NovelToon NovelToon
Transmigrasi Gadis Pengacara

Transmigrasi Gadis Pengacara

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Beda Dunia / Iblis / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Nara Stephana, pengacara cemerlang yang muak pada dunia nyata. Perjodohan yang memenjarakan kebebasannya hanya menambah luka di hatinya. Dia melarikan diri pada sebuah rumah tua—dan takdirnya berubah saat ia menemukan lemari antik yang menyimpan gaun bak milik seorang ratu.

Saat gaun itu membalut tubuhnya, dunia seakan berhenti bernafas, menyeretnya ke kerajaan bayangan yang berdiri di atas pijakan rahasia dan intrik. Sebagai penasihat, Nara tak gentar melawan hukum-hukum kuno yang bagaikan rantai berkarat mengekang rakyatnya. Namun, di tengah pertempuran logika, ia terseret dalam pusaran persaingan dua pangeran. Salah satu dari mereka, dengan identitas yang tersembunyi di balik topeng, menyalakan bara di hatinya yang dingin.

Di antara bayangan yang membisikkan keabadian dan cahaya yang menawarkan kebebasan, Nara harus memilih. Apakah ia akan kembali ke dunia nyata yang mengiris jiwanya, atau berjuang untuk cinta dan takhta yang menjadikannya utuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keluar Istana

Ratu Baily berjalan di lorong istana yang sudah sepi. Saat melewati salah satu sudut, Ratu Baily menghentikan langkahnya. Di lantai, seorang pelayan tergeletak pingsan. Tanpa berpikir panjang, Ratu Baily berlutut, mengguncang bahu pelayan itu dengan lembut. "Bangunlah," ucapnya dengan nada tegas namun penuh perhatian. Setelah beberapa detik, pelayan itu mulai menggerakkan matanya, perlahan membuka kelopak matanya yang berat.

Pelayan itu tampak linglung, matanya berkedip-kedip saat menatap sang ratu. "Yang Mulia Ratu?" gumamnya pelan, suaranya hampir tak terdengar.

"Apa yang terjadi padamu? Mengapa kau pingsan di sini?" tanya Ratu Baily, mencoba mencari jawaban. Pelayan itu menggeleng pelan, seperti sedang mencoba mengingat sesuatu.

"Saya... saya tidak tahu," jawabnya dengan nada bingung. "Tadi saya sedang... membawa sesuatu? Tapi saya tidak ingat apa."

Pelayan itu duduk dengan bantuan pelayan pribadi Ratu Baily, memegang kepalanya yang tampak pening. "Kau tidak ingat apa pun sebelum ini? Apakah kau diserang?" desak Ratu Baily. Pelayan itu menggigit bibir, ragu-ragu sebelum menjawab.

"Ada seseorang... berbaju gelap... tapi... tidak jelas. Kepala saya... pusing sekali," katanya, suaranya melemah. Ratu Baily mencoba menenangkan pelayan itu, tapi pikirannya mulai dipenuhi pertanyaan. Siapa yang berani melakukan ini di dalam istana?

Ratu Baily memeriksa keliling, berharap menemukan petunjuk, tapi lorong itu tampak kosong seperti sebelumnya. Tidak ada tanda-tanda perlawanan atau benda yang mencurigakan. Ia membantu pelayan itu berdiri, memutuskan untuk membawanya ke ruang tabib istana. Namun, saat berjalan ia tidak bisa menghilangkan rasa was-was yang mulai merayapi hatinya.

"Kau yakin tidak ada yang kau ingat? Sesuatu yang penting?" tanyanya sekali lagi. Pelayan itu hanya menggeleng, tampak ketakutan oleh ingatannya sendiri yang seolah terkunci.

Setelah memastikan pelayan itu diobati, Ratu Baily kembali ke lorong tersebut. Ia berdiri di tempat pelayan ditemukan, matanya menyapu setiap sudut berharap ada petunjuk yang tertinggal. Meskipun pelayan itu tampak jujur dalam kebingungannya, ada sesuatu yang terasa tidak beres. Ratu Baily tidak tahu siapa pelaku di balik insiden ini, tapi ia sadar ada ancaman yang bersembunyi di balik dinding istana yang megah ini. Dengan tekad baru, ia bersumpah akan menemukan jawabannya sendiri tanpa sepengetahuan Raja.

...****...

Keesokan harinya,

Nara berdiri dengan tegap di hadapan Raja. Matanya penuh tekad dan suara yang tegas.

"Saya memohon izin untuk keluar dari istana, Yang Mulia Raja. Saya harus mencari bukti untuk membuktikan bahwa saya tidak bersalah." Ujar Nara tanpa ragu, meskipun dia tahu permintaannya akan mengundang perhatian. Raja memandangnya dengan mata tajam, namun tidak menunjukkan kekhawatiran sedikit pun.

"Pergilah, tapi ingat, kau harus kembali ketika malam tiba. Bagaimanapun, kau masih berstatus tahanan." Suara Raja tidak memperlihatkan kekhawatiran, bahkan ada rasa percaya yang kuat. Nara mengangguk dengan cepat, merasa yakin bahwa inilah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan.

Langkah Nara terasa ringan dan mantap saat dia menuju pintu utama istana---di buntuti pelayan wanita juga pengawal. Dia tahu perjalanan ini penuh bahaya, tetapi itu tidak menghalangi semangatnya yang sudah berkibar.

Namun, saat Nara sudah berada di luar istana, langkahnya terhenti ketika sebuah suara memanggilnya dari kejauhan. "Kau sepertinya membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekadar izin," kata seorang pria yang muncul dari arah yang tak terduga.

Sosok itu tinggi, mengenakan jubah hitam yang menutupi sebagian wajahnya, hanya meninggalkan matanya yang tajam dan penuh perhatian. Nara mengernyit, bingung, tetapi dia tidak mundur.

"Siapa Anda?" tanya Nara dengan nada waspada. Sosok itu tidak segera menjawab, hanya tersenyum kecil sebelum mendekat.

"Aku hanya seseorang yang mengerti bahwa mencari bukti tidak semudah yang kau bayangkan," jawabnya dengan suara rendah dan penuh arti.

Nara menatapnya lebih lama, merasa ada sesuatu yang mencurigakan, namun hatinya berkata bahwa pria ini tidak datang untuk mencelakainya. "Apa ada yang bisa aku bantu, Tuan?" Nara bertanya, siapa tahu orang tersebut juga ingin meminta bantuan---atau mungkin saja memberi tahu sesuatu.

"Tidak ada. Pergilah ke arah barat, jangan ke arah timur." Begitu katanya. Nara jadi penasaran untuk menanyakan alasannya.

"Memangnya kenapa aku harus pergi ke Barat? bukan ke Timur?"

"Matahari terbit dari mana?"

Nara memicingkan matanya, "Dari timur. Lalu?" sambil mengangkat bahu.

"Benar. Matahari terbit dari ufuk timur, yang artinya fajar menyingsing di pagi hari. Sinarnya hangat, serta lembut ketika menyentuh embun. Dan sekarang adalah pagi hari, aku tidak mau kilau indahnya hilang kalau kau pergi ke arah sana. Aura mu suram. Lebih baik kau pergi ke barat saja."

"Lalu ketika langit sudah sore, aku harus pergi ke Timur agar tidak merusak senja?" sarkas Nara.

"Benar. Kurang lebih seperti itu." Laki-laki tersebut tersenyum mengejek, membuat Nara menatap sosok itu dengan tatapan 'nih orang ngajak ribut' sembari tulak pinggang sebentar.

"Baiklah, terimakasih atas pujiannya. Aku akan pergi ke timur demi membuat pagimu suram, Tuan."

Nara pun melanjutkan langkah ke arah timur dengan langkah menghentak-hentak.

Bagus, aku memang menginginkanmu pergi ke timur, agar bisa menemukan portal yang rusak. Setelahnya, aku percaya kau cerdas dalam mengambil keputusan.

...****...

Sementara itu,

Si kalong yang suka keluyuran malam, setiap paginya dipastikan belum terbangun dari tidurnya. Pagi itu Junto mengganggu tidur Raze, membuat sang Pangeran tersebut menggeram tak suka.

"Ada apa? awas saja kalau informasi yang kau bawa tidak penting. Kau sudah mengganggu tidurku Junto!"

"Maaf Pangeran, ini informasi sangat penting sekali menyangkut masa depan Pangeran. Nona Nara keluar Istana untuk mencari bukti. Lalu, dia bertemu dengan Pangeran Arven."

"Apa kau bilang?

"Nona Nara dan Pangeran Arven," katanya dengan nada yang agak ragu, "tadi pagi mereka terlihat sangat akrab. Bahkan ada sesuatu yang... romantis di antara mereka." Raze terdiam, mencerna kata-kata Junto. Selama ini, ia tahu Nara adalah orang yang cerdas dan berhati-hati, tapi tak pernah menyangka ia bisa terlibat dalam hubungan yang begitu kompleks dengan Arven.

"Romantis bagaimana? memangnya mereka berbincang apa?" tanya Raze, berusaha mengendalikan emosi yang mulai berkecamuk. Ia berusaha menjaga ketenangan, meskipun dalam hatinya ada rasa tak percaya yang tumbuh. Junto mengangguk pelan, matanya tak bisa menghindari tatapan Raze yang tajam.

"Mereka berbicara dengan sangat dekat, seolah-olah tak ada dunia lain di sekitar mereka. Pangeran Arven berkata bahwa Nara indah seperti embun di pagi hari."

"Yang benar saja!! pantas saja tiba-tiba dia kembali ke Istana setelah aku membawa Nara kesini. Jadi rupanya dia sedang mengincar wanita yang akan aku jadikan istri. Oh..atau mungkin dia ingin memperistri Nara, demi memenangkan sayembara. Ini tidak bisa dibiarkan. Arven selalu menjadi penghalang kebahagiaan ku, tidak akan ku biarkan kau menang!"

.

.

.

Bersambung.

1
Dewi Payang
Raze, salut sama kamu👍🏻
Dewi Payang
Udah meninggal benaran?
Dewi Payang
Pelayan Baily...
Teteh Lia
lanjut Kaka...
Teteh Lia
pangeran Arven udah ada pawangnya, nih...
Ikan
Et dah bocah
Zenun: hehehehe
total 1 replies
RE💜
mau ngungkit Nara ada hubungan sm iblis itu kan
Zenun: hmm bisa jadi
total 1 replies
F.T Zira
Raze lagi😮‍💨😮‍💨
Zenun: 😁😁😁😁😁😁
total 1 replies
F.T Zira
oiiii.... ambil kesempatan amat sihhh🙈🙈🙈
Zenun: iya dong hehe
total 1 replies
F.T Zira
keksihnya kan si Nara..ehh🤭🤭
Zenun: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
Dewi Payang
tisak/tidak
Zenun: 😁😁😁😁👍
total 1 replies
Dewi Payang
Ada yang nguping
Zenun: yuhuuu
total 1 replies
Dewi Payang
Ads/ada✌️✌️
Zenun: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
Teteh Lia
definisi cinta buta atau keegoisan semata nih?
Zenun: egois kayanya
total 1 replies
Teteh Lia
yang udah dapet salam tempel mah jadi tenang ya,,, 🤭
Teteh Lia
Prit.... woy... maen sosor aja...
Zenun: hehehe
total 1 replies
Teteh Lia
jangan ngintip, bang.... ntar bintitan .
Zenun: 🙈🙈🙈🙈🙈🙈
total 1 replies
Ikan
Yeu bocah, baru dikiss doang udah ke mana-mana pikiran. Menjelalah kamar Ratu Athera weyyy
Zenun: xixixixi
Ikan: Emang agak lainn
total 3 replies
Ikan
Tok tok permisi dulu dah kata aku teh, asal nyosor aja kau
Zenun: Iiiih, tetep dibalikin atuh😁
Ikan: Ya, silakan. Tapi kalau udah distempel nggak bisa retur ya
total 3 replies
Dewi Payang
Ecieeee, yg kasih penjelasan🤭🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!