekuatan ini, Elma,” katanya. “Tapi ingat, ini baru permulaan. Cahaya ini harus kau kendalikan sepenuhnya sebelum waktunya tiba.”

Elma mengangguk, meskipun ia merasa lelah. Ketika wanita berjubah putih berpamitan dan menghilang ke dalam kegelapan, Elma bersiap untuk pulang. Namun, saat ia melangkah melewati bagian gelap taman, matanya menangkap bayangan seseorang yang tergeletak di tanah. Ketika ia mendekat, wajahnya berubah pucat.

“Ryan?” gumamnya, mempercepat langkahnya.

Pria berjubah hitam menatap Ryan sejenak, lalu mundur ke dalam bayangan. “Kita akan bertemu lagi, Ryan. Tapi untuk saat ini, kau harus menghadapi jalanmu sendiri,” katanya sebelum menghilang.

Elma berlari mendekat, terkejut melihat kondisi Ryan yang pingsan dengan luka di seluruh tubuhnya. “Ryan! Apa yang terjadi padamu?” serunya, suaranya bergetar.

Ia mencoba menggunakan kekuatan cahayanyauntuk menyembuhkan luka Ryan, tetapi lukanya terlalu parah. “Tolong bertahan, Ryan. Aku akan menyelamatkanmu,” bisiknya.

Dari kejauhan, wanita berjubah putih memperhatikan dengan tenang. Ia mengangkat tangannya, dan cahaya lembut dari Elma bertambah terang, mempercepat proses penyembuhan. Luka-luka Ryan mulai menutup, meskipun tubuhnya masih lemah.

“Kau sudah melakukan yang terbaik, Elma,” gumam wanita itu dari jauh. Ia melambaikan tangannya, memindahkan Ryan dan Elma ke depan rumah Ryan dalam sekejap.

Ketika Elma membuka matanya lagi, mereka sudah berada di depan pintu rumah Ryan. Ia mengatur napas, memastikan Ryan masih hidup. “Kau akan baik-baik saja, Ryan. Aku berjanji akan menjagamu,” katanya, menggenggam tangan Ryan erat-erat.

Setelah memastikan Ryan aman, Elma mengetuk pintu rumah Ryan dengan panik. Ibu Ryan membukakan pintu, wajahnya berubah tegang saat melihat kondisi putranya. “Ryan! Apa yang terjadi?”

“Saya menemukannya terluka di taman,” kata Elma dengan suara gemetar. “Kita harus membawanya masuk dan merawatnya sekarang.”

Bersama-sama, mereka membawa Ryan ke dalam rumah. Ibu Ryan segera merawatnya dengan hati-hati, sementara Elma tetap di sisi Ryan, matanya penuh kekhawatiran. Di luar, wanita berjubah putih memperhatikan dari bayangan, senyum tipis menghiasi wajahnya sebelum ia menghilang tanpa jejak.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!