NovelToon NovelToon
Dibalik Istana Naga

Dibalik Istana Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Romansa / Fantasi Wanita / Harem / Balas Dendam / Enemy to Lovers
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

Untuk membalaskan dendam keluarganya, Swan Xin menanggalkan pedangnya dan mengenakan jubah sutra. Menjadi selir di Istana Naga yang mematikan, misinya jelas: hancurkan mereka yang telah membantai klannya. Namun, di antara tiga pangeran yang berebut takhta, Pangeran Bungsu yang dingin, San Long, terus menghalangi jalannya. Ketika konspirasi kuno meledak menjadi kudeta berdarah, Swan Xin, putri Jendral Xin, yang tewas karena fitnah keji, harus memilih antara amarah masa lalu atau masa depan kekaisaran. Ia menyadari musuh terbesarnya mungkin adalah satu-satunya sekutu yang bisa menyelamatkan mereka semua.
Langkah mana yang akan Swan Xin pilih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 Penguntit Setia

Kertas itu bergetar di tangannya, setiap aksara seolah menari mengejek di bawah cahaya lilin yang berkelip-kelip. *Pengiriman senjata untuk Pangeran Sulung dari Perbatasan Timur berjalan lancar.* Jantung Swan Xin berdebar kencang, bukan karena takut, melainkan karena gejolak amarah dan… kemenangan. Ini dia. Bukti nyata pertama. Konspirasi yang jauh lebih besar daripada sekadar dendam pribadi. Jiang Long, Pangeran Sulung yang mulia dan penuh senyum, sedang merencanakan pemberontakan.

Tanpa ragu, ia membawa surat itu ke atas api lilin. Sudut kertas itu langsung menghitam, mengerut, sebelum dilalap api jingga yang lapar. Ia menahannya di sana, jemarinya hanya berjarak beberapa senti dari panas yang menyengat, memastikan setiap kata, setiap bukti, lenyap menjadi abu hitam yang tak berarti. Asap tipis yang berbau tajam mengepul ke langit-langit kamarnya yang temaram. Ia melepaskan sisa kertas yang terbakar ke dalam cawan keramik, mengaduknya dengan ujung jepit rambut perak hingga menjadi debu halus.

“Sudah selesai, Nona?” bisik Bibi Lan ( yang biasa di panggil dengan sebutan Bi Lan) dari ambang pintu kamar tidurnya. Wajah tua yang setia itu tampak cemas.

“Sudah,” jawab Swan. Ia bangkit, berjalan menuju jendela berteralis kayu yang terbuka, membiarkan angin malam yang sejuk menerpa wajahnya. Udara terasa berat, penuh dengan aroma bunga sedap malam dari taman di bawah. “Gadis itu sudah pulang dengan selamat?”

“Sudah, Nona. Dia terlihat sangat senang dengan hadiah dari Anda,” lapor Bi Lan. “Hamba pastikan tidak ada yang melihatnya meninggalkan paviliun.”

“Bagus.” Swan menatap kegelapan di luar. Bayangan pepohonan bambu menari-nari seperti hantu kurus di dinding halaman. Paviliunnya memang terpencil, damai, tapi juga terisolasi. Sempurna untuk menyembunyikan rahasia, tetapi juga sempurna untuk sebuah penyergapan. Prajurit Bayangan bertopeng itu masih berdiri di posnya di sudut atap teras, diam laksana gargoyle. Kehadirannya tidak lagi terasa seperti ancaman, melainkan… ketidakpastian.

“Ada yang aneh, Bi Lan,” gumam Swan pelan, matanya menyipit, memindai atap-atap paviliun lain yang samar-samar terlihat di kejauhan.

“Aneh, Nona? Apa maksud Anda?”

“Aku merasa… diawasi.” Swan memundurkan tubuhnya sedikit, bersembunyi di balik bayangan pilar jendela. “Dan bukan hanya oleh prajurit di depan itu.”

Tiba-tiba, matanya menangkap sesuatu. Sebuah gerakan. Sangat jauh, di atap paviliun arsip yang gelap gulita, tempat yang sama yang disebut-sebut Jiang Long dan Xiao Ju. Sesosok bayangan. Hanya siluet hitam yang kontras dengan langit malam yang kelabu. Sosok itu berdiri diam, menatap lurus ke arah paviliunnya.

Jantung Swan berdebar lebih kencang. Siapa itu? Salah satu orang Jiang Long yang curiga pada Xiao Ju? Atau mata-mata Zheng Long? Atau…

“Nona, sebaiknya Anda istirahat,” kata Bi Lan khawatir. “Anda tampak pucat.”

“Aku butuh udara segar,” putus Swan tiba-tiba. Ia berbalik dari jendela. “Siapkan jubah berkerudungku.”

“Tapi, Nona, ini sudah larut malam,” protes Bi Lan. “Berjalan-jalan sendirian di taman sangat berbahaya.”

“Aku tidak akan sendirian,” balas Swan, matanya berkilat dingin. “Aku mau menemui penguntit setiaku.”

Lima menit kemudian, Swan melangkah keluar dari paviliunnya. Jubah biru gelap menyembunyikan sosoknya, kerudungnya ditarik rendah menutupi sebagian wajahnya. Prajurit Bayangan di teras hanya menoleh sedikit saat ia lewat, tetapi tidak menghentikannya.

Begitu ia mencapai taman, Swan tidak berjalan di jalan setapak yang terang. Ia langsung menyelinap ke dalam rumpun bunga peoni yang lebat, gerakannya senyap seperti kucing liar. Ia tidak berjalan menuju paviliun arsip. Itu akan terlalu jelas. Sebaliknya, ia memutar, menggunakan bayang-bayang pepohonan dan bangunan sebagai perlindungan, melompat dari satu atap rendah ke atap lainnya dengan kelincahan yang telah ditempa selama delapan tahun.

Ia mendekati paviliun arsip dari arah belakang. Udara di atas atap terasa lebih dingin. Aroma genting tanah liat yang lembap bercampur dengan wangi bunga melati yang terbawa angin. Ia merangkak pelan di sepanjang bubungan atap, tubuhnya nyaris rata dengan genting.

Di sana, di ujung atap yang lain, sosok itu masih berdiri. Diam dan waspada. Bulan sabit yang pucat akhirnya menampakkan diri dari balik awan, cahayanya yang tipis menyinari sisi wajah sosok itu. Rahang yang tegas. Jubah hitam polos yang mahal. Postur yang angkuh dan dingin.

Napas Swan tercekat di tenggorokannya. San Long.

Amarah membara di dalam dirinya. Pangeran Bungsu yang bengis itu berani-beraninya memata-matai kamarnya. Untuk apa? Untuk dilaporkan kepada siapa?

Swan menarik napas dalam-dalam, menenangkan detak jantungnya. Ia tidak akan menyerang. Ia akan membalikkan keadaan. Dengan keheningan mutlak, ia beringsut mundur, turun dari atap, dan menyelinap kembali ke dalam bayang-bayang di tanah. Ia sekarang tahu di mana pria itu berada.

San Long masih memfokuskan pandangannya pada cahaya samar dari jendela kamar Swan, menganalisis setiap bayangan yang bergerak. Ia begitu terpusat pada targetnya sehingga ia tidak menyadari kehadiran lain yang mendekat dari belakangnya, dari titik butanya.

“Pemandangan dari sini indah, ya, Yang Mulia?”

Suara yang dingin dan tajam itu memecah keheningan, terdengar tepat di belakang telinganya.

San Long tersentak. Seluruh tubuhnya menegang karena terkejut. Dengan kecepatan kilat, ia berbalik, tangannya secara refleks bergerak ke arah gagang pedang tersembunyi di balik jubahnya.

Swan berdiri di sana, hanya berjarak dua langkah darinya di atas atap yang sama. Kerudungnya telah ia turunkan. Wajahnya yang cantik tampak keras seperti batu pualam di bawah cahaya bulan.

“Nona …” desis San Long, matanya melebar sesaat sebelum kembali menjadi topeng es. “Bagaimana... Nona, bisa…?”

“Naik ke atap?” potong Swan, senyum miring tersungging di bibirnya. “Caranya sama seperti Yang Mulia lakukan tadi, kurasa. Hanya saja, aku melakukannya sedikit lebih sunyi.” Ia melipat tangannya di dada. “Pertanyaannya bukan bagaimana aku bisa sampai di sini. Pertanyaannya adalah, buat apa Yang Mulia ada di sini?”

“Itu bukan urusanmu,” jawab San Long dingin, menegakkan tubuhnya.

“Oh, beneran?” Swan tertawa kecil tanpa humor. Tapi nada bicara slengekan dan sindir halusnya sangat terasa, “Yang Mulia, berdiri di atap gelap di tengah malam, memata-matai kamar seorang selir, dan Yang Mulia katakan itu bukan urusanku? Aku bisa berteriak sekarang juga dan seluruh pasukan penjaga istana akan menyeret Anda karena kelakuan tidak senonoh, Yang Mulia.”

“Jangan bodoh,” geram San Long. “Aku tidak memata-matai kamarmu.”

“Lalu apa yang Anda lakukan? Menghitung bintang?” cibir Swan. Ia melangkah lebih dekat, tatapannya menusuk tajam. “Atau Anda sedang melapor pada salah satu kakak Anda? Siapa yang membayar Anda malam ini? Jiang Long? Atau Zheng Long?”

“Jaga bicaramu, Selir Xin!” Wajah San Long mengeras, kilatan amarah yang nyata terlihat di matanya. “Jangan samakan aku dengan mereka.”

“Kok hamba harus percaya?” tantang Swan. “Kemarin Anda mengancamku karena melanggar protokol, malamnya Anda mengirimiku obat tidur secara diam-diam, dan sekarang Anda menguntitku dari kejauhan. Tindakan Anda tidak konsisten, Pangeran. Hamba jadi bingung, Anda ini penegak aturan atau pelanggar aturan nomor satu?”cicit Swan Xin sambil mencibir. Gaya slengekan yang absurd walaupun di depan pangeran. Itulah Swan Xin sebenarnya.

“Aku melakukan apa yang perlu dilakukan,” sahut San Long, suaranya kembali datar. Ia mengalihkan pandangannya dari Swan, kembali menatap paviliunnya di kejauhan. “Dan apa yang kulihat barusan membuktikan kecurigaanku benar.”

“Apa yang Anda lihat?” tanya Swan, suaranya menajam.

“Pintu paviliunmu itu seperti gerbang pasar. Terbuka untuk siapa saja,” kata San Long. “Seorang pelayan rendahan dari paviliun Selir Agung masuk dan keluar sesuka hati. Itu sembrono. Itu berbahaya.”

“Hamba hanya mencari teman untuk mengobrol,” balas Swan dengan nada dibuat-buat polos.

“Teman?” San Long mendengus. “Tidak ada yang namanya ‘teman’ di Istana Naga. Yang ada hanya sekutu sementara dan musuh abadi. Kau terlalu naif kalo berpikir sebaliknya.”

“Jadi, ini semua demi kebaikanku sendiri?” sarkasme menetes dari setiap kata Swan. “Peringatan, obat tidur, dan sekarang pengawasan pribadi? Itu bukan perlindungan, Yang Mulia. Itu namanya obsesi.”

San Long akhirnya berbalik menghadapnya lagi. Jarak mereka begitu dekat hingga Swan bisa merasakan dingin yang memancar dari tubuhnya.

“Aku tidak peduli kau mau menyebutnya apa,” desisnya, tatapan matanya begitu menusuk hingga Swan merasa seolah sedang ditelanjangi. “Sebut saja ini perlindungan.”

1
Yunita Widiastuti
tahta...oh ...tahta..
Yunita Widiastuti
🌹💪💪💪
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: gift. maaf typo
total 2 replies
Ita Xiaomi
Cara aman menghilangkan bukti.
Eskael Evol
luar biasa
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih kakak bintang limanya. jangan bosan baca karya karya author yang ongoing ya...🌹🥳🙏😄
total 1 replies
Eskael Evol
cerita nya sangat bagus
trmkash thor good job👍❤
Ulla Hullasoh
terlalu ingin tau xin jd membahayakan orang lain
Jeffie Firmansyah
awal cerita yg mantap 💪
Wiji Lestari
penasaran💪
Wiji Lestari
💪💪
Eskael Evol
keren trmksh thor👍❤
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: 🙏🙏🥳Terima kasih kakak. semua dukungan kakak sungguh berharga buat author. Terima kasih🙏
total 1 replies
Eskael Evol
keren cerita nya smg ttp seru hingga ahir👍
Eskael Evol
bisa nggak ya nama² pemeran pakai nama biasa aja biar gak ribet dan bingung, sayang cerita bagus tapi malas baca nya
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: maaf. akan saya perhatikan selanjutnya. Terima kasih untuk masukannya. 🙏🙏
total 1 replies
Ulla Hullasoh
karya yang bagus Thor.....🥰
Ulla Hullasoh
akhirnya selamat...sampe tarik nafas 👍
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih kak. udah mampir di cerita author. semoga suka. boleh klik napen author untuk pilih novel author yang lain. berbagai genre juga.
jangan lupa subscribe, like, komen, gift, vote dan klik bintang limanya. Terima kasih dukungan para pembaca setia sangat berharga buat author. lope lope sejagat... 🥳🌹😍🙏
total 1 replies
Ita Xiaomi
Demi kelangsungan hidup Kasim Li😁
Arix Zhufa
ku kira MC cewek nya kuat...ternyata
Arix Zhufa
cerita awal nya bagus tp setelah baca sampe bab ini alur nya bertele tele
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih masukannya. Akan saya perhatikan kembali. 🙏🌹
total 1 replies
Arix Zhufa
sampe di bab ini MC cewek nya keren
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: semangat bacanya ya kak. thx all.🌹🥳🙏
total 1 replies
Arix Zhufa
bab 2 aja udh keren
Arix Zhufa
mampir thor
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih kakak. semoga suka ya. masih banyak kisah author yang lain. bisa klik aja napen author dan pilih kisah kisah author yang mana yang suka boleh dibaca. Jangan lupa subscribe, like, komen, gift, vote dan klik bintang limanya thx u. lope lope sejagat😍🥳🌹🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!