Tampan, Kaya, dingin, dan Cuek
Itulah yang bisa menggambarkan sosok Aston Max Matthew yang hampir sempurna. Siapa yang tidak mengenal sosok Aston yang begitu banyak di sukai kaum hawa siapapun yang melihatnya pasti akan langsung jatuh cinta kepadanya. Tapi yang mengenal Aston dia adalah pria yang pemarah, suka mengatur, cuek dan tidak suka jika ucapannya di tentang.
Cantik, Polos, dan Pendiam
Seperti itulah sosok wanita bernama Ayana Yovanka, Wanita yang sudah mandiri sejak kepergian ayahnya yang sudah lama meninggal. Di mana Ayana harus bekerja keras untuk pengobatan sang bunda yang sudah lama sakit. Namun takdir berkata lain ketika saat Ayana di pertemukan dengan pria yang bernama Aston yang mengubah semua takdirnya.
Tapi di suatu kejadian membuat mereka menjadi dekat, akankah kisah mereka seperti kisah novel yang berakhir happy ending atau malah menjadi sad ending?
Ikutin cerita Marriage With CEO.
Update sesuka hati❤️
Start 14 Desember 2024
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwinabila04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marriage With CEO | 19. Surprising News
"APA!!! Jadi kamu sudah berkenalan dengan sekertaris pribadinya Aston!!" Teriak keduanya.
"Kalian berdua bisa gak sih gak usah pakai teriak segala malu di lihat orang," ucap Anindira.
Di saat Ayana sedang berbelanja beberapa kebutuhan rumah tangganya ia di beri kabar oleh Anindira jika mereka berdua memutuskan untuk makan di luar saja dan Anindira ingin memberitahu suatu hal kepada mereka berdua dan di sinilah mereka sekarang berada di cafe yang tau jauh dari supermarket tempat di mana Ayana berbelanja.
"Jadi berapa lama kamu deketin dia?" tanya Ayana.
"Dan kenapa kalian bisa dekat?" tambah Ayana.
"Berapa kali kamu jalan sama dia?" Kali ini Grizella bertanya.
"Sudah sejauh mana hubungan kalian?"
"Satu-satu jika ingin bertanya aku bingung harus jawab yang mana," ucap Anindira.
"Jawab yang paling dahulu,"
"Oke aku jawab ya. Pertama aku bukan yang deketin dia duluan, karena dia lebih dulu deketin aku karena ternyata dia tidak tau jika kita sahabatan, kedua aku dengan dia tidak pernah jalan karena aku begitu insecure ketika jalan dengan dia berasa tidak pantas saja seorang kasir dan pelayan cafe bersanding dengannya, dan yang terakhir kami berdua hanya sebatas teman tidak lebih," ungkap Anindira.
"Kenapa harus insecure? Bukankah aku jauh lebih insecure dari kamu, ya? Lihat aku langsung di nikahi oleh pemilik perusahaannya di mana aku hanya lulusan sekolah menengah atas, sedangkan Aston lulusan S3, bayangkan betapa insecure nya aku namun Aston dan keluarganya tidak memandang itu," ucap Ayana dengan bangga mendapatkan keluarga seperti keluarga Aston.
"Ayana, posisi dengan posisiku itu berbeda jadi saat Hadwin mengajak jalan aku selalu menolak karena aku merasa tidak cocok berjalan dengannya,"
"Anindira dengerin aku, ya. Aku mungkin tidak begitu mengenal kak Hadwin begitu jauh namun aku tau satu-satu sahabat kak Aston salah satunya yaitu kak Hadwin. Dia itu sahabat kak Aston sedari ia kuliah S3 dan kak Hadwin orangnya begitu pendiam dan tidak banyak berbicara karena kak Hadwin lebih ke sebuah tindakan maka dari itu kak Aston menjadikannya sekretarisnya. Jadi aku yakin jika kak Hadwin mendekati mu maka ada sesuatu yang membuat Hadwin tertarik," jelas Grizella.
Anindira belum mempercayai ucapan Grizella. Apa uang membuat Hadwin mendadak tertarik kepadanya, tindakan apa yang membuat Hadwin tertarik kepadanya. Karena anindira merasa ia tidak melakukan hal yang luar biasa maka dari itu Anindira begitu insecure jika harus jalan bersama dengan Hadwin.
Karena saat ini Anindira tidak ingin memiliki hubungan dengan siapapun terlebih dahulu karena ia harus fokus ke adiknya yang masih bersekolah.
Setelah selesai makan mereka memutuskan untuk pulang ke rumah Ayana, namun seseorang membuat yang begitu familiar membuatnya Ayana berhenti melangkah kakinya.
"Bukankah itu Xaquila?" ucap Ayana.
Grizella menatap kearah Ayana. "Xaquila. Dari mana kamu tau dia?" tanya Grizella.
"Saat kami liburan ke Singapura kami tidak sengaja bertemu dengannya dan beberapa hari lalu ia mendatangi kantor Aston untuk melakukan kerjasama namun di tolak oleh Aston," jelas Ayana.
"Dasar wanita tidak tau diri, masih saja ingin menggoda pria yang sudah beristri,"
"Tapi tunggu dulu, pria yang sedang jalan dengannya bukan pria saat bersamanya dengannya di Singapura," lontar Ayana.
"Mungkin yang terdahulu sudah putus maka dari itu ia mencari yang baru," cetus Anindira.
"Tidak mungkin Xaquila putus dengannya karena mereka sudah menjalani hubungan begitu lama tidak mudah bagi Xaquila berpaling dengannya," elak Grizella.
"Iya, itu bukan pria yang bersamanya saat di Singapura, walaupun aku di perlihatkan foto kekasih Xaquila sekali oleh Aston namun aku mengingat wajahnya dan bukan dia yang sekarang sedang berjalan dengan Xaquila,"
"Untung saja kakak ku sudah terlepas dari wanita ular itu, jika tidak maka kakak ku akan di permainkan olehnya, dan untukmu kakak iparnya ku, terima kasih sudah menjadi istri kak Aston dan terima kasih juga sudah menyelematkan kakak ku dari wanita ular itu," tutur Grizella yang membuat Ayana tersenyum senang.
Mereka bertiga berusaha agar tidak berpapasan dengan Xaquila untuk menghindari masalah.
...•••...
Ruangan di penuh gelak tawa dari ketiga wanita yang sedang menikmati film yang sedang mereka tonton sekarang padahal jam sudah menunjukan pukul dua pagi namun mereka belum saja tidur.
Sebenarnya tontonan mereka sudah habis beberapa jam lalu namun karena mereka berdua libur bekerja dan kuliah jadi mereka melanjutkan untuk begadang. Ini adalah film ketiga mereka setelah menonton dua film sebelumnya.
Ayana pergi ke dapur untuk membawakan mereka beberapa minuman dan juga cemilan yang mulai habis. Setelah mengantar cemilan untuk mereka berdua Ayana pamit untuk tidur lebih dulu karena matanya sudah mulai mengantuk.
Tak membutuhkan waktu yang lama mata Ayana tertutup sempurna menuju ke dunia mimpi. Tubuh yang cukup lelah membuat Ayana lebih nyenyak dalam tidurnya. Mungkin siapa saja akan mengalami hal serupa.
...•••...
Pagi hari ini Ayana bangun sedikit siang di mana jam menunjukan pukul delapan pagi. Setelah nyawa Ayana terkumpul ia langsung melesat pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya lalu ia akan masak.
Saat Ayana turun kebawah sebuah suara membuat Ayana dengan cepat. Nampak kedua wanita yang begadang semalaman sedang memasak di dapur.
"Kalian tidak tidur?" tanya Ayana.
"Kami tidur kok, kak. Baru aja bangun," jawab Grizella.
"Terus kalian tidak mandi terlebih dahulu?" tanya Ayana.
"Kami sudah lapar jadi kami makan dulu terus mandi," jawab Anindira.
Ayana tidak heran dengan kelakuan keduanya yang memilih mengisi perut mereka terlebih dahulu dari pada mengurus diri mereka. Ayana duduk mandi di meja makan sambil melihat keduanya sedang masak untuk sarapan.
Beberapa sajian makanan sudah siap mereka hidangkan entah berapa lagi hidangan yang keluar dari dapur karena mereka masak lumayan banyak.
Nampak semua makanan yang tersaji cukup menggoda membuat Ayana menyicipi terlebih dahulu. Saat makanan itu masuk kedalam mulut Ayana ternyata masakan mereka tidak terlalu buruk. Setelah semua hidangan tersaji mereka makan bersama dan rencana mereka selanjutnya adalah berbelanja kebutuhan wanita. Jelas itu adalah ide Grizella yang mengajak mereka berdua. Awalnya Ayana tidak ingin ikut karena tidak ingin menghambur-hamburkan uang Aston namun Grizella yang mentraktir mereka jadi dengan semangat Ayana dan juga Anindira ikut.
...•••...
Ayana sudah siap beberapa menit lalu karena ia sudah mandi tinggal berdandan saja beda dengan mereka berdua yang harus mandi dulu lalu bersiap-siap. Sambil menunggu keduanya Ayana mencoba videocall Aston siapa tau kali ini ia mengangkat panggilannya namun sama seperti kemarin malam Aston tidak mengangkat panggilannya.
Mungkin karena sibuk bekerja jadi Aston tidak sempat mengangkat panggilannya.
Selesai menunggu keduanya Ayana dan juga sahabat sekaligus adik iparnya pergi menuju ke pusat perbelanjaan. Kali bodyguard yang mengawal mereka ada dua karena satu lagi milik Grizella. Pengawal mereka tidak begitu berdekatan dengan mereka agar tidak ketahuan dan tidak mencolok.
Store pertama yang mereka kunjungi adalah tas di mana Grizella sedang mencari tas untuk kuliahnya. Sedikit aneh namun inilah Grizella.
Setelah puas berbelanja tas, store kedua yang mereka kunjungi adalah sepatu dan di store ini barulah Ayana berbelanja. Ayana memilih beberapa sepatu yang ingin ia kenakan. Entah kesialan apa yang mereka alami sehingga hari ini pun mereka bertemu dengan Xaquila lagi. Dan lebih sialnya lagi Xaquila mengenali Grizella.
"Hai, Grizella," sapa Xaquila.
"Sudah besar ternyata kamu," ucap Xaquila yang membuat bibir Grizella cemberut.
Grizella tidak menghiraukan keberadaan Xaquila karena ia fokus memilih sepatu bersama dengan kakak iparnya.
"Ternyata selera mu memilih sepatu begitu jelas, ya. Kenapa bisa Aston terpikat denganmu dan menikahi mu," ledek Xaquila yang membuat ketiganya menatapnya.
"Apa maksud dari perkataanmu itu!" Seru Grizella kepada Xaquila.
"Bukankah kakak iparnya mu ini begitu jelek bersanding dengan Aston yang begitu sempurna itu? Lihatlah dia sekarang lalat pun enggan untuk menghinggap ke tubuhnya." Ejek Xaquila.
Saat Grizella ingin membalas perkataan Xaquila yang begitu pedas Ayana lebih dulu menahannya.
Ayana mendekati Xaquila. "Mungkin aku bukan wanita cantik seperti mu namun jika memiliki hati yang buruk maka wajah cantikmu tidak akan bisa menutupi itu. Jelas lalat tidak menghinggap ke tubuhku yang begitu wangi ini karena lalat hanya menghinggap ke tubuh yang berbau busuk contohnya adalah dirimu. Entah berapa lalat yang sudah hinggap di tubuhmu membuatmu terlihat kotor sekarang, aku sarankan kamu untuk mandi kembang tujuh rupa," jelas Ayana yang membuat Xaquila menjadi bahan tertawa.
Xaquila begitu kesal saat Ayana begitu meremehkan.
Plak
Satu tamparan keras mendarat di pipi Ayana membuat Ayana sedikit terhasut kebelakang. Membuat Grizella dan juga Anindira begitu terkejut dengan tamparan yang mendarat di pipi Ayana.
Bodyguard Ayana yang melihat itu langsung menyeret tubuh Xaquila keluar dari store itu. Anindira menghampiri.
"Ayana, kamu gak apa-apa?" tanya Anindira.
"Aku tidak apa-apa gak usah khawatir karena tamparan dia tidak begitu sakit."
"Beneran kak tidak apa-apa? Apa kita perlu ke rumah sakit saja?" Saran Grizella yang khawatir dengan kondisi Ayana.
"Kalian berdua gak usah terlalu berlebihan deh, aku beneran gak apa-apa," ucap Ayana meyakinkan kondirinya.
Setelah puas berbelanja sepatu mereka kembali ke store ketiga yaitu berbelanja pakaian. Hari ini mereka menghabiskan waktu untuk berbelanja dan juga bersenang-senang.
...•••...
Tepat hari ini adalah seminggu Aston pergi ke luar negeri untuk urusan pekerjaan dan besok Aston sudah tiba di sini. Membuat Ayana begitu senang untuk menyambut sang suami yang akan pulang besok.
Setelah mengirim pesan kepada Aston yang memberi kabar jika ia akan pulang besok Ayana berencana ingin mengunjungi pemakaman sang bunda di mana Ayana ke sana setiap sebulan tiga kali. Kali Ayana pergi ke sana di temani oleh Anindira yang memang pada awalnya ingin ikut berkunjung ke pemakaman sang bunda.
Di dalam perjalanan mereka menceritakan kedekatan Anindira dengan sekertaris pribadinya Aston. Di mana Ayana masih belum mempercayai kedekatan keduanya. Karena Ayana takut jika Hadwin mendekatinya karena di desak oleh kedua orangtuanya untuk segera menikah. Kejadian itu tidak akan Ayana biarkan terjadi kepada sahabatnya. Cukup berhenti di dirinya saja. Walaupun endingnya memang indah namun menjalaninya cukup menguras tenaga dan pikiran.
Ayana membersihkan pemakaman sang bunda di bantu Anindira yang mengelap batu nisan. Ayana tidak berani menceritakan tentang kehidupan saat bersama dengan Anindira karena Ayana tidak ingin Anindira mengetahui awal hubungannya dengan Aston. Semua kejadian itu biarkan menjadi dongeng bagi Ayana sendiri.
Setelah selesai membersihkan pemakaman sang bunda mereka berdua memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Namun Ayana lebih dulu mengantar Anindira ke rumahnya karena Ayana tidak tega jika Anindira harus naik bus walaupun jam masih menunjukan jam tujuh malam namun Ayana tidak ingin Anindira harus naik bus, maka dari itu Ayana mengantar Anindira terlebih dahulu.
"Kalau kamu sudah sampai kabarin aku, ya." Pesan Anindira ketika ia sudah sampai lebih dulu di rumahnya.
"Iya, akan aku kabarin kamu. Yaudah kamu masuk dulu sana, titip salam buat Mama," ucap Ayana yang di anggukin oleh Anindira.
Selepas Anindira masuk ke rumah barulah mobil yang di tumpangi Ayana meninggalkan pekarangan rumah Anindira. Sebenarnya Anindira menyuruhnya untuk mampir ke rumah namun Ayana menolaknya karena ia ingin pulang ke rumahnya dengan segera.
Mobil tiba di pekarangan rumahnya dan Ayana dengan segera masuk ke dalam rumah karena badannya seharian ini begitu lelah karena melakukan aktivitas di luar rumah. Bayangkan saja Ayana yang hanya berjalan-jalan saja sudah lelah apa lagi Aston yang harus bepergian ke luar negeri di tambah banyaknya beban pikiran yang harus Aston tanggung membuat Ayana tidak bisa membayangkan menjadi Aston. Mungkin jika Ayana menjadi Aston bisa saja otaknya akan meledak saat itu juga.
"Aaaaaaaa!!!!!" Ayana berteriak saat lampu di kamarnya mendadak mati.
Kejadian ini tidak biasa di rumahnya karena memang di sini jarang mati lampu namun kali ini mendadak rumahnya mati lampu. Mencoba mencari pencahayaan dari ponselnya namun sialnya ponsel Ayana habis daya.
"Kenapa di saat seperti ini dayanya harus mati sih!" Gerutu Ayana.
Berjalan perlahan untuk mencari senter karena Ayana pernah melihat ada sebuah senter di laci meja dekat tempat tidur Aston. Ayana memperhatikan langkah agar ia tidak terjatuh saat mencari lampu senter.
Sebuah tangan menarik tubuh Ayana hingga membuatnya tubuh Ayana tidak bisa bergerak di tambah lagi mulut Ayana di bungkam olehnya seseorang yang belum Ayana ketahui. Yang jelas badannya lebih besar dari tubuh Ayana membuat Ayana kesulitan untuk melepaskan diri darinya.
"Diam atau kamu akan mati!" Ancamnya.
Tubuh Ayana seketika menjadi kaku dan tidak bisa berkutik ketika suara itu mengancam Ayana.
"Kenapa penjahat ini bisa masuk kedalam." Batin Ayana.