Lanjutan dari novel Reinkarnasi Pendekar Dewa
Boqin Changing, pendekar terkuat yang pernah menguasai zamannya, memilih kembali ke masa lalu untuk menebus kegagalan dan kehancuran yang ia saksikan di kehidupan pertamanya. Berbekal ingatan masa depan, ia berhasil mengubah takdir, melindungi orang-orang yang ia cintai, dan menghancurkan ancaman besar yang seharusnya merenggut segalanya.
Namun, perubahan itu tidak menghadirkan kedamaian mutlak. Dunia yang kini ia jalani bukan lagi dunia yang ia kenal. Setiap keputusan yang ia buat melahirkan jalur sejarah baru, membuat ingatan masa lalunya tak lagi sepenuhnya dapat dipercaya. Sekutu bisa berubah, rahasia tersembunyi bermunculan, dan ancaman baru yang lebih licik mulai bergerak di balik bayang-bayang.
Kini, di dunia yang telah ia ubah dengan tangannya sendiri, Boqin Changing harus melangkah maju tanpa kepastian. Bukan lagi untuk memperbaiki masa lalu, melainkan untuk menghadapi masa depan yang belum pernah ada.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boqin Changing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu yang Membentuk Alur Baru
Langit malam di Kekaisaran Qin tetap sama, namun bagi Boqin Changing, setiap kegelapan ini kini terasa asing. Sembilan tahun telah berlalu sejak ia menapaki jalan kehidupan keduanya. Jalan yang sama sekali berbeda dari yang pernah ia jalani di kehidupan pertamanya.
Ia, pendekar terkuat yang pernah ada, telah menempuh jalan yang penuh darah dan pengkhianatan. Dalam kehidupan sebelumnya, ia gagal melindungi orang-orang yang ia sayangi, kehilangan mereka satu demi satu, dan menyaksikan tempat kelahirannya dihancurkan oleh kelompok Tengkorak Hitam. Ia kehilangan semua itu karena saat itu dirinya sangat lemah. Tetapi sekarang, dengan ingatan masa depannya sebagai bekal, ia telah menulis ulang sejarah itu.
Sebuah artefak berbentuk bola ajaib membawanya kembali ke masa anak-anaknya. Dengan pengetahuan yang ia dapatkan di kehidupan pertamnya, Boqin Changing memperkuat tubuh dan jiwanya, melindungi ayah, ibu, gurunya, dan banyak jiwa tak berdosa lainnya. Ia menapaki peristiwa demi peristiwa dengan campur tangannya sendiri dan akhirnya membasmi Tengkorak Hitam. Sebuah kelompok yang berusaha menghancurkan Kekaisaran Qin. Ia telah memastikan bahwa masa lalunya yang kelam itu kini menjadi masa kini yang lebih aman.
Namun, tidak semua yang ia kenal tetap sama. Dunia yang kini ia jalani telah berubah, bukan hanya karena kekuatannya, tapi karena setiap tindakan dan keputusan yang ia buat di masa ini telah membentuk alur baru. Ingatannya tentang masa lalu tidak sepenuhnya berlaku lagi. Orang-orang yang dulu ia kenal, peristiwa yang dulu ia yakini, bahkan persaingan antar kekaisaran kini menampilkan wajah yang berbeda, seringkali mengejutkan dan tak terduga.
Boqin Changing menatap bintang di langit dengan mata yang tajam namun penuh pertimbangan. Ia tahu, sembilan tahun bukanlah waktu yang singkat, dan masa kini, dunia yang ia tinggali sekarang, berbeda jauh dari yang ia bayangkan. Di balik damainya dunia, bahaya baru, ancaman yang lebih licik, dan misteri yang belum terpecahkan menunggu.
Kini, pendekar yang telah menaklukkan takdirnya sendiri harus bersiap untuk menghadapi dunia yang sama sekali berbeda. Dunia yang telah ia ubah, namun masih memiliki rahasia yang belum ia mengerti sepenuhnya.
...*******...
Hutan Lembah Embun diselimuti kabut tipis selepas Boqin Changing berhasil membunuh Binatang Suci. Hari telah berubah menjadi gelap. Para murid Sekte Awan Putih mulai menyalakan api unggun di sebuah area yang aman di tengah hutan. Aroma kayu terbakar menyebar, memberikan kehangatan di udara dingin. Mereka duduk mengelilingi api, menatap Boqin Changing dengan kagum dan penuh rasa hormat.
“Pendekar Chang benar-benar luar biasa… Binatang Suci itu…” seorang murid berbicara dengan suara gemetar. “Aku… aku tak pernah melihat kekuatan seperti itu.”
Murid lain mengangguk, matanya berbinar-binar.
“Aku mendengar dari tetua, hanya pendekar tingkat tinggi yang mampu menandinginya… tapi ia membunuhnya dengan satu jurus!”
Sha Nuo, seseorang yang memilih menjadi pengikut Boqin Changing di kehidupannya sekarang, tersenyum tipis, menatap Boqin Changing yang kini duduk santai di pinggir api unggun.
“Kau benar-benar tahu cara tampil. Mereka melihatmu sebagai legenda,” bisiknya, setengah bercanda, setengah serius.
Boqin Changing tidak menjawabnya dan hanya menatap api unggun. Pikirannya melayang pada dunia yang telah ia ubah, pada masa lalu yang telah ia perbaiki. Ia tahu perjalanan masih panjang, ancaman lebih besar menunggu, dan rahasia dunia ini belum semuanya terbuka. Tapi malam itu, di tengah api unggun, diantara bisik kagum para murid, satu hal terlihat jelas. Kekuatan Boqin Changing yang kembali ke masa lalu sudah semakin kuat. Walaupun belum mencapai puncaknya namun keberadaannya sekarang jelas sangat diperhitungkan.
Bintang di langit hutan itu berkelap-kelip, seolah menjadi saksi atas kemenangan dan ketenangan yang sementara. Besok, mereka akan kembali ke Kota Kashgar, namun malam ini, Boqin Changing dan para orang-orang Sekte Awan Putih menikmati sejenak keheningan yang layak setelah menghadapi sesuatu yang di luar bayangan mereka.
Api unggun terus berderak pelan, sesekali memercikkan bara kecil ke udara malam yang lembap. Kabut Hutan Lembah Embun perlahan menipis, namun hawa dingin masih menyelimuti area peristirahatan Sekte Awan Putih. Para murid mulai bergantian berjaga, sementara sebagian lain telah terlelap setelah kelelahan dan ketegangan yang akhirnya mereda.
Tidak jauh dari lingkaran api utama, dua sosok berdiri berdampingan. Tetua Zhe Yu menyilangkan tangan di balik jubahnya, wajahnya tampak lebih tenang dibandingkan beberapa jam sebelumnya. Di sampingnya, Tetua Hua Ai menghembuskan napas panjang, seolah baru benar-benar menyadari bahwa misi berbahaya itu telah berakhir.
“Bagaimanapun juga,” ujar Tetua Yu memecah keheningan, suaranya rendah namun jelas, “misi memberantas siluman di Hutan Lembah Embun bisa dianggap selesai. Walaupun aku tidak menyangka ada Binatang Suci Serigala di tempat ini. Sekarang, para siluman telah mati, dan tidak ada lagi siluman yang tersisa.”
Tetua Ai mengangguk perlahan.
“Benar. Dengan kematian Binatang Suci Serigala itu, wilayah ini akan kembali aman. Setidaknya, untuk waktu yang sangat lama.” Nada suaranya mengandung kelegaan yang tak ia sembunyikan. “Besok pagi, kita akan kembali ke Kota Kashgar dan langsung menghadap Tuan Kota. Ia harus tahu bahwa ancaman yang ia khawatirkan telah disingkirkan.”
Tetua Yu mengangguk setuju, namun raut wajahnya tidak sepenuhnya lepas dari kerutan tipis di dahinya. Ia terdiam sejenak, lalu menoleh ke arah Tetua Ai.
“Ada satu hal yang masih mengganjal di pikiranku,” katanya pelan. “Kata-kata terakhir Binatang Suci itu… sebelum ia mati.”
Tetua Ai mengangkat alisnya.
“Maksudmu soal artefak itu?”
“Ya,” jawab Tetua Yu. “Ia dengan tegas mengatakan bahwa artefaknya dicuri. Dan lebih dari itu, ia menyebut bahwa pelakunya adalah… anak dari Tuan Kota Kashgar.” Tatapan Tetua Yu menjadi lebih tajam. “Jika itu benar, apakah kita perlu menanyakan hal tersebut saat menghadap Tuan Kota besok?”
Tetua Ai terdiam sejenak. Api unggun memantulkan cahaya jingga di wajahnya yang mulai menua, mempertegas garis-garis pengalaman yang terukir di sana. Ia tampak mempertimbangkan kata-kata Tetua Yu dengan serius, namun akhirnya menggeleng pelan.
“Binatang Suci itu sudah mati,” katanya akhirnya. “Apa pun yang ia katakan, tidak lagi mengikat kita. Tidak ada kewajiban bagi Sekte Awan Putih untuk mencampuri urusan artefak siluman, apalagi jika sumbernya adalah makhluk yang telah terbunuh.”
Tetua Yu tampak hendak menyela, namun Tetua Ai melanjutkan dengan suara yang lebih tegas.
“Lagipula, itu hanya pengakuan sepihak. Tanpa bukti, menyinggung masalah tersebut di hadapan Tuan Kota justru bisa menimbulkan kesalahpahaman yang tidak perlu.”
Namun, di akhir kalimatnya, pandangan Tetua Ai perlahan bergeser. Matanya melirik ke arah sosok yang duduk agak terpisah dari yang lain, di tepi cahaya api unggun, Boqin Changing.
Pemuda itu tampak tenang, seolah dunia di sekelilingnya tak mampu mengusik pikirannya. Wajahnya diterangi cahaya api yang berpendar, namun sorot matanya tetap dalam dan sulit ditebak. Sha Nuo duduk tak jauh darinya, namun bahkan kehadiran pendekar kuat itu pun terasa samar dibandingkan aura alami yang mengelilingi Boqin Changing.
Tetua Ai menyipitkan mata, lalu berkata dengan nada yang lebih pelan, hampir seperti gumaman.
“Meski begitu… keputusan soal artefak itu sebenarnya bukan berada di tangan kita.”
Tetua Yu mengikuti arah pandang Tetua Ai dan terdiam saat menyadari maksudnya.
“Orang yang membunuh Binatang Suci itu adalah Boqin Changing,” lanjut Tetua Ai. “Jika memang artefak itu benar-benar ada, dan jika memang anak Tuan Kota yang terlibat… maka hanya dia yang berhak memutuskan apakah masalah ini perlu diungkit atau dibiarkan terkubur bersama kematian para siluman itu.”
Tetua Yu menghela napas panjang.
“Kau benar. Dengan kekuatan dan posisinya sekarang, pendapat Boqin Changing jauh lebih menentukan daripada kita berdua.”
Keduanya kembali terdiam, menatap api unggun yang mulai mengecil. Di kejauhan, Boqin Changing tetap duduk dengan sikap tenang, seolah sama sekali tidak menyadari bahwa namanya sedang menjadi pusat pertimbangan dua tetua Sekte Awan Putih.
Namun, jauh di dalam hatinya, Boqin Changing tahu, kata-kata terakhir Binatang Suci Serigala itu bukanlah kebohongan tanpa makna. Dunia yang telah ia ubah ini kembali memperlihatkan satu cabang takdir baru, dan cepat atau lambat, artefak yang disebutkan siluman itu akan kembali muncul ke permukaan. Entah sebagai masalah… atau sebagai peluang.
******
Fajar menyingsing perlahan di Hutan Lembah Embun. Kabut pagi yang semalam menyelimuti hutan kini bergerak pelan, tersibak oleh cahaya matahari yang menembus sela-sela pepohonan tinggi. Udara terasa lembap namun segar, membawa aroma tanah basah dan dedaunan.
Para murid Sekte Awan Putih telah terbangun sejak pagi. Suasana yang semalam tenang kini kembali hidup. Beberapa murid memadamkan sisa api unggun, sementara sebagian sibuk merapikan senjata dan bekal. Hari ini, mereka akan kembali ke Kota Kashgar setelah misi memberantas siluman dinyatakan berhasil.
Di sebuah batu datar tak jauh dari pusat perkemahan, Boqin Changing duduk dengan sikap santai. Di hadapannya, sebuah mangkuk kayu berisi bubur hangat dan roti kering sederhana. Di sampingnya, Sha Nuo juga tengah menyantap sarapan yang sama, wajahnya tenang seperti biasa.
“Tak kusangka murid-murid sekte ini cukup sigap,” ujar Sha Nuo sambil melirik ke sekeliling. “Dalam satu malam, suasana mereka sudah kembali seperti semula.”
Boqin Changing hanya mengangguk pelan.
“Mereka akan terbiasa dengan misi berbahaya. Kematian Binatang Suci memang mengguncang, tapi juga memberi mereka keyakinan.”
Dua sosok lain mendekat dan ikut duduk tidak jauh dari mereka. Tetua Hua Ai meletakkan mangkuknya dengan hati-hati, sementara Tetua Zhe Yu memandang para murid yang lalu-lalang dengan raut puas.
“Pendekar Chang,” kata Tetua Ai membuka percakapan, suaranya lebih ringan dibandingkan malam sebelumnya. “Setelah semua murid siap, kita akan langsung berangkat menuju Kota Kashgar.”
Boqin Changing menoleh, sorot matanya tenang namun penuh perhatian.
“Kapan kalian akan menghadap Tuan Kota untuk melaporkan misi ini?”
“Hari ini juga,” jawab Tetua Yu menggantikan. “Setibanya di kota, aku dan Tetua Ai akan langsung melapor. Misi pemberantasan siluman di Hutan Lembah Embun telah selesai. Wilayah itu kini aman.”
Boqin Changing terdiam sejenak, seolah mempertimbangkan sesuatu. Sha Nuo meliriknya sekilas, menangkap perubahan halus di ekspresi sahabatnya itu.
“Kalau begitu,” ujar Boqin Changing akhirnya, nadanya datar namun jelas, “bolehkah aku ikut menghadap Tuan Kota?”
Ucapan itu membuat Tetua Ai dan Tetua Yu sama-sama terdiam. Sendok kayu di tangan Tetua Ai berhenti bergerak, sementara alis Tetua Yu terangkat tipis tanpa ia sadari.
“Ikut… menghadap Tuan Kota?” ulang Tetua Ai perlahan.
“Benar,” jawab Boqin Changing tanpa ragu. “Aku hanya ingin mendengar langsung laporan itu disampaikan. Tidak lebih.”
Sha Nuo tidak berkata apa-apa, namun sikap diamnya justru menambah bobot permintaan tersebut. Dua pendekar kuat duduk berdampingan, tenang, seolah permintaan itu adalah hal paling wajar di dunia.
Beberapa detik berlalu dalam keheningan yang aneh. Burung-burung pagi berkicau di kejauhan, namun bagi Tetua Ai dan Tetua Yu, suara itu terasa jauh.
Entah mengapa, firasat buruk tiba-tiba menyelinap ke hati mereka berdua. Tetua Ai menatap Boqin Changing dengan seksama. Wajah pemuda itu terlihat tenang, nyaris tanpa emosi, namun pengalaman puluhan tahun sebagai tetua membuatnya tahu, ketenangan seperti itu sering kali menyembunyikan badai besar.
“Pendekar Chang,” kata Tetua Ai akhirnya, memilih kata-katanya dengan hati-hati, “tentu saja kami tidak keberatan. Kehadiranmu justru akan menjadi kehormatan bagi Sekte Awan Putih.”
Tetua Yu mengangguk setuju, meski di dalam dadanya ada kegelisahan yang sulit ia jelaskan.
“Tuan Kota Kashgar pasti ingin bertemu dengan orang yang membunuh Binatang Suci itu.”
Namun di balik sikap formal mereka, pikiran keduanya berlari ke arah yang sama. Kata-kata terakhir Binatang Suci Serigala itu… Artefak yang dicuri… Anak Tuan Kota…
Tetua Ai mengepalkan tangannya di balik jubah. Ia merasakan firasat yang semakin berat, seolah langkah Boqin Changing menuju Kota Kashgar bukanlah kebetulan.
“Sepertinya… kedatangan Pendekar Chang memang tidak sesederhana menghadiri laporan misi,” batinnya.
Tetua Yu pun merasakan hal yang sama. Ia menatap punggung Boqin Changing yang kembali menyantap sarapannya dengan santai, lalu menarik napas panjang.
Jika benar artefak itu terkait dengan keluarga Tuan Kota… Maka pertemuan hari ini bisa berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih rumit.
Boqin Changing menyesap buburnya tanpa tergesa-gesa. Wajahnya tetap datar, namun jauh di dalam pikirannya, roda takdir telah mulai berputar kembali.
Artefak yang dicuri. Anak Tuan Kota Kashgar. Lalu sebuah kota yang tampak damai di permukaan.
Ia tahu, perjalanan kembali ke Kota Kashgar bukan sekadar kepulangan setelah misi selesai. Itu adalah langkah menuju cabang takdir baru yang berbeda dengan sejarah masa lalunya.
Kali ini, Boqin Changing berniat memastikan bahwa apa pun kebenarannya… tidak akan dibiarkan tersembunyi terlalu lama.