NovelToon NovelToon
Pembalasan Istri Lemahku

Pembalasan Istri Lemahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Paksa / Tukar Pasangan
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Elmu

Laras terbangun di tubuh wanita bernama Bunga. Bunga adalah seorang istri yang kerap disiksa suami dan keluarganya. Karna itu, Laras berniat membalaskan dendam atas penyiksaan yang selama ini dirasakan Bunga. Disisi lain, Laras berharap dia bisa kembali ke tubuhnya lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Elmu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gak Suka Kok ....

Heboh. Gimana enggak, seorang CEO mendatangi ruangan kebersihan. Okelah, mereka tahu kalau istri sang CEO, alias Bunga -Laras- ditempatkan di divisi kebersihan, sebagai office girl baru. Tapi, menurut gosip yang beredar, bukankah mereka gak sedekat itu? Bahkan, boss mereka lebih sering bersama kekasihnya, secara terang-terangan dibandingkan istrinya. Gak sekali dua kali, boss mereka bahkan memilih membela sang kekasih. Lalu, fenomena langka macam apa ini, mendapati sang CEO datang sendiri ke ruang khusus petugas kebersihan hanya untuk mencari Laras, dengan kotak bekal di tangannya.

"Ada apa?" ketus Laras to the point tanpa perlu merasa harus duduk dulu. Dia bahkan masih membawa sapu di tangannya.

"Duduk dulu."

Meski mengedumel, Laras mendaratkan pantatnya di kursi kosong. Sama seperti ruangan ini, tumben banget sepi. Hanya ada dirinya dan Aksa.

Aksa mengulurkan kotak bekalnya. "Makan. Kamu belum sarapan, kan?"

Laras meliriknya sekilas. "Udah," ketusnya.

"Kapan?"

"Tadi. Nyampek sini langsung sarapan."

"Beli dimana?"

"Di luar."

Aksa tak berkomentar. Tapi membuka kotak bekal itu. Mengarah suapan ke Laras.

"Gue bilang udah makan," tolak Laras. Membuang pandangan. Aksa kenapa sih, kesambet apa?

"Mereka bilang belum," tukas Aksa, datar. Masih mengacungkan sendoknya ke Laras.

"Me-mereka siapa?" gugup Laras. Jangan bilang Aksa tahu.

"Mereka, rekanmu."

Laras menelan salivanya. Aksa tahu kalau dia bohong.

"Gak usah. Gue bisa beli sendiri nanti." Laras masih tinggi hati. Gengsi dong.

"Terima yang ada. Hargai bi Imah yang sudah memasaknya."

Laras langsung mengambil kotak makannya. "Gue bisa makan sendiri," tukasnya, mengambil sendok dari tangan Aksa. Menyuap sendiri ke mulutnya.

Sudut bibir Aksa tertarik samar. Gengsinya tinggi sekali.

Tidak ada pembicaraan apa-apa selama Laras menyantap bekalnya. Aksa sengaja diam. Hanya demi menjaga mood gadis itu supaya tidak hilang karna dirinya. Netranya, justru tak terlepas pandangannya dari gerakan gadis tersebut. Tatapan yang hanya dia yang tahu yang difikirkannya.

Nasi berikut lauknya kini tandas dari wadah kotak itu. Laras kini tengah meneguk air putih dari botol yang juga dibawakan Aksa. Perutnya sudah terisi.

"Nih, udah gue habisin, kan," tukasnya, mengembalikan kotak bekal dengan nada masih ketus.

Wajahnya berubah menegang saat ternyata wajah Aksa begitu dekat dengannya. Bahkan, tangan pria itu terulur ke wajahnya. Laras menelan saliva kasar.

"Lapar banget ya, sampek nasinya nempel di pipi," Aksa menunjukkan sebiji nasi.

Sontak wajah Laras memerah. Sial, dia kira Aksa bakal ngapa-ngapain dia tadi. Jantungnya terlanjur deg-deg an parah padahal. Ternyata gara-gara nasi.

"Kata siapa? Biasa aja. G-gue cuma ngerhargain bi Imah yang masak," tukasnya, memalingkan wajah. Malu, sumpah.

Aksa mengulum senyum. Sepertinya akhir-akhir ini dia banyak menarik sudut bibirnya.

"Udah sana, balik ke ruangan. Gak malu apa, boss kok keluyuran ke ruangan OG," usir Laras.

"Ruanganku belum kamu bersihkan."

"Lah, itu kan tugasnya petugas bagian atas. Gue mah bagian bawah."

"Yang biasanya tugas lagi izin. Kamu saja yang bersihin. Aku gak bisa ngasih kepercayaan ke sembarang orang."

"Lah, gue juga gak bisa dipercaya kali. Jiwa-jiwa maling gue suka muncul gak pandang tempat."

"Gak papa. Setidaknya kamu istriku."

"Hah?!"

Aksa gak lagi kesambet, kan?

.

.

Sumpah, Laras makin dibuat pusing dengan sikap Aksa. Pria itu menunjukkan sikap yang ... kalau dia bilang Aksa menyukainya, dia gak kepedean, kan? Nyatanya, tingkah Aksa yang membuatnya berfikir demikian. Perhatian, meski dibalut gengsi. Gak bisa dibilang gengsi juga sih. Soalnya kadang Aksa suka di luar nalar. Bahkan terang-terangan. Kayak tadi contohnya. Apaan maksudnya coba, bawain bekal, dan langsung nganterin ke ruangannya. Yang jelas saja membuat kehebohan setelahnya. Seperti yang pernah dijelaskan, hubungan Aksa dengan Bunga gak sebaik itu. Bahkan, Laras merasakan sendiri, bagaimana jadi Bunga yang direndahkan karyawannya sendiri gara-gara hubungan Aksa dengan Lila yang kelewat terang-terangan.

Laras baru kembali ke lift setelah membersihkan rungan Aksa. Sebelum lift bergerak, pintu kembali terbuka. Sepertinya ada yang hendak masuk.  Laras mencium ketiaknya. Jangan sampai bau badannya menyebar di ruangan sempit ini. Kasihan, bikin orang lain mabuk.

"Laras ...."

Gerakan cium ketek Laras terhenti. Terkejut saat tahu siapa yang memanggilnya.

"Eh, Andre," balasnya, senyum canggung. Kok bisa ketemu di keadaan yang lagi jelek-jeleknya nih. Keringetan lagi.

Andre menatap seragam, dan beralih pada alat kebersihan yang dibawanya. Jangan bilang Andre bakal ilfeel padanya, setelah tahu pekerjaannya.

"Tadi kamu berangkat dengan siapa?"

Laras yang tengah melamunkan kemungkinan itu sedikit tersentak.

"Ah? I-itu ... Em, taksi," sahutnya, gagap.

"Ow," Andre manggut-manggut. "Pulangnya bareng lagi aja."

"Eh?" Laras mendongak. Mendapati senyum Andre, yang manisnya melebihi gula. Mengerjapkan matanya. Gak salah dengar nih? Andre ngajak balik bareng? Artinya Andre gak ilfeel sama dia?

"Astaga ... Kelupaan. Kamu turun di lantai berapa?" Andre bersiap menekan tombol. Sedari tadi mereka mengobrol, sampai lupa memencet tombol lift.

"Aku lantai dasar."

Andre mengangguk. Menekan dua angka berbeda.

Laras menyelipkan helai rambutnya yang terjatuh. Mendadak dia salah tingkah. Di dekat Andre, dia sering salting dadakan. Agak aneh sih. Kenapa harus Andre? Yang baru dikenalnya.

"Bagaimana, Ras?"

Lagi-lagi dia terkejut karna lamunannya sendiri.

"Eh? Gimana, gimana maksudnya, Ndre?"

"Pulang bareng."

"Em ... Itu ...."

"Atau, sudah ada yang menjemputmu?"

Laras menggeleng cepat. "Enggak kok. Gak ada," ralatnya. "Oke."

Shit! Kenapa dia sesemangat ini?

"Nanti tunggu di depan saja. Dan ini nomorku," menyodorkan kertas bertuliskan angka-angka.

Laras menatap kertas itu. Dan Andre tersenyum.

Tiba di lantai tujuh, Andre keluar.

Sendirian di lift, Laras jingkrak-jingkrak.

"Kayaknya lo mulai gila deh, Ras. Lo suka Andre? Enggak kan? No ... No ... No!"

1
kuncayang9
keren ih, idenya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!