Tidak ada manusia yang bisa menebak takdirnya sendiri termasuk Gibela, seorang gadis biasa di takdirkan menjadi pelindung negeri luar yang disebut Dunia Magis. Gibela adalah orang terpilih pemilik anugrah kekuatan Bulan dan Bintang. Pimpinan Gedung Pod (Power of Destiny) dari Negeri Putih atau pemilik anugrah yang bernama Guru Hayeo menunjuknya jadi ketua grup 3F (Five Friend Fod) yang artinya lima sekawan Gedung Pod diantaranya yaitu Gibela, Yeni, Clara, Rayhan, dan Boy. Gibela memiliki keistimewaan dibandingkan pemilik anugrah lainnya, kekuatan yang luar biasa dan kecantikannya membuat banyak pria tertarik padanya termasuk Siyoon dan Raja Kegelapan. Tidak peduli berapa banyak kekuatan jahat yang datang Gibela selalu bisa menghancurkannya meski berkali-kali hampir kehilangan nyawa namun sejarah masa lalu Dunia Magis menyisakan racun dan menyebabkan kekuatannya menghilang. Apa Gibela bisa melawan kekuatan jahat tingkat tinggi itu ? Apakah Gibela bisa hidup dan bahagia bersama keluarg
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibela26 Siyoon93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejadian di Hari Festa
“Bikin kaget aja,” ucap Gibela sesudah Siyoon melepaskan tangannya.
“Jika tidak mungkin mereka akan menemukan kita.”
“Dari mana dapat yang gituan ?” menunjuk baju yang dikenakan Siyoon.
“Oh ini tidak penting.”
“Hah ?”
“Kenapa menatapku begituh ?”
“Rasanya tidak akan nyaman menggunakan gaun,” memberikan baju.
“Ganti disini ?”
“Aku tidak keberatan.”
“Gila kali,” Gibela berjalan cepat ke belakang gordeng. Melihat Gibela berganti pakaian tepat didepannya Siyoon berbalik menghadap kebelakang.
“Bisa pas gini yah,” merapihkan bajunya.
“Cantik.”
“Kamu mengatakan sesuatu ?”
“Tidak, ayo pergi !” menarik tangannya.
“Kemana ?”
“Membebaskan Senior Dion.”
“Kamu sudah menemukan sesuatu.”
“Tidak jauh dari istana ada ruang bawah tanah, kemungkinan Senior Dion dikurung disana.”
“Kemungkinan ?”
“Sebaiknya kita lihat kesana untuk memastikan !”
“Apa itu tempatnya ?” menunjuk pintu masuk kedalam tanah.
“Benar, ada empat prajurit disana.”
“Seseorang datang,” mencegah Siyoon berdiri.
Mereka berdua bersembunyi di semak-semak tidak jauh dari pintu masuk ruang bawah tanah.
“Panglima Fira dia kenapa ada disini ?”
“Senior Dion ada didalam,” tambah Gibela.
“Kamu yakin ?”
“Indra pendengaranku tidak pernah salah kecuali itu kamu,” untuk beberpa saat Siyoon sulit mencerna perkataan Gibela barusan.
“Setelah Panglima itu keluar masuklah kedalam.”
“Bagaimana dengan prajuritnya aku tidak mau membuat keributan.”
“Aku akan mengatasinya, tunggu disini !”
Siyoon membuat suara di bawah pohon untuk mengalihkan perhatian prajuritnya, dua prajuritpun pergi mengeceknya. Ketika prajurit itu tiba Siyoon memukul punggung bagian belakang keduanya menggunakan kayu sampai pingsan. Prajurit lainnya menyadari ada yang tidak beres lalu pergi menyusulnya, Siyoon seperti hewan yang menipu mangsanya untuk datang menjadi makannya.
“Beres,” menepuk-nepuk tangannya, Siyoon bersiul memberi tanda pada Gibela.
“Aman,” memastikan tidak ada orang lain lagi.
Gibela melesat kedalam ruang bawah tanah itu dan mencari Senior Dion di setiap sisi ruangan didalamnya.
“Senior Dion ??” Gibela memanggil nanya berkali-kali.
“Ketua Gi,” Dion sudah tidak memiliki tenaga lagi tetapi saat mendengar Gibela Dion berusaha keras memanggil namanya kembali.
“Lukanya cukup parah,” mengecek nadi tangannya.
“Gi ?” Siyoon berlari supaya bisa cepat mengejar Gibela.
“Senior bagaimana keadanmu ?”
“Kita harus segera membawanya pergi dari sini,” mengangkat tubuh Dion dibantu Siyoon.
“Berhenti !!” seseorang datang menghentikan langkah mereka.
“Terlambat.”
“Nona Gi ?” ketika berbalik Panglima Fira terkejut penolong penguntit yang ditangkapnya ternyata orang yang dia kenal.
“Dia adalah temanku.”
“Tapi Nona Gi dia mengikuti Yang Mulia, dia pasti mata-mata yang dikirim musuh.”
“Bukan Rajamu yang diikuti tapi aku.”
“Sepertinya kamu bukan Nona Gibela,” mengeluarkan pedang.
“Aura kekuatannya meningkat dan amarahnya memuncak,” Gibela bersiap melawannya.
“Hati-hati !!”
“Musuh dari kerajaan mana kamu berasal ?”
“Mana mungkin aku melawannya ini istana kerajaan milik Artha, tapi jika tidak mereka dalam bahaya.”
“Kurang ajar,” berlari menusuk Gibela dengan pedang.
“Panglima Fira,” menangkisnya.
“Ada yang aneh.”
“Hahaha kamu begitu berani yah.”
“Pancaran kebencian terlihat begitu jelas dimatanya.”
Mau gak mau Gibela harus melawan Panglima Fira yang terus-terusan menyerangnya, perlawannya merupakan pembelaan diri. Gibela tidak ingin melukai Fanglima Fira jadi dia hanya menghindar sampai dimana Panglima Fira mengalihkan targetnya ke Siyoon dan Dion, Gibelapun tidak bisa diam saja melihat orangnya dilukai begitu saja.
“Gila nih orang tidak mau menyerah.”
“Panglima berhenti jangan memancing diriku.”
“Hahaha jangan banyak cingcong,” mengeluarkan tenaga dalam.
“Terpaksa,” Gibela membalikkan serangannya dan membuat Panglima Fira terluka parah.
“Ketua Gi maaf sudah merepotkan.”
“Sudah tau begitu kenapa kalian malah ngotot datang kemari.”
“Kita harus segera pergi dari sini sebelum ada yang datang,” Siyoon memapah Dion.
“Oppa sebelah sini !” Gibela meminta Siyoon membawa Dion kedalam kereta kuda yang terparkir di depan gerbang utama.
“Luka dia sangat parah.”
“Senior jangan banyak bergerak,” Gibela menggunakan kekuatan penyembuhnya.
“Terima kasih Ketua Gi,” keadaan Senior Dion mulai membaik.
“Sisanya akan aku obati setelah kembali ke gedung pod.”
“Kenapa ?”
“Sepertinya ada yang datang.”
Pendengaran Gibela memang tidak pernah salah sesaat setelah mengatakannya Siyoon melihat bayangan orang yang bertubuh kekar bergerombol seakan mencari seseuatu.
“Mereka tidak melewatkan satu sudutpun,” ucap pelan Siyoon.
Satu orang pria kekar terlihat mendekati kereta kuda mereka, seketika mereka bertiga langsung diam tanpa bergerak.
“Ketua ada sesuatu disini !” ucap salah satu dari mereka menghentikan langkahnya.
“Darah ? mereka pasti ada disekitar sini cepat cari jangan ada satupun tempat terlewat !” perintah ketua mereka.
Pria itu memiliki badan yang lebih besar dari pada yang lainnya dengan membawa pedang besar di punggungnya.
“Mereka mencari kita ?”
“Hemnn.”
“Ketua Gi jangan-jangan mereka mau menangkap kita karena membuat keributan tadi.”
“Tidak mereka bukan dari kerajaan ini.”
“Jika bukan lalu siapa mereka ?”
“Orang yang sama ingin mencelakai Gibela.”
“Hah ?”
“Benar Senior saat Artha dan Jendral Patrik meninggalkanku sendirian ada seseorang yang sengaja menaruh racun di gelas anggurku.”
“Racun ?”
“Tapi meski target didepan mata yang memakan umpannya malah orang lain.”
“Apa itu artinya seseorang tanpa sengaja meminumnya ?”
“Iya.”
“Jangan khawatir Senior dia tidak mati Gibela sempat menyelamatkannya.”
“Syukurlah,” terlalu asik mengobrol tanpa sengaja Dion menyenggol kotak barang sampai terjatuh.
“Maaf …”
“Hadeh...”
Mendengar suara didalam kereta kuda membuat rombongan yang tadinya terfokus dengan tetesan darah yang ada ditanah mengepungnya. Ketua mereka yang bernama Kuro memimpin untuk menyergap orang yang ada di dalam sumber suara tadi.
“Kalian mau tetap didalam sana atau kami jemput,” senyum jahat Kuro.
“Sial …”
“Kalian tunggu disini !”
“Mana mungkin aku membiarkan seorang wanita melawan mereka semua sendirian ?”
“Jangan lupa aku bukan wanita biasa.”
“Ehh ..”
“Sebaiknya kita tunggu disini Siyoon, mereka semua hanya semut bagi Ketua Gi.”
“Sungguh menyayangkan wanita cantik sepertimu harus dihabisi, bagaimana kalau terima tawaranku ? jadi wanitaku dan aku tidak akan menghabisimu ?”
“Lelaki buaya darat,” kesal Siyoon.
“Cemburu ?”
“Tidak,” ucapnya dingin.
“Apa yang terjadi jika aku menolak tawaranmu ?”
“Maka kamu akan mati ditanganku,” menarik pedang.
“Siapa mereka ini sebenarnya ? kenapa mencari ku ?” suara hati Gibela.
“Aku ladenin,” mengeluarkan pedang.
“Kurang ajar !!” Kuro semakin marah dan menyerang Gibela.
“Cuman segituh,” menepis serangannya dengan sekali ayunan pedang.
“Serang !!” anak buahnya yang berjumlah 15 orang dikerahkan untuk menyerang Gibela.
“Beraninya keroyokan doangs,” ledek Gibela sembari melawan setiap serangan.
Satu pria yang membawa kampak berniat licik dengan menyerang Gibela dari belakang dan Gibelapun tidak menyadarinya karena dia fokus menangkis serangan dari depan.
“Apa ??” kampak pria itu siap melayang ke kepala Gibela.
“Beraninya memanfaatkan kelemahan orang !” Siyoon melihat Gibela dalam bahaya segera datang membantu.
“Tidak disangkan seorang idol sepertimu memiliki tendangan maut.”
“Jadi berapa pointnya ?”
“80/100.”
“Apa hanya 80 jangan bercanda.”
“Aku tambah kalau kamu bisa membantuku menghabisi mereka dalam lima menit.”
“Siapa takut !”
Gibela dan Siyoon begitu kompak melawan rombongan yang tiba-tiba mencarinya dan berniat menghabisi nyawanya.
Meski Siyoon hanya mengandalkan kemampuan bela dirinya dan sesekali terkena pukulan dan serangan mereka Gibela selalu datang tepat waktu.
“Yakin bisa melawannya ?” Gibela dan Siyoon berada di tengah-tengah para pria itu.
“Tentu,” suara ngos-ngosan.
“Okey kalau begitu,” memberi isyarat bergerak bersama.
“Dasar tidak becus !!!” Kuro tidak percara anak buahnya bisa dikalahkan Gibela dan Siyoon.
“Minggir kalian,” bersiap menghadapi Gibela sendirian.
“Bagian ini serahkan padaku kamu bukan tandingannya.”
“Baiklah,” Siyoon dengan santainya menduduki salah satu pria yang sudah terkapar kalah sampai sulit bernafas.
“Gadis kecil ingin berubah pikiran ?” menjilat bibirnya.
“Gadis kecil ? aku ?” berbalik melihat Siyoon.
“Ahh kamu memang gadis kecil.”
“Hey usiaku udah 20 lebih.”
“Bagaimana ?”
“Tidak sudi,” pedang Gibela bersinar emas.
“Kekuatan gadis ini sungguh luar biasa pantas saja orang-orang yang menyerang gedung pod mati tapi bukan berarti aku akan kalah ditangannya,” gumam Kuro.
“Maju kou gadis tengik !” bersiap menyerang dengan kekuatan tingkat tinggi.
Gibela menangkis serangan Kuro beberapa kali, Gibela tidak melawan hanya menghindar.
“Kekuatan pria ini cukup tinggi aku tidak boleh lengah,” tak pedang besar melayang tepat dikepalanya.
“Hey !!” membalas serangannya.
“Baiklah kali ini giliranku.”
“Gi hati-hati !” Siyoon khawatir melihat Gibela yang kewalahan melawan Kuro.
Gibela mengusap darah yang mengalir pipi kirinya.
“Sudah ku duga kamu bukanlah tandinganku !” menunjuk Gibela dengan pedang besarnya.
“Terima ini !!” Gibela tidak sempat menghindar dan ‘booomm’ suara ledakan besar.
“Gibela ..” teriak Siyoon berlari mendekati kebulan asap hitam.
“Ketua Gi ohok ohok ….” keadaan Dion masih lemah keluar dari kereta kuda.
“Apa yang terjadi ?” Raja Artha segera keluar mengecek keadaan setelah mendengar ledakan besar tadi.
“Ada apa ini ??” semua orang yang berada di pesta berlarian keluar.
“Dimana Gibela ?” tanya Raja Artha.
“Saya kehilangan nona Gi saat di ruang pengobatan Yang Mulia,” jawab Jendral Patrik.
“Dan dimana Panglima Fira ?”
“Sejak tadi Panglima Fira belum kembali Yang Mulia.”
“Sial kemana dia pergi saat aku membutuhkannya,” Raja Artha memukul tembok di sebelahnya hingga retak.
“Apa bagaimana mungkin ?” kebulan apinya perlahan menghilang hanya terlihat Gibela yang tetap berdiri.
“Siapa wanita itu ?” orang-orang mulai bertanya-tanya penasaran.
“Aku tidak akan kalah begituh saja tuan,” senyum meledek lalu mengusap darah yang mengalir dari bibir sampingnya.
“Gibela ..” betapa terkejutnya Raja Artha melihat Gibela penuh luka bahkan pakainya berubah menjadi warna darah.
“Sekarang giliranku ….” Gibela menyerang balik dengan kekuatan penuh, Kuro terlempar ke tembok besar.
Gibela mengambil pedangnya yang terjatuh lalu menghancurkannya dengan satu tangan.
“Siapa wanita itu dia hebat sekali ….” ucap seseorang yang berdiri dekat Raja Artha.
“Matilah ..” Kuro mengeluarkan kristal kuning runcing yang panjang.
“Kenapa penglihatanku seakan memudar ….” Gibela melihat samar-samar kristal itu menuju kearahnya.
Gibela kehabisan tenaga sehingga tidak bisa menghindar ‘srak cleb’ berlian itu mengenainya.
“Kamu harus kembali bersama Dion…” Siyoon menghadangnya, kristal itu menusuk punggung Siyoon dan perlahan matanya menutup hingga tidak sadarkan diri.
“Siyoon Oppa …” Gibela menopang tubuh Siyoon.
Raja Artha terpaku berdiri di tempat “Bagaimana mungkin ini terjadi di wilayahku ???” menyaksikan orang terkasihnya terluka.
“Yang Mulia …..!” permaisuri mencoba mereda amarahnya, Raja Artha menepis tangan permaisuri lalu berlari mendekati Gibela.
“Gibela …”
Mata Gibela menyorot tajam Kuro “Beraninya ….” Raja Artha melangkah mundur merasakan kekuatan Gibela yang begitu besar.
“Ini ..” dan duarrr Gibela menyerang balik Kuro, tubuh Kuro hancur lebur menjadi abu.
“Siyoon Oppa sadarlah aku mohon …” membaringkan tubuh Siyoon.
“Ketua Gi apa kamu bisa mendengarku ? gunakan darahmu sebelum terlambat,” suara Dion dari kejauhan.
Tanpa berpikir panjang Gibela mengambil pedang Raja Artha yang sudah berada di sampingnya lalu menggores tangannya, darahnya bercucuran ke tanah.
“Aku mohon bertahanlah ….” meneteskan darahnya tepat di bagian kristal yang masih menusuk di tubuhnya Siyoon.
Tetesan darah Gibela mulai mengaliri seluruh bagian kristal, tiba-tiba keluar cahaya dari kristal itu semua orang yang berada disana menutup mata tidak tahan melihat terangnya cahaya itu. Gibela terpaku diam menyaksikan kristal dan darah Gibela bersatu memasuki tubuh Siyoon.
“Gibela,” Siyoon perlahan tersadar menyebut nama orang yang ada didepannya.
“Syukurlah,” sisa kekuatan yang dimilikinya digunakan untuk menghabisi Kuro di detik terakhir.
Gibela tidak bisa bertahan lebih lama lagi dan diapun pingsan, Siyoon bergegas berdiri menangkapnya namun ketika dia ingin menggendongnya Raja Artha segera mengambil alih.
“Tubuhmu masih lemah tidak akan kuat mengangkatnya,” tubuh Gibela sangat ringan sehingga Raja Artha dengan mudah membawanya.
Siyoon hendak menghampiri Dion tapi tiba-tiba dirinya kehilangan kesadaran.
“Siyoon !” teriak Dion.
“Yang Mulia ijinkan saya untuk membantu,” Vlora menghampiri Siyoon yang tergeletak.
“Jendral Patrik bereskan semua kekacawan ini !”
“Baik Yang Mulia,” membungkuk.
“Antar semua tamu pulang !”
“Baik Yang Mulia Ibu Ratu,” jawab seorang penasehat pria berusia 60 tahun bernama Pakau.
“Siapa gadis ini sebenarnya ? Kenapa dia bisa dengan mudah mengalahkan Kuro ?” gumam Ibu Ratu.
“Mari Ibu !” Permaisuri mengajak Ibu Ratu masuk istana.
Ketua Hura menyaksikan pertarungan Gibela melawan kaki kanannya melalui bola kristal. Mengetahui salah satu orang kepercayaannya tewas di tangan Gibela dia murka, tembok besar disampingnya dibuat hancur dengan sekali pukulan kekuatan miliknya.
“Selama ini aku terlalu meremehkan gadis itu.”
“Dimana Puro dan Qiro ???” teriaknya penuh amarah.
Prajurit yang berada disana langsung berlari memanggil Puro dan Qiro kehadapan Ketua Hura.
Furo, Kuro dan Qiro merupakan anak Ketua Hura sendiri dan juga kaki tangannya, mereka lahir dari seorang perempuan bertubuh iblis. Ketua Hura adalah ketua kelompok kegelapan paling kejam di negri kegelapan. Ketua Hura berusia kurang lebih 150 tahun meski begitu dirinya tampak awet muda seperti usia 30 tahun, selain itu dia terkenal sebagai pemilik kekuatan kegelapan paling tinggi di negri kegelapan. Ketua Hura sudah lama tidak ikut campur di negri kegelapan dia hanya bermain dengan wanita-wanita muda yang diculiknya. Dia memiliki banyak anak dari setiap wanita yang ditangkapnya, satu-satunya yang membuat dia tidak terkalahkan dan awet muda adalah dengan menggauli seorang perempuan berdarah iblis. Meski perempuan berdarah iblis sangat jarang ada tapi hanya dengan menggauli 1 wanita saja bisa menambah usianya sampai 20 tahun dan kekuatannya akan meningkat. Satu dari tiga wanita berdarah iblis yang digauli Ketua Hura adalah adik Ratu Iblis namanya Yura. Ketua Hura memiliki satu anak laki-laki dari Yura, kekuatan yang dimiliki anak ini sangat kuat dibandingkan sodara-sodaranya atau anak Ketua Hura yang lainnya. Di usianya yang baru menginjak 17 tahun sudah memiliki kekuatan hebat bahkan dia mampu mengendalikannya, Ketua Hura menunjuk anak ini menjadi pewarisnya tapi naas dia terbunuh saat ikut menyerang gedung pod dan tewas di tangan Gibela. Ketika mengetahui satu-satunya pewarisnya telah mati Ketua Hura murka dan ingin membalaskan dendam anaknya karena itu dia terus mencari cara membunuh Gibela.
“Salam tuan, ” Quro dan Furo datang memberi hormat. Meski mereka adalah anaknya tidak pernah sekalipun memanggil Ayah (peraturan yang dibuat Ketua Hura).
“Kuro tidak bisa membunuh gadis itu sekarang giliran kalian.”
“Baik tuan.”
“Hahahahaa dia tidak akan bisa lolos lagi.”
Seperti biasa Guru Hayeo sedang berada di ruang kerja, ‘gepre’ bingkai foto dirinya bersama Dion, Gibela dan teman-temannya tiba-tiba terjatuh padahal saat itu tidak ada angin yang masuk.
“Guru hati-hati !” Guru Hayeo mengambil foto dari bingkai itu, serpihan kaca berserakan dimana-mana.
“Semoga tidak ada hal buruk yang terjadi pada mereka,” membersikan fotonya menggunakan tangannya.
“Guru …” Rayhan datang sampai-sampai angin berhembus kencang.
“Ray ada apa kamu tiba-tiba datang ?”
“Itu Guru …” karena tergesa-gesa datang Rayhan sulit mengatur napasnya.
“Tenangkan dulu Rey,” Erik mendekat.
“Mereka sudah kembali tapi …”
“Tapi apa ?”
“Dion terluka parah.”
“Bagaimana dengan Siyoon dan Ketua Gi ?” tanya Erik.
“Mereka berdua tidak sadarkan diri,” Guru Hayeo menyimpan fotonya di meja kerja lalu pergi berlari ke ruang 3F.
“Guru ....” Erik berlari mengejarnya begitupun dengan Rayhan ikut menyusul.
“Apa yang terjadi ?” setibanya di ruang 3F Guru Hayeo melihat pemandangan yang menyakitkan.
Pakaian mereka sudah tidak karuan warna pakaian yang dikenakan bercampur darah dan tanah. Terdapat luka goresan dan memar di tubuh Dion dan Gibela, luka tusukan di punggung Siyoon tidak terlihat.
“Gibela ….!” mengecek kondisi Gibela yang terbaring.
“Senior Dion sudah mulai pulih,” setibanya di ruang 3F Yeni membantu menyembuhkan Dion terlebih dahulu.
“Maaf Guru aku hanya bisa membantu Senior Dion karena luka Gibela …”
“Bagaimana keadaan Siyoon ?”
“Siyoon Oppa hanya pingsan tidak ada luka serius Guru.”
“Syukurlah.”
“Bukannya Raja Artha akan menjamin keselamat Gibela ?”
“Aku juga tidak tau persis apa yang terjadi Guru.”
“Saat kejadian Yang Mulia berada di ruang festa setelah mengantar nona Gi yang tiba-tiba menghilang,” tambah Jendral Patrik.
“Guru.”
“Dion kamu sudah sadar ?” Guru Hayeo membantunya duduk.
“Ini Senior …” Rayhan memberikan minum.
“Terima kasih, Guru mereka berdua harus segera di bawa keruang isolasi jika terlambat mereka tidak akan selamat.”
“Boy Clara bawa mereka keruang isolasi !” ruang isolasi adalah ruang pengobatan tingkat tinggi tempat menetralkan kekuatan tubuh seseorang yang terluka parah.
“Boy, Clara segera bawa mereka.”
“Baik Guru.”
“Senior jangan banyak bergerak dulu !”
“Tapi aku tidak nyaman dengan pakaian ini …”
“Aku akan membantumu,” ucap Erik.
“Ehh itu …” Dion melirik Yeni dan Vlora.
“Tolong kalian keluar dulu !” pinta Erik.
“Oh tentu ….” Yeni menutup pintu.
“Mari kita pindah ke ruang pertemuan,” ajak Guru Hayeo.
Yeni, Vlora, Raja Artha dan Jendral Patrik mengikuti langkah Guru Hayeo dari belakang.
“Aku benar-benar minta maaf atas apa yang terjadi. Aku tidak menyangka dengan datangnya ke pesta istana kegelapan Gibela menjadi terluka seperti ini.”
“Saya yang salah karena tidak bisa menjaga Nona Gi sesuai perintah Yang Mulia,” sela Jendral Patrik.
“Yang Mulia sendiri yang membawanya dari sini, tidak mungkin berniat …” Yeni merasa curiga.
“Mereka bukan orang istana kegelapan,” jawab Raja Artha spontan.
“Saya sudah memastikannya,” sambung Jendral Patrik penuh keyakinan.
“Jadi ???”
“Semuanya sama persis,” Guru Hayeo duduk di kursi.
“Maksud Guru ?”
“Dengan mimpi-mimpiku, belakangan ini aku sering bermimpi dan semua mimpi itu berkaitan dengan Gibela. Tapi entah mengapa setiap aku bermimpi ingatanku mulai melemah.”
“Semenjak Gibela tidak sengaja menghabisi orang-orang yang menyerang gedung pod waktu itu banyak hal aneh terjadi dan selalu mengancam nyawa Gibela. Bahkan sekarang dia berani bergerak di daerah kekuasan Yang Mulia, kemungkinan dia bukanlah orang sembarangan.”
“Guru …” Rayhan datang.
Tadi setelah memberikan informasi pada Guru Hayeo, Rayhan pergi mencari tau dalang dari kejadian di istana kegelapan.
“Apa menemukan sesuatu ?”
“Dari informasi yang didapat mereka memiliki kekuatan kegelapan,” jawab Rayhan.
“Tidak mungkin aku yakin kalau mereka bukan dari istana kegelapan,” Raja Artha menyanggahnya.
“Memang betul Yang Mulia mereka bukanlah orang dari istana kegelapan tapi kekuatan yang di gunakan mereka adalah jenis kekuatan hitam atau kekuatan kegelapan.”
“Kita harus mencari tau siapa mereka sebenarnya !” Raja Artha berdiri.
“Kalau begitu aku permisi dulu, tolong beri kabar jika Gibela sudah siuman !” tambahnya.
“Tidak kah menurutmu ini aneh ?” bisik Yeni.
“Bukan aneh tapi terlalu banyak teka-teki yang harus di pecahkan,” jawab Boy.
“Ada hal lain yang ditemukan ?”
“Tidak ada Guru, tim penyelidik kesulitan menemukan barang bukti lainnya di tempat kejadian.”
“Untuk saat ini kita tidak boleh meremehkan lawan.”
“Hanya Senior Dion yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan siapa orang yang menyerang mereka.”