🎉Bebas Promo
Diharapkan bijak dalam memilih bacaan sesuai umur ya🤗🤗🤗
Seks bagi seorang Satria bukanlah hal yang tabu, tapi menikah? Tak pernah sedikitpun terlintas di benaknya akan menjalin komitmen dengan seorang wanita dalam sebuah ikatan pernikahan.
Dia yang selalu memandang rendah derajat perempuan harus dihadapkan dengan kenyataan pahit bahwa dirinya telah dijodohkan dengan cucu dari sabahat kakeknya.
Akankah pernikahan harmonis yang diimpikan semua pasangan akan terwujud di kehidupan pernikahannya kelak?
Ini bukanlah cerita CEO kejam, dingin, dan mencintai dalam diam, karena ini adalah sebuah cerita cinta yang manis dengan Ektra Bumbu Komedi.
Heppy Reading... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ih, Najis!
"Kim, sebenernya elu selama ini kemana sih setelah pulang kerja? Ampir tiap hari nyokap lu nelpon gue," selidik Elsa.
"Terus elu jawab telpon Emak gue?" tanya Kimy, sambil menyelaraskan nada gitarnya.
"Kadang gue jawab, tapi seringnya kagak. Bingung gue, masa gue boongin nyokap lu terus-terusan?"
"Emang lu darimana sih?" Kali ini Pras yang bertanya.
"Besok jemput gue di kantor. Nanti gue kasih tau kemana gue pergi selama ini," jawab si Cantik Kimy.
Setelah mengetahui keluarganya tahu apa yang dia lakukan di kafe tiap akhir pekan, Kimy seolah masa bodoh dengan apa yang dia kerjakan, dia tak lagi berusaha menyembunyikan kegiatannya lagi.
"Mana Sopir lu yang nyebelin itu, Kim?" Leo mencari keberadaan Satria yang biasa mengantarnya ke Kafe.
"Lembur," jawab Kimy datar.
Malam itu, Satria memang tak menampakkan batang hidungnya, karena dia tengah sibuk mempersiapkan agenda untuk rapat para pemegang saham minggu depan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Apa Kimy merindukannya?
Jawabnya, tentu tidak, nama Satria sepertinya masih belum tersimpan dalam hatinya.
Satria benar-benar sibuk, hingga kadang tak menyadari saat dia berpapasan dengan Kimy, si Calon Istrinya.
Tapi hari ini Kimy harus meminta izin Satria untuk membawa para sahabatnya ke calon rumah mereka. Karena bagaimana pun Satria adalah pemilik rumah tersebut.
Dua kali ketukan pintu, akhirnya si Empunya ruangan mempersilahkan dia masuk.
"Masuk!" ucap Satria tanpa melihat siapa yang masuk ke ruangannya.
"Kakak sibuk ya?" tanya Kimy, saat melihat tumpukan dokumen di atas meja kerja Calon Suaminya.
"Menurut loh?" ucapnya sambil membenarkan letak kacamatanya.
Dia segera mengurungkan niatnya saat melihat betapa sibuknya Satria saat itu. "Nanti aja deh bilangnya."
"Emang lu mau cerita apa? Atau mau minta apa lagi?" tanya Satria dengan jemari yang terus menari di atas keyboard laptopnya.
"Kok Kakak tau aku mau minta sesuatu?"
Satria membenarkan letak kacamatanya kembali. "Ya tau lah, gak mungkin banget elu datang karena kangen sama gue."
Kimy cekikikan. "Ya mana ada cewek yang kangen sama orang mesum. Apalagi aku, gadis polos yang masih suci ini."
"Jangan ngajak ribut! Ayo cepetan elu mau minta apa?" Satria sepertinya benar-benar sedang sibuk.
"Kak, aku berasa lagi diinterogasi polisi tau, kalau kayak gini."
"Ngomong yang jelas!"
"Kakak nanya-nanya terus, sambil ngetik. Gimana gak kayak lagi diinterogasi?"
Satria tergelak mendengar ucapan gadis yang duduk di seberang mejanya. "Terus harusnya gue gimana?" ucapnya, tapi jari-jarinya masih enggan beranjak dari atas keyboard.
"Seenggaknya liat aku gitu!"
"Males!" jawab Satria cepat. "Udah cepetan, elu mau apa sebenernya? Jajan lagi kayak kemaren-kemaren?"
"Barang-barang yang aku butuhin sejauh ini sih udah cukup."
"Terus?" Satria tak sabaran.
"Aku boleh bawa temen ke rumah?" tanya Kimy ragu-ragu.
"Ke rumah siapa?" Satria masih belum mengerti ucapan Kimy.
"Ke rumah kita lah!" Suara gadis itu sedikit meninggi.
Mendengar ucapan 'rumah kita', Satria langsung menghentikan kegiatannya. "Maksudnya?" Sambil melepaskan kacamata bacanya untuk menatap wajah lawan bicaranya.
Oh, shit. Hati Satria menggerutu melihat wajah perempuan yang beberapa hari tak ia lihat itu. Dada Satria bergemuruh melihat wajah yang mirip boneka itu cemberut sambil menopang dagu di atas meja kerjanya. Dan lagi-lagi sesuatu yang tak seharusnya bangun menjadi mengeras hanya dengan melihat wajah Kimy.
"Kakak sakit?" Kimy panik melihat wajah Satria yang begitu merah. Dia lalu menghampirinya.
"Ngapain lu?" Satria menjauhkan wajahnya dari tangan Kimy yang akan memeriksa suhu tubuhnya.
"Mau periksa Kakak. Liat deh muka Kakak merah banget! Makanya Kak, jangan terlalu diforsir dirinya. Jadi sakit kan! Aku bukannya perhatian loh sama Kakak, jangan ge-er. Aku ini kan baik sama semua makhluk, bla, bla, bla." Kimy terus mengoceh.
Tapi fokus Satria bukan pada apa yang diucapkan makhluk cantik itu, tapi pada gerak bibir kecil nan penuh yang berwarna merah alami itu. Tubuh Kimy seolah memiliki gelombang elektromagnetik yang membuat Satria ingin menerkamnya.
"Jauh-jauh dari gue Cil! Elu berisik!"
"Dasar orang aneh." Kimy mencibir. "Jadi gimana? Boleh gak?" Kimy masih tak menggubris ucapan Satria. Dia masih berada di hadapan pria yang dulu begitu ia hindari.
"Boleh apaan?" Satria gagal fokus.
"Aku boleh bawa temen-temen aku ke rumah kita gak?" Kimy kesal, dia merasa Satria sedang mempermainkan dirinya. "Nyebelin deh."
"Oh, itu. Ya terserah loh."
"Beneran?" Kimy sumringah.
"Tapi ada imbalannya," Satria tersenyum miring.
"Apa?" Kimy langsung curiga saat melihat senyum di wajah pria mesum itu.
"Cip*k gue dulu, baru gue izinin." Dengan senyum penuh kemesuman.
"Idih, najis."
"Ya udah kagak boleh," ancam Satria.
"Ah, Kakak, gak lucu. Boleh ya?" Kimy mulai mengeluarkan jurusnya, apalagi kalau bukan merengek.
"Makanya cip*k dulu. Yakin deh lu bakal ketagihan." Ancaman itu perlahan berubah menjadi harapan.
"Ih gak lucu Kak! Ciuman aku cuma buat suami aku nanti," jawab Kimy tanpa ia sadari.
"Oon! Kan calon laki elu kan gue." Satria tertawa.
"Ih, maksud aku, suami beneran aku!"
"Ya emang nanti kita nikah boongan?"
Benar apa kata Satria mau bagaimana pun pria menyebalkan itu akan menjadi suaminya beberapa bulan lagi.
"Bodo ah. Capek ngomong sama orang mesum kayak Kakak." Kimy menjauhkan tubuhnya dari Satria, tapi apa yang Satria lakukan, secepat kilat Satria menarik tangan Kimy dan membalikkan posisi mereka, sekarang Kimy yang duduk di singgasana Satria sedang Satria mengurungnya dengan kedua tangan kekarnya menahan tangan Kimy sambil bertumpu pada gagang kursi.
"KAKAAAAAK!!!" Kimy kembali menjerit melihat Satria mencondongkan wajahnya, walaupun ia tahu Satria hanya mempermainkannya, sebab sejauh ini Satria tak pernah berbuat yang tidak-tidak kepada dirinya.
"Gue gak minta nyelup, cuma minta DP doang." Wajah marah Kimy selalu berhasil membuat hatinya riang. Aneh memang.
"Ini kantor. Aku minta tolong nih." Sebuah ancaman yang membuat Satria semakin terbahak-bahak.
"Minta tolong sana! Jerit yang kenceng! Ruangan ini kedap suara!" Satria menantang mainannya.
"TOLOOONG! ADA ORANG MESUUUUM!" Kimy berusaha meminta pertolongan. "Ah, Kakak jangan gini, kalau kakak gak ngizinin temen-temen aku maen yaudah, aku juga gak apa-apa." Kimy berhenti meronta, dia memilih bernegosiasi dengan si Mesum.
"Woy, ngapain lu pada?" Thomas yang masuk tanpa mengetuk pintu terkejut dengan pemandangan yang dilihatnya, mereka terlihat saling bertatapan.
"Onta! Ganggu acara enak-enak kita aja ya Cil?"
"Dih, siapa juga yang mau enak-enak sama kamu?" cibir Kimy sambil mengelus-elus kedua pergelangan tangannya yang memerah karena ditahan Satria tadi. Dia pun segera berjalan pergi keluar dari kandang Singa Gila tersebut.
"Ngapain lu nongol lagi? Berubah pikiran?" tanya Satria melihat kepala Kimy menyembul dari balik pintu.
"Aku cuma mau bilang sama temen kamu yang satu spesies itu, kalau aku gak ngapa-ngapain sama Kakak. Aku gak mau dia punya pikiran negatif sama aku yang suci ini."
"Bocah, beneran nantangin gue ya!"
"Apa? Mau cip*ok? Najis!" Seraya membanting pintu ruangan Satria dengan keras.
Satria dan Thomas terbahak-bahak mendengar cacian gadis yang sebentar lagi akan menyandang predikat sebagai Nyonya Satria tersebut.
"Cariin cewek buat gue entar malem. Gara-gara gagal ganti oli, Bumblebee udah dua kali bertransformasi liat si Bocil." Seraya menunjukkan pangkal pahanya yang masih menegang.
"Lah ternyata Bumblebee ngerespon juga sama Bocil?" ejek Thomas. "Atau jangan-jangan elu naksir sama si Bocil, Bing?"
Satria menaikan sebelah alisnya. "Naksir bocil?— ih najis!" Dia meniru ucapan Kimy.
Kedua orang yang tidak memiliki moral Pancasila yang tinggi itu pun terbahak-bahak.
...Happy weekend guys......
...🍕🏠🎉...