Fell Harder to You
Awalnya Marley merasa biasa saja dengan Elang. Semakin kesini takdir selalu mempertemukan mereka. Berteman dengan kaka dan teman teman kaka nya membuat Marley seperti berada di kebisingan yang tiada henti.
Termasuk Clara ia lah mak comblang bawel nya.
Apakah Marley akan menyukai ketos itu?
atau apakah Marley akan menelan ludah nya sendiri dengan berkata tak akan suka dengan lelaki populer?
Saksikan kisah mereka dii Fell Harder to You yaaa
jangan lupa tinggalin jejakkkk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byanzaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Partner
2 hari berlalu. Di kediaman Pangrestu masih penuh rengekan Marley. 2 hari kemarin Marvel gak izin, ralat ga di bolehin izin oleh Daniel.
Jam menunjukan pukul 15.46.
Marley dan Nadira sedang melihat Daniel dan Marvel saling merebut bola basket. Marley ingin ikut bermain, namun apalah daya dia masih lemah, walau suhu di tubuh nya turun.
Menyimpan kepala di pundak sang bunda, memeluk lengan bunda nya yang sekarang Marley lakukan. "bun kok bunda bisa dapetin ayah?"
Sebenarnya pertanyaan itu selalu Marley tanyakan, walau dengan jawaban yang sama. Karena sungguh percintaan Bunda dan Ayah nya begitu indah.
"kamu kan udah tau atuh jawaban bunda gimanaa. Adek lagi jatuh cinta ya?" balas Nadira mengelus rambut indah bungsu nya.
Marley mengangguk "masih labil bun, tapi ayah kok beneran romantis sih bun."
Nadira terkekeh "bunda ga tau atuh sayang, coba tanyain ke ayahh"
"ayah mah ngeselin masa bun, setiap adek nanya gitu ayah selalu bercandaa" jawab Marley sembari menatap wajah indah Nadira.
"peluk aja terus istri ayah" ujar Daniel sembari menghampiri Nadira dan Marley, lalu mengambil handuk kecil nya, istirahat karena umur nya sudah tua, ia lelah.
Marley semakin mengeratkan pelukan pada Nadira "biarinn, bunda adek ini"
"peluk aja terus bunda kaka" ujar Marvel, si yang menggiring bola sampai tempat yang Nadira dan Marley duduk.
"bundaa, ayah sama kaka nyaaaa" rengek Marley kesal, dengan duo cowo posesif itu. Padahal kan Nadira bunda nya juga, kenapa ayah dan kakak nya itu ganggu terus, malas.
Nadira tertawa "jangan di ganggu dulu atuh, adek masih sakit. Kalo udah sembuh boleh ganggu lagi"
"BUNDAA MAH"
Melihat itu Daniel, Nadira, dam Marvel tertawa. Marley memandang melas itu, sekeluarga sama aja.
"iyaa iyaa maaf"
"duh bunda pasti kangen sama masa kaya gini, nanti nanti kalian udah ga manja bareng bunda lagi. Pasti punya pasangan masih masih, nanti bunda di sini sama ayah aja haha. Nanti adek kalo sakit ngerengek nya bukan ke bunda lagi, tapi ke suami adek. Terus nanti kakak ga bakal manja sama bunda lagi, nanti kakak manja sama istri nya." lanjut Nadira, langit seolah mendukung dengan awan yang menutupi matahari, cahaya dari sang mentari seperti menyinari kediaman Pangrestu.
Angin yang tadi panas, berganti dengan angin yang adem. Sungguh kenapa langit merestui bunda nya galau.
"apasih, adek masih kecil, segini nih 🤏🏻. Adek mah nanti bakal terus manja ke bunda." timpal Markey menatap mata indah snag bunda yang sedang melihat ke langit, 4 burung seperti menari di atas sana.
Marvel mengangguk "bundaa lagi sedih? Kok ngomong nya gituu, kaka bakal manja ke bundaa. Kakak juga pengen sukses dulu, bahagia in bunda sama ayah. Lagian bun, kalo kakak sama adek manja terus sama bunda, ayah nanti berisik ganggu"
Yang nama nya di panggil menengok sembari mengeluarkan lidah nya, puas. "ya iya atuh, kalian mah suka nempel terus sama bunda, ayah kapan?"
Nadira menggeleng "kamu? setiap hari" lalu melihat ke atas, burung yang tadi nya 4 sekarang berkurang menjadi 3.
"aduh kak, ayok bersih bersih kak. Kakak bau" Marley bangun dari duduk nya, mengangkat lengan Marvel dan menggusur kakak nya itu untuk pergi meninggalkan Daniel dan Nadira.
Daniel tak bisa menahan senyum nya sedangkan Nadira menggelengkan kepala nya "kamu lagi ada masalah? Want to cry?" ujar Daniel mengusap lembut kepala istri nya.
"malu" timpal nya sembari menggeleng.
Daniel tanpa ragu ia bawa istri nya di pelukan nya. Ia dekap dengan lembut, ia tahu istrinya mudah kalut.
"aku ga tau apa di pikiran kamu sayang, if you want to cry, then do it. Gaboleh berlindung di kata gapapa. Kamu punya aku yang bisa kamu andelin" lanjut Daniel masih mengelus punggung dan rambut sang Istri.
...*...
Ke esokan hari nya, Marley di boleh kan mengikuti belajar di sekolah nya. Walau luka lebam belum sepenuh nya sembuh, dan rasa lemas nya belum hilang sepenuhnya.
Dari jam 12.00 Marley sudah bergelut di ruang olimpiade. Pamit kepada guru yang mengajar di kelas nya. Di ruang olimpiade terdapat peserta olimpiade lain nya dan guru pasti nya.
Tak banyak kali ini mereka hanya di pilih untuk menjadi partner ketika di olimpiade nanti.
Tim olimpiade terbagi menjadi 4, High School Nusantara ini lolos di kategori olimpiade Matematika, Fisika, Geografi dan Ekonomi.
Marley dan Elang di bidang Matematika, kenapa? Karena mereka paling cepat dan benar mengisi soal matematika yang di berikan oleh guru olimpiade.
"ibu udah siapin soal buat kalian latihan, di kerjakan ya. Besok kertas nya di ke ibukan kembali ya" pinta bu Wulan menjelaskan, lalu keluar dari ruang olimpiade itu.
"kenapa sih si marley marley itu harus sama si elang, males banget gw liat nya"
"iya dah gw setuju sama lo, modus aja itu mah. Paling nyuap ke guru biar bisa berdua"
Itu bisii bisik yang terdengar oleh Marley secara kebetulan, tak tau yang tak ia dengar bagaimana. Ia tak marah di bicarakan dengan jelek oleh orang orang itu, yang membuat Marley marah adalah mereka membicarakan hoax, firnah.
Kertas dan bolpoin di susuli hentakan terjadi. "kalo ga tau ga usah sok tahu. Isi! Kalo udah taro di meja gw, kalo ga mau taro di meja bu Wulan sen-di-ri." ketus Marley dengan menekan kata terakhir, di susuli senyuman tipis nya.
Lawan bicara yang satu nya sedikit terkejut yang satu nya lagi malah mengeluarkan jari tengah nya, kesal.
Menarik napas panjang, Marley melihat Elang sedang mengajarkan perempuan lain, dia kesal — bukan cemburu.
Marley tau Elang pandai di segala hal, itu lah terjadi mereka dominan bertanya pada Elang. Marley mengangkat pundak nya tak peduli, ia sekarang hanya ingin mengerjakan soal itu dan tak memperdulikan Elang.
Satu jam berlalu, Marley masih dengan kertas di depan nya.
"kenapa?"
Marley menengok karena ngerasa terpanggil "gw? kenapa apa nya?"
"kenapa cemberut gitu, any problem?" ya, Itu Elang masih dengan nada lembut pada Marley.
Marley menggeleng "gak kenapa-kenapa kak ell, pokus aja sama soal lo" suruh nya ketus dan fokus nya beralih ke kertas di depan nyaa.
Tisu mendarat di hidung nya, "maka nya, kalo belum kuat jangan di paksain Adinda Ariana Marley" Elang dengan tanpa ragu mengelap darah yang keluar dari hidung Marley.
Terjadi nya adegan saling tatap karena jarak mereka "ya lagian, nanti gw di kick sama bu Wulan kak" jawab nya langsung merebut tisu itu dam menahan nya dengan sendiri.
Elang mendengar itu tersenyum "mau ke UKS?" tawar nya.
"ga usah" timpal Marley masih datar.
Jepit yang di berikan oleh Elang kemarin di pakai oleh Marley pada hari ini. Pada dua sisi sisi kanan dan sisi kiri ada jepit berwarna pink dan hitam, lalu ia juga memakai jedai yang di belikan oleh Elang. Sungguh pada hari ini sangat panas.
Sembari memberikan lebih banyak tisu "suka jepit nya?" tanya nya lembut.
Marley mengangguk sembari senderan pada kursi nya "iyaa suka, lucu banget. Makasih ya"
Elang mengangguk "kalau ga kuat bilang ke saya, nanti kalau kamu tumbang repot soalnya" ucap Elang dnegan di susuli senyum tengil nya.
Dengan kesal Marley memukul lengan Elang "kampret"
...****************...
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YAA 🫰🏻🤝🏻🤝🏻