Felisberta Divya Deolinda gadis pemalas dan putri kesayangan keluarganya, Naumi sebagai seorang sahabat selalu membantu dia dalam pelajaran. Sampai suatu hari terjadi kecelakan dan membuat Feli koma, saat terbangun dia terkejut mendapatkan dirinya ada di dalam novel yang selalu dibacanya berjudul ‘Bos Mafia Muda’. Pemeran utama wanita di novel itu bernama Shanaya, dalam cerita Shanaya berakhir menyedihkan. Feli menjadi Shanaya dan menjadi istri dari Bos Mafia Muda itu yang bernama Shankara Pramudya Anggara. Di usia yang masih muda Shankara bisa menaklukkan semua Mafia yang ada di Negaranya, sosok laki-laki itu ditakuti semua orang tidak ada siapa pun yang berani menentang maupun melawannya karena itu Shankara Pramudya Anggara dikenal sebagai Bos dari semua Mafia yang ada di Negaranya atau di sebut Bos Mafia Muda. Alur ceritanya berubah seiring waktu setelah Feli menjalankan kehidupannya bersama Shankara.
@KaryaSB026
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibela26 Siyoon93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
“Sengaja atau apa ?” menekan Feli ke pintu toilet.
“Dia cemburu ?” bukannya takut Feli malah senang melihat kecemburuan Shankara.
“Hanya sekedar niat baik, dia sudah beberapa kali menyelamatkanku tentu nya aku harus membalas kebaikannya. Dulu saat kita menikah kamu meninggalkan aku di parkiran kalau bukan karena dia mungkin aku tidak ada disini bersamamu, saat dipantai kaki ku terkilir dia yang menolongku jika tidak aku mungkin masih belum bisa berjalan.”
“Orang yang menolong mu di parkiran itu Khara ?” Shankara melepaskan Feli.
“Hemn.”
“Apa sebenarnya rencana dia ?”
“Jangan salah paham Khara bukan pelaku nya, dia hanya dijadikan kambing hitam.”
“Bagaimana kamu tau ?”
“Dia datang di sisi berbeda, dari ekspresinya saat itu terlihat sangat terkejut melihat kejadian nya. Selain itu dari matanya sangat jelas dia tidak tanggung menghajar mereka sampai babak belur.”
“Kenapa kamu begitu yakin ?”
“Karena aku ada di lokasi saat itu, kalau dugaanku salah mana mungkin bisa seyakin ini mengatakannya padamu.”
“Yang dia katakana ada benarnya,” gumam Shankara.
“Dia bukan pelakunya lalu siapa pelaku sebenarnya ?”
“Yang jelas pelaku utamanya belum pernah secara langsung musuhan denganmu.”
Ekspresi Shankara bingung “Maksudnya dia adalah lawan berkedok kawan.”
“Orang-orang di sekitarku tidak bisa di percaya.”
“Benar mereka bisa menusuk dari belakang, mengetahui kemampuan dan kekuasaanmu mereka tidak akan berani menyerang langsung.”
“Aku harus menyelidiki masalah ini.”
“Mereka sudah menunggu sebaiknya kita segera kembali.”
Shankara mencegah Feli membuka pintu “Tidak !!”
“Aku tidak akan membuatmu kesal atau pun cemburu lagi.”
“Siapa yang cemburu.”
“Oh tidak mau mengakui yah ?”
Shankara membuka pintu lalu pergi lebih dulu “Sengaja membawanya kemari untuk memberitahu masalah ini agar dia lebih waspada malah mendapatkan hal menguntungkan lainnya, aku jadi tau ternyata seorang Mafia besar bisa cemburu.”
“Lambat,” Shankara menunggu Feli di luar.
“Kirain tega meninggalkan ku sendirian.”
“Terlalu banyak orang, mereka bisa saja menculik mu.”
“Tunggu !”
“Ada apa ?”
“Tolong berhati-hati lah !”
“Hemn tentu,” menggandeng tangannya.
Shankara pun merasakan ada yang di tidak beres, memberi kode ke anak buahnya untuk waspada.
“Bos memberi perintah,” anak buahnya berbisik ke salah satu temannya agar memperhatikan setiap gerak gerik orang-orang yang ada disana.
“Menurut alur cerita novel acara lelang ini lah yang menciptakan rasa sakit terbesar dalam hidupnya, dia mengorbankan nyawanya untuk Shankara tapi dia tidak melihat itu malah berpaling mencari wanita lain yang tidak bukan adalah Hera. Tragedi besar yang terjadi membuat banyak orang terluka bahkan Raymond dan Dika, perebutan kekuasan membutakan mereka tidak ada kemanusian di hati dan pikiran mereka.”
“Dimana Bos ?” tanya Ciptro yang baru datang bersama Clone.
“Kalian terlambat,” jawab Dikro.
“Ada kecelakaan kecil di perjalanan.”
“Dimana Eko dari tadi dia tidak terlihat ?” tanya Clone.
“Tuan Dikro tadi Tuan Eko berpesan akan datang terlambat karena ada urusan mendadak.”
Semua mata tertuju pada Shankara yang menggandeng Feli “Siapa wanita itu ?” tanya Clone.
“Nyonya Muda Shanaya istrinya Bos Shan.”
“APA ? TIDAK MUNGKIN.”
“Aku rasa cara Bos memperlakukan dia sudah bisa di tebak,” ucap Ciptro.
“Mustahil sejak kapan Bos Shan mempunyai wanita selain aku ?”
“Loe bukan wanitanya Bos kita hanya bawahan ingat itu !!” Clone tidak bia menerima ucapan Ciptro.
“Semua orang udah berkumpul kalau begitu mari kita mulai acaranya,” pembukaan oleh MC.
Acara lelang berlangsung cukup lama, semua orang bersaing keras untuk mendapatkan barang bagus incaran nya.
“Barang terakhir,” pembawa acara menarik kain yang menutupi kotah hijau besar.
“Senjata ini didesain khusus oleh seorang ahli, kelebihannya sangat luar biasa. Senjata terbaik yang ada di Negara ini harganya di mulai dari 300 miliyar.”
“Wah senjata yang canggih itu harganya cukup fantastis.”
“Tentunya barangnya tidak akan mengecewakan.”
“Aku dengar senjata itu milik salah satu Mafia di negeri ini.”
“350 miliyar,” mengangkat nomernya.
“Orang itu menawar.”
“360 miliyar.”
“380 miliyar.”
“400 miliyar.”
“450 miliyar.”
Orang-orang berebut mendapatkan senjata itu, sampai akhirnya ada seseorang yang menawar dengan harga yang tidak bisa ditawar lagi.
“2 triliun.”
“Tuan Khara ?”
“Pimpinan pulau barak menawar dengan harga yang besar.”
“2 trilun atu, 2 triliun dua, 2 triliun 3 selamat Tuan Khara.”
Boom suara ledakan besar berasal dari dalam box penyimpanan senjata, kebulan asap hitam memenuhi ruangan. Beberapa orang berbaju serba hitam muncul menyerang semua orang, Feli yang sudah menduga hal ini bakal terjadi langung berlari menyalakan air untuk menghilangkan asapnya.
“Annya dimana Annya ?” Nina mencari Feli.
“Dia bersamaku, tunggu dimana dia ?”
“Kalian kenapa diam saja ?” suara Feli.
Para anak buah Shankara saling lirik langsung melawan orang-orang itu, Nina hendak menghampiri Feli tetapi di dahului mereka.
“Annya di belakangmu !!!” teriak Nina.
“Hais merepotkan sekali,” pasang kuda-kuda bertarung dengan mereka.
“Tidak mudah menyentuhku,” Feli berhasil menjatuhkannya.
Bukan hanya Nina, Shankara pun ingin menghampiri Feli tapi mereka teru menyerang. Satu persatu dari mereka mulai kalah dan di tangkap, disaat semuanya merasa sudah selesai Feli disandera.
“BERANI MELUKAINYA,” ancam Shankara.
“Pistolnya di todongkan ke kepalaku ?” sedikit terkejut.
“Sedikit saja dia tergores aku tidak akan mengampuni kalian.”
“Jangan gegabah,” Dika mencegah Raymond.
Shankara maju dan orang itu langsung menembaknya “BOS…”
“Shankara …”
Memegang bagian jantung yang tertembak “Lepaskan dia !” suara melemah.
“Berikan senjata itu maka aku akan melepasnya kalau tidak,” menarik pelatuk.
“Kurang ajar berani mengancam di daerah kekuasaanku,” Dikro hendak maju.
“Berhenti jika kalian maju satu langkah saja maka dia akan mati.”
“Baiklah, Dika serahkan senjatanya kepada mereka.”
“Tapi Bos …”
“Nyawa istriku jauh lebih berharga dari pada senjata itu.”
Dika menyimpan senjata itu di depannya, orang itu lengah lalu Shankara berlari menghampiri Feli.
“Berhenti !!” Shankara menodongkan pistol.
“Tidak mungkin bukannya dia sudah aku tembak.”
Door suara tembakan di layangkan Shankara tepat di bagian kepala orang itu.
“Apa kamu terluka ?” tanya Shankara.
“Tidak,” tersenyum.
Tiba-tiba ada yang mengambil senjata itu seperti kilat, semua orang terkejut termasuk Feli.
“Kejar !!”
Dika dan Raymond mengejar orang itu sedangkan Ciptro, Dikro, Clone, dan Eko membersihkan tempat lelang.
“Tunggu disini !”
“Tapi …”
“Annya kita disini saja.”
“Tidak bisa.”
“Kamu disini saja aku akan membantunya,” ucap Khara.
“Tapi …”
“Annya kalau kita pergi menyusul mereka takutnya malah jadi hambatan.”
Feli duduk di kursi sambil berkata “Tidak bisa dibiarkan, teknologi yang mereka gunakan cukup canggih.”
“Maksudnya ?”
“Kendaraan yang mereka pakai gak ada di dalam novel, apa jangan-jangan ?” diam sejenak.
“Nina kita harus pergi menyusul mereka.”
“Tapi …”
“Kalau tidak mau mereka mati ikut aku !”
“Sial kemana mereka pergi,” turun dari motor dengan amarah yang membara.
“Tidak ada petunjuk ?”
“Bos ?”
“Kemana mereka pergi ?”
“Sedang apa kalian ?” Feli mengendarai motor dengan kecepatan tinggi.
“Kamu ??”
“Jangan marah dulu, ada yang lebih penting.”
“Mereka sudah kabur entah kemana.”
“Kalian harus tenang.”
“Kenapa melihatku ?”
“Biasanya dimana tempat yang paling aman bagi keluarga Anggara ?”
“Keluarga Anggara ?”
“Benar.”
“Apa hubungan nya ?”
“Katakan saja.”
“Hanya ada satu tempat,” Shankara mulai mengerti.
“Ikuti aku,” tambahnya naik motor.
“Bos kita berhasil,” memberikan senjata yang dicurinya ke orang bertopeng.
“Bagus, akhirnya hahahaha ….”
“Bos mereka mengejar kami.”
“Dasar bodoh,” menendang kedua orang itu.
“Mari ganti rencana Hahahahaa …”
“Tunggu !” Shankara mencium aroma racun dari luar.
“Ada apa ?”
“Pakai sesuatu untuk menutupi mulut dan hidung kalian.”
“Vila yang mengerikan,” Feli merinding masuk kedalam Vila yang gelap dan kumuh.
“Ada yang aneh, tempat ini terlalu tenang.”
“Hati-hati,” Feli menarik Khara yang hampir terkena jebakan.
“Annya ???”
“Tidak cukup dengan satu laki-laki yah,” seseorang muncul di balik kegelapan.
“Siapa orang itu ?”
“Kita tidak bisa melihat wajahnya karena topeng yang di pakainya.”
“Suara ini ?”
“Hallo Kak Shan.”
“Hasellin.”
“Sudah ku duga pasti dia orangnya.”
Membuka topeng “Kakak ku memang pintar yah.”
“Nikmati jamuan yang sudah aku siapkan.”
“Suara helicopter.”
“Selamat tinggal hahahaaa,” Haselin sudah pergi datang orang-orangnya menghadang Shankara dan yang lainnya.
“Kurang ajar.”
“Mereka juga memakai masker ? itu artinya tempat ini di isi gas beracun ?”
“Dari luar racun ini sudah tercium jika kita menghirupnya kita bisa mati.”
“Bahaya jika lama-lama disini …”
“Kalian tidak bisa lari,” mengepung.
“Gak ada habis-habisnya,” Khara menembak satu orang.
“Mereka hanya orang-orang tidak berguna,” Raymond memukul beberapa orang.
“BODOH,” Shankara menembak.
“Annya ada apa ?”
“Aku tidak bisa melihat jelas dan rasanya,” mengecek perut sampingnya.
“DARAH ?” keterkejutan Nina melihat darah di tangan Feli.
“Akuu uu …” Feli kehilangan kesadaran.
“Annya bangun Annya Annyaa Anyyyaaaa …”
“Jumlah mereka semakin banyak !” mundur selangkah.
“Mereka bukan apa-apa,” Shankara menghajar sebagian besar orang-orang itu.
“Wwah luar biiassa ..” puji Khara ngos-ngosan.
“Bos Annya terluka.
“APA ?” semua orang berlari kearah Feli yang terbaring.
“Luka dia cukup parah.”
“Sial jebakan itu benda runcing,” Khara melihat jebakan tadi yang mengenai Feli.
“Ledakan vila ini !” Shankara menggendong Feli.
Beberapa detik mereka keluar dari Vila ledakan besar terjadi, tangan dan baju Shankara dipenuhi merahnya darah.
*****
Semua orang menunggu dengan gelisah di luar kamar, beberapa dokter terbaik di panggil untuk menangani Feli yang terluka parah.
“Pasien kehilangan banyak darah,” Dokter mengecek tekanan darah yang terus menurun.
“Golongan darah pasien langka.”
Doktor saling memandang tidak tau harus berbuat apa, keadaan Feli semakin memburuk.
“Gawat kalau dia tidak selamat kita akan mati.”
“Dokter bagaimana keadaannya ?” Nina segera bertanya ketika dokter keluar.
“Keadaan pasien kritis, pasien kehilangan banyak darah tapi kami kehabisan stock darah itu.”
“Katakan sekali lagi,” tatapan tajam Shankara.
“Tuan Shan kami akan berusaha sebisa mungkin tapi golongan darah ini sangat sulit didapatkan.”
“Golongan darahku langka,” Khara maju.
“Tidak,” Shankara menolak.
“Bos cuman dia yang bisa menyelamatkan Annya,” bujuk Dika.
“Saat ini nyawa Annya lebih penting.”
“Baiklah.”
Proses transfusi darah cukup lama, mereka sudah lama menunggu di luar dengan gelisah.
“Bagaimana ?”
“Darah mereka cocok, sekarang tinggal menunggu pasien sadar.”
Beberapa perawat memindahkan Annya ke ruang inap.
“Annya sudah melewati masa kritis,” ucap pelan Khara.
“Terima kasih.”
“Dia sudah menyelamatkan ku tentu saja aku harus membalas budi.”
Feli perlahan sadar “Emn dimana ini ? seluruh tubuhku rasanya sakit,” bangun dari ranjang.
“Tidak ada siapapun ?” mencari semua orang.
“Hati-hati Annya,” Nina berlari melihat Feli hendak turun.
“Jangan banyak bergerak dulu,” Nina meminta Feli berbaring kembali.
“Kemana yang lain ?”
“Mereka lagi mengobrol.”
“Oh ….”
“Oh saja ?”
“Aku cape,” Feli kembali tidur.
“Ada apa dengannya ?” Dika masuk ke ruangan.
“Entah.”
“Dimana Bos ?” tanya Nina tidak melihat Shankara dan Raymond masuk.
“Bos masih berbincang dengan Khara, dia memintaku menjaga kalian.”
Shankara mengobrol di ruangan khusus tamu VIP rumah sakit.
“Lacak lokasinya !”
“Lokasi mereka tidak terdeteksi Bos.”
“Kalian memasukan alat pelacak ke senjata itu ? itu artinya kalian sudah tau hal ini akan terjadi?”
“Annya yang mengetahuinya.”
“Annya ??”
“Dia itu seperti peramal yang tau masa depan.”
“Sulit di percaya.”
“Bos senjata asli sudah di amankan,” seseorang datang melapor.
“Senjata asli ??”
“Bos menukar senjata asli dengan senjata tiruan yang sudah di pasang alat pelacak.”
Diwaktu yang sama Haselin marah karena senjata yang diambilnya palsu, dia menghancurkan senjata itu menjadi berkeping-keping hal ini lah mengapa alat pelacak tidak aktip.
“Bagaimana keadaanmu sekarang ?” setelah mengobrol panjang Khara mengunjungi Feli.
Feli sedang makan buah-buahan yang dikupas Nina “Jauh lebih baik.”
“Meski sudah menyelamatkan istriku bukan berarti kou bisa mendekatinya begitu saja,” Shankara datang bersama Raymond.
“Jangan salah paham aku hanya bertanya keadaannya saja.”
“Berhenti membual atau aku tidak akan segan lagi.”
“Mereka kenapa ?”
“Tadi masih kompak sekarang entah kenapa lagi,” bisik Nina.
“Kali ini aku mengalah tapi jika suatu hari nanti dia melukaimu datang lah padaku,” Khara mengedipkan mata.
“Baiklah,” saat Feli menjawab Shankara langsung meliriknya.
“Pikirkan baik-baik, masih banyak orang yang menginginkan ku jika kamu macam-macam lebih baik aku pergi saja.”
“Mengancam ku ?”
“Tidak hanya pemberitahuan saja.”
“Tunggu sampai kamu sembuh aku akan menghukum mu,” Feli menelan air liur.
“Gawat.”
“Rasanya sakit sekali,” menyender di Nina.
Mereka berdua maju “Mana yang sakit ?”
“Cepat panggilkan doktor.”
“Ah tidak tidak aku tidak apa-apa.”
“Annya diperebutkan dua pria tampan sekaligus orang teratas di negeri ini,” merasa bangga.
“Bukannya membantu malah menambah situasi menjadi kacau.”
“Ohh maaf soalnya ini pertama kali dalam sejarah.”
“Sudah lah …”
“Annya jangan marah !”
“Selamat malam,” dokter datang mengecek kondisi Feli.
“Dokter selamatkan aku dari kedua orang ini,” mata Feli penuh harapan.
“Kondisi pasian sudah membaik, tinggal pemulihan.”
“Dokter yakin ?”
“100 %, selain itu tolong jangan membuat keributan yang akan mengganggu istirahat pasien jika tidak nantinya berdampak buruk.”
“Kalau begitu aku pamit, sampai jumpa lagi Annya.”
“Sampai jumpa lagi,” Khara dan Mugo keluar ruangan.
“Kita tunggu di luar biarkan dia istirahat,” ucap Shankara.