Tring
" Melalui pesan ini aku talak kamu. Mulai hari ini kita bukan lagi suami istri."
Dunia wanita 35 tahun itu seakan runtuh. Dia baru saja selesai melakukan operasi sulit pagi ini. Dan pesan yang berisi talak dari suaminya membuat wanita itu terhuyung.
" Kenapa, kenapa kamu ngelakuin ini ke aku."
Dia tentu bingung, selama 3 tahun menjalin pernikahan mereka terlihat baik-baik saja. Tidak pernah sekalipun berseteru.
Jadi, apa penyebab pesan talak itu sampai terjadi?
Apakah pernikahan wanita itu akan benar-benar hancur? Atau dia akan berusaha untuk mempertahankannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Kediaman Akhza dan Airin.
Rencana belajar Neel keluar negri tentu sudah diungkapkan kepada kedua orangtuanya. Mereka berdua jelas tidak merasa keberatan dan mendukung dengan sepenuh hati. Hanya saja mereka tidak menyangka bahwa Neel akan pergi minggu depan.
" Kapan kamu nyiapin semuanya itu Bang?" tanya sang ibu. Airin heran, selama ini Neel terlihat sangat sibuk di rumah sakit.
" Udah sejak aku punya rencana study keluar. Aku juga ngirim pendaftaran ke beberapa kampus, dan Alhamdulillah mereka menerima dengan baik. Apalagi saat baca penelitianku, aku nggak nyangka sih mereka bakalan seantusian itu."
" Terus kamu milih kemana Bang?" Kali ini Akhza yang gantian bertanya kepada sang putra. universitas tujuan sang putra dia juga harus tahu. Itu akan memudahkan Akhza untuk selalu mengawasi sang putra.
" Newcastle University, disana yang ada S3 nya. Sebenernya pengen ke Cambridge tapi kan disana adanya S1."
Akhza dan Airin saling pandang, melihat putra sulung mereka yang begitu semangat dalam menimba ilmu, mereka tentu harus ikut semangat juga dan memberi dukungan penuh.
Bukan hanya secara emosional, namun secara materi pun mereka jelas siap. Akan tetapi Neel dengan halus menolak pemberian orangtuanya dengan dalih dia punya tabungannya sendiri.
Hal itu membuat Akhza dan Airin terkekeh geli. Anak-anaknya memang mandiri tapi mereka jelas tidak akan lepas tangan begitu saja.
" Oke, tabunganmu silakan pakai. Tapi Ayah tetep bakalan kasih kamu, gimanapun kamu kan masih anak ayah. Ya nggak mungkin kami nglepas kamu tanpa bekel apapun."
" Hahaha iya Yah makasih. Makasih juga Ibu."
Malam itu Neel mulai mengemas barang-barangnya. Melalui saudara yang ada di sana, Neel akan tinggal di mansion peninggalan kakek buyutnya. Mereka sudah sering juga tinggal di sana saat berlibur, jadi Akhza dan Airin sedikit lega. Meskipun usia Neel sudah 32 tahun, tapi mereka tetaplah khawatir sebagai orang tua ketika melepas putranya pergi.
Nero mengetuk pintu kamar Neel. Pintu yang memang sedang tidak ditutup itu membuat Nero masuk tanpa mendapat izin dati si empunya kamar.
" Haaah, ternyata Abang beneran pergi ya. Kasus Mbak Neha nggak ngebuat Abang untuk tetap tinggal rupanya." ujar Nero sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Neel tersenyum, awalnya dia memang mengurungkan niatnya saat mengetahui Neha akan bercerai dengan Dimitri. Namun setelah dipikir-pikir, Neel nampak seperti pengecut yang memanfaatkan situasi. Maka dari itu Neel memutuskan untuk tetap pergi. Neel percaya bahwa jodoh tidak akan kemana. Jika, ya jika Neha memang ditakdirkan untuknya, mau ke ujung dunia pun mereka pasti akan bertemu juga.
Lagi pula ia yakin bahwa Neha butuh waktu untuk menata dan mengobati luka hatinya. Bukannya tidak ingin berada di sisi, bukannya tidak ingin berjuang. Tapi Neel memilih mundur dulu. Dia ingin menjadi orang yang lebih pantas nantinya. Neel tidak menyerah, dia hanya mundur sejenak.
" Hahhaha, kamu ini Nero. Kalau Abang nggak di rumah, nitip Ayah dan Ibu ya. Jangan bikin Ayah dan Ibu khawatir."
" Iya iya Bang, tapi bagus juga sih Abang pergi. Aku jadi punya alasan buat ke sana, buat nengokin Bang Neel. Ya sekalian bisa holiday."
Neel mengangguk, dia tentu akan senang jika ditengok nantinya. Namun dia sungguh-sungguh ingin fokus belajar. Dia ingin kembali meningkatkan kemampuannya lagi pada profesi yang sudah dipilihnya.
Lain Neel lain pula Dimitri. Ia rupanya memajukan jadwal bertemu pengacara. Agendanya yakni gugatan perceraian. Ya dia akhirnya memutuskan untuk menggugat cerai Neha sesuai keinginan keluarga Neha. Dengan tenang Dimitri meminta pengacara untuk mengurus semuanya.
" Lebih cepat maka akan lebih baik Pak."
" Baik Tuan Dimitri. Kami akan melakukannya dengan cepat. Lalu soal harta gono-gini nya bagaimana?"
" Berikan saham atas perusahaan sebanyak 35%."
Sang pengacara tampak terkejut. Yang dirinya tahu, Neha memiliki saham sebanyak 20%. Jika Dimitri memberikan sebagian sahamnya sehingga menjadi 35%, maka dengan begitu Neha berarti masuk dalam jajaran pemilik saham tertinggi juga. Saham kepemilikan Dimitri dan Neha hanya akan terpaut 5% saja.
" Tuan Dimitri yakin akan hal itu?"
" Ya sangat yakin."
Setelah mengucapkan itu Dimitri tersenyum, membuat si pengacara merasa bahwa ada maksud tersendiri dari senyuman itu. Tapi apapun utu dia tidak mau ambil pusing. Ia akan melakukan tugasnya sesuai keinginan klien.
Drtzzzz
Ponsel Dimitri berbunyi. Karena sudah tidak ada lagi yang dibahas, pengacara pun memohon izin untuk pergi lebih dahulu. Terlihat dari wajah Dimitri yang tampak kesal, saat melihat ponselnya. Maka dari itu si pengacara tidak ingin berlama-lama di situ.
" Ada apa?" Dimitri menjawab panggilan yang masuk ke ponselnya dengan ketus.
" Mas, aku pengen pizza. Tolong beliin ya. Kamu tahu kan kalau ibu hamil tuh kadang suka kepengenan."
" Ya oke."
Fyuuuh
Dimitri membuang nafasnya kasar. Ia menutup matanya sejenak dan menyandarkan kepalanya di sofa. Dimitri membuka mata perlahan, ia menatap ke langit-langit dan pikirannya menerawang kemana-mana.
Jika yang hamil itu Neha, pasti aku akan sangat bahagia sekali.
Seperti itulah isi kepala Dimitri. Bahkan dia membayangkan Neha yang tengah tersenyum padanya dengan perut yang muali membesar. Namun semua bayangan itu hanyalah khayalan yang mungkin saja tidak akan pernah terjadi.
" Nggak, aku nggak akan kehilangan Neha. Sekarang aku memang akan melepaskannya, tapi semua itu hanya untuk membiarkannya merasa lega. Setelah itu akan akan buat dia balik lagi ke aku. Ya, seperti itu."
Dimitri beranjak dari duduknya, ia menyambar kunci mobil dan segera mencari apa yang diinginkan Nilam. Agaknya dia punya rencana tersendiri. Rencana yang membuatnya begitu tenang dalam menceraikan Neha yang mana dia sama sekali tidak ingin bercerai.
Apa rencana Dimitri itu? Entahlah, semua masih ada dalam kepala pria itu. Yang terpenting saat ini baginya adalah mengurus Nilam. Karena Nilam juga akan ia gunakan sebagai alat untuk melancarkan rencananya tersebut.
TBC