Cerita ini hanya fiktif belaka, hasil kehaluan yang hakiki dari Author gabut. Silahkan tinggalkan jejak jempol setelah membaca dan kasih bintang lima biar karya ini melesat pesat. Percayalah Author tanpa Readers hanyalah butiran debu.
Siti dan Gandhi tetiba menjadi pasangan nikah dadakan, karena Siti menghindar perjodohan dari sang ayah yang akan di pindah tugas keluar Pulau.
Sebelumnya Siti sudah punya kekasih, tetapi belum siap untuk menikahinya. Jadilah Gandhi yang bersedia di bayar untuk menjadi suami pura-pura hingga Arka siap meminang Siti.
Isi rumah tangga Siti dan Gandhi tentu saja random, isi obrolan mereka hanya tentang kapan cerai di setiap harinya.
Mari kita simak bagaimana akhir rumah tangga Siti dan Gandhi yang sejak awal berniat bercerai. Apakah sungguh berpisah atau malah bucin akut?
Happy Reading All
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18 : MANISA
Sepertinya Gandhi terbiasa dengan pola hidup bersih, pagi-pagi benar ia sudah membungkus semua pakaian kotor Siti kedalam sebuah kantong kresek yang cukup besar. Begitu juga dengan sampah di dapur, sudah ia bungkus dan ia jejerkan di depan rumah, mungkin sebentar lagi akan di angkut tukang sampah untuk di antar ketempat pembuangan akhir.
Siti bangun lalu ke kamar mandi, senyum tipisnya keluar melihat di dalam kamar mandi pakaian kotornya sudah tidak ada, sejak tadi ia mendengar suara mesin cuci agak bising karena beroperasi. Siti yakin Gandhi sedang mencuci pakaian, terbayang di pelupuk matanya jika Gandhi pasti sudah mencuci semua pakaian kotornya juga.
Siti membuka kulkas, ia melihat ada mie instand di sana. Siti bisa memasak itu, lalu berlari kebelakang di mana Gandhi berada, yaitu sedang memantau cucian pakaian dalam mesin yang sedang beroperasi.
"Gan. Lu mau gua masakin mie instand?" tanya Siti ceria.
"Yakin lu bisa buat?" tanya Gandhi tak percaya.
"Rebus mie instand doang sih gua bisa." Jawab Siti dengan senyum, Agak berbeda Siti pagi ini, sebab ia kira Gandhi mencucikan pakaiannya yang segunung itu dalam kamar mandi.
"Ya buat saja, asal gak ngurangi jatah bulanan ku." Jawab Gandhi memastikan bayarannya tidak terpotong kelakuan.
"Gak, udah kubayar untuk dua bulan juga kan. Yang ada loe yang masih utang ngabdi sama gua." Ujar Siti yang kemudian memecahkan telur dua biji pada rebusan air untuk memasak mie untuknya dan Gandhi.
"Gan, udah matang. Yuk makan bareng." Ujar Siti ramah pagi ini.
"Heem." Ujar Gandhi memutar pengering lalu meninggalkan mersin tersebut. Lalu memenuhi undangan makan pagi bersama Siti si istri pura-puranya itu.
"Terima kasih makan paginya, rebusan mie kamu enak. Tidak benyek juga tidak mentah, pas rasanya." Puji Gandhi pada rebusan mie instad buatan Siti.
Siti hanya melongo mendengar pujian dari Gandhi. Ada rasa senang dalam hatinya, mendapat pujian akan masakan pertamanya untuk Gandhi, walau hanya membuat mie instand. Setidaknya Gandhi memang lelaki yang pintar menghargainya. Tidak seperti Arka yang selalu melihat kekurangannya, Siti kerap mendapat hardikan Arka kalau hanya tidak membuang sampah pada tempatnya di kost Arka, celakanya Siti masih sayang saja dengan kekasihnya itu.
Seharian Gandhi hanya mengurung diri di kamarnya, Siti tidak tau apa yang Gandhi kerjakan di dalam. Pun Siti juga sudah tenggelam dengan ketikan skripsinya yang kadang membuatnya pusing. Jangan tanya betapa berantakannya kamar Siti, sampah cemilannya sudah saingan dengan buku penuntunnya dalam menyusun Skripsi. Kebiasan jorok atau memang pemalas entahlah, Siti terbiasa di manja oleh Sita. Yang tidak pernah ngedumel dalam urusan merapikan kamar Siti walau sekotor apapun.
Tok
Tok
Tok
Pintu terdengar ada yang mengetuk, karena kamar Siti di depan, tentu dia yang lebih mendengar suara ketukan dan berjalan membuka pintu. Tampak seorang wanita dengan celana pendek hitam, dengan outer se siku untuk menutup bagian dalamannya yang cukup pendek bahkan menampakan pusatnya. Siti agak curiga melihat tampilan wanita yang menurut Siti cukup cantik dan seksi.
"Cari siapa?" tanay Siti tidak ramah.
"Kak Gandhi ada?" tanyanya dengan senyum sambil melepas ikatan rambutnya, sehingga rambut tidak hitamnya tergerai indah bervolume, wangi juga.
"Ada. Loe siapa?" penasaran Siti.
"Aku Manisa" ujarnya mengulurkan tangan untuk bejabat dengan Siti.
"Hey, Manis. Masuk de." Tidak di panggil Gandhi sudah keluar saja dari kamarnya, mungkin Miranda sudah mengirimkan chat tentang keberadaannya.
"Iya kak. Misi." Senyum Manisa terumbar dan agak serong melewati tubuh Siti yang masih di ambang pintu.
"Pake apa tadi ke sini?" tanya Gandhi yang punggungtanganya sudah di cium Manisa saja. Gak suka Siti melihat itu.
"Pake mobil." Jawab Manisa, Siti malah buru-buru keluar lagi mau lihat mobil Manisa, tapi gak ada.
"Ya kali pake motor. Celana kamu kependekan, ntar item loh." Ujar Gandhi manis banget pada Manisa.
"Iya, tau. Whitening mahal kali kak." Kekeh Manisa.
"Ada bawa yang pesananku gak?" tanya Gandhi ramah pada Manisa, anehnya Siti tidak masuk kekamarnya. Ia memilih duduk saja dikursi tamu supaya bisa melihat gerak gerik Gandhi dan Manisa berinteraksi.
BERSAMBUNG ...
pinisirin Tor?
Hanya ibadahnya belum lengkap aja
ujan ujan gitu, mknya cakit/Grin//Grin/
🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Keren kok alurnya