Saat aku ingin mengejar mimpi, berdiri dalam kesendirian pada ruang kosong yang gelap,tidak hanya kegelapan, dinginpun kian lama menyelimuti kekosongan itu. Perlahan namun pasti, kegelapan itu menembus ulu hati hingga menyatu dengan jiwa liar yang haus akan kepuasan. Jangan pernah hidup sepertiku, karena rasanya pahit sekali. Hambar namun menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cevineine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1
5 Tahun Lalu...
Pagi ini, aku melihatmu di parkiran belakang kampus seorang diri. Ingin sekali kakiku yang nakal ini berjalan ke arahmu, namun aku cukup tahu diri untuk tidak melakukan semua itu. Melihatmu dari kejauhan saja sudah membuatku senang.
Harga diri sis..
"Woi, ngeliatin apaan si lo- oohhh pantesan dari tadi gue panggil gak nyaut. Ternyata.."
"Iye, udah tau kan lo gue ngeliatin apaan dari tadi. Diem dul- eh anjir pergi kan dia, lo sih"
"Udah, ayo abis ini tuh kelas Pak Malik. Mau lo kena damprat lagi kaya minggu kemarin?" ujar Mbak Sri sambil menyeret tanganku menuju kelas.
"Ogah lah" sahutku dengan melengos.
Oh iya, perkenalkan. Aku Anessa Kirana dan wanita cantik yang menyeretku pergi tadi adalah Ratna, jangan bingung. Aku memang suka memanggilnya 'Mbak Sri' hehe. Kami adalah mahasiswa Hukum Universitas swasta di Indonesia. Kami terbilang cukup dekat sekali, saat ospek dulu kita juga satu kelompok.
Aku jadi ingat, hari ke empat saat masa ospek dulu. Dimana para panitia berseru menyuruh para maba untuk makan dengan syarat, saling menyuapi. Awalnya aku biasa saja dan santai, karena aku akan menarik 'Mbak Sri' duluan agar menjadi partner saling menyuapi. Tapi ternyata, syarat dari panitia ospek membuatku memaki dalam hati.
"Duduknya saling berhadapan ya dek, harus sama lawan jenis dan harus habis. Biar kompak!"
Sialan.. Pacarku saja tidak pernah tuh menyuapiku, ataupun aku yang menyuapinya..
Aish baiklah, apa boleh buat. Toh hanya hari ini saja~
...****************...
Sampai di kelas, aku disambut dengan dingin AC yang menerpa halus sekujur tubuhku. Maklum, aku tinggal di Kota yang sangat terkenal dengan suhu panasnya. Buktinya saja pagi ini matahari tidak malu menunjukkan eksistensi panasnya.
"Udah deh jangan bengong mulu, ntar kesambet tau rasa lo" ujar Mbak Sri.
"Ih apaan deh, siapa juga yang bengong. Orang lagi mikir.."
"Mikir apaan hayoo" sahut Serly, sahabat karib ku sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di kampus ini.
"Kaget gue bangke, udah persis kek setan lo main muncul aja depan gue"
"Biasa Ser, abis ngeliat.." ujar mbak sri dengan alis naik turun usilnya.
Aku melengos, karena aku tahu setelah ini Serly pasti meledekku habis habisan.
"Ouch, kasyan amat ih temen acuuu gak dilirik sama mas doi hahaha inget bok masih ada pacar" dasar kunyuk kalian.
"Selamat pagi anak anak" mampus pak dosen dateng kan.
"Udah ah gue capek mau duduk" kesal sekali rasanya.
Aku mendengarkan penjelasan Pak Malik dengan penuh konsentrasi penuh, karena dosen ini selalu tak terduga bila diakhir jam kuliah.
Drett.. Drett..
Hp ku bergetar, buru-buru kubuka satu notifikasi pesan masuk tersebut.
"Aku bosan sama kamu, kita putus"
Mataku terbelalak dan jantungku nyaris copot saat membaca isi pesan dari pacar yang lima detik lalu sudah menjadi mantan. Tubuhku bergetar, tanganku panas dingin. Suara Pak Malik mengalihkan dunia ku, ternyata jam mata kuliah beliau sudah selesai. Tumben sekali..
Seketika aku menutup wajahku, kepalaku pusing sekali. Pesan Singkat, padat dan jelas dari Danish membuatku senang sekaligus sedih sebenarnya. Hubungan kita yang berjalan lumayan lama membuat aku menyayangkan ini, namun aku juga senang bisa terlepas dari fakboy kelas kakap seperti Danish.
"Kenapa lo?" suara Serly berhasil membuyarkan lamunanku.
"Muka lo pucat banget, LO SAKIT?" aku terlonjak kaget saat mbak sri meneriakiku dan menyetuh jidatku secara sepontan.
"Apasih anjir gue ga sakit, gue putus tauk sama Danish" sahutku dengan lesu.
"HAH? LO BENERAN PUTUS? GUE GA LAGI BUDEK KAN? YA ALLAH AKHIRNYA TEMEN GUE PUTUS JUGA SAMA FAKBOY KELAS KAKAP" pekikik Mbak Sri dengan kedua tangan menengadah keatas.
"Ya allah temen aku akhirnya putus juga" sahut Serly dengan wajah konyol.
Lihat, heboh sekali teman temanku ini. Dan apa apaan, raut mereka tidak ada rasa turut prihatin sama sekali. Uh benar-benar akhlak eobseo.
Sudahlah, daripada aku pusing sendiri lebih baik ngantin aja dah. Aku bangkit dari tempat duduk meninggalkan mereka berdua yang masih heboh mendengar berita putusnya Anessa dari fakboy kelas kakap.
"Anessa lo mau kemana anjir, main tinggal aja"
...****************...
Siang ini kantin ramai sekali, bahkan bangku kosong saja hampir jarang yang tidak berpenghuni. Aku melirik kanan kiri berharap masih menemukan bangku kosong memuat untuk tiga orang. Mataku berpaling ke arah pojok kantin belakang, gotcha. Masih ada bangku kosong yang lumayan lenggang, hanya diisi satu makhluk berjenis kelamin laki laki.
Aku berjalan semakin mendekat, sepertinya aku mengenal lelaki ini. Bukan sepertinya lagi, aku sangat mengenalnya!!!
Dia..
Seseorang yang selama ini aku kagumi, seseorang yang selama ini diam-diam telah ku perhatikan, seseorang yang tadi pagi diam diam ku intai di parkiran belakang kampus. Aku tidak menyangka kita akan bertemu kembali dan melihatnya sedekat ini usai tragedi ban mobil-ku yang bocor.
Oh Ethan.. Ternyata masih aja lo setampan dulu.. Lo tau ga sih? Aura dan pembawaan lo tuh yang bikin gue kelepek klepek modar selama ini. Hiks:")
Ujarku dalam hati, iyalah dalam hati. Sudah gila apa aku ngomong langsung sama orangnya.
Sepontan saja aku duduk disebelahnya tanpa permisi.
"Geseran dong Ness, ih geseran dong. Masa gue duduk di bawah" aduh mbak sri, apa kamu tidak lihat siapa disampingku sekarang?
Aku berusaha mempertahankan tempat dudukku agar tidak bergeser dan terlalu dekat dengan lelaki disebelahku ini.
Tapi ternyata dua ekor kunyuk ini tidak peka dengan situasi sekarang.
"ADUH MBAK SRI"
BRAKK.. TINGG..
Mampus, apa itu... rasanya jantungku seperti akan melompat keluar dari tempatnya. Ingin sekali aku menenggelamkan wajahku dalam dalam. Malu sekali!!
Mbak Sri dengan kekuatan jumbonya mendorong badanku yang kurus seperti triplek ini untuk bergeser lebih jauh agar dia bisa duduk. Namun naas, karena ku lengah dan tidak siap menerima kekuatan mahadahsyatnya aku terpental ke samping dengan posisi tangan terlentang. Dan.. Sepertinya punggungku menabrak sesuatu. Aku beranikan diri untuk melirik ke samping, diatas meja itu seonggok gelas teh terguling dan menghabiskan seluru isi didalamnya.
Ku beranikan diri menoleh kesamping dengan gerakan seperti robot.
Mataku seketika melotot seperti ingin copot dari tempatnya bersemayam, kami bertatapan cukup lama. Mata yang tidak terlalu sipit ini seolah membius seluruh organ tubuhku agar tidak berfungsi dengan baik. Lihat, degup jantung tidak tahu diri ini, semakin lama semakin jelas terdengar oleh telingaku. Bahkan aku berani jamin, saat ini Ethan pasti mendengarnya juga. Oh my god, tenggelamkan saja aku sekarang juga!
"Aduh!"
Serly menimpuk lenganku dengan buku yang ia bawa dengan keras. Aku tersadar dengan posisi ini dan segera duduk tegak. Apa yang baru lo lakuin si Ness.. Malu maluin aja..
"Ck alay banget, kenapa ga diterusin aja tuh tatap tatapannya. Malu tuh sama gelas yang udah tumpah" aku menimpuk lengan mbak sri dengan tas punggungku, nyindir sih nyindir. Tapi mulut perlu filter juga dong.
"Lo nggak papa kan Ness?" tanya Ethan.
Oh gosh aku rindu sekali dengan suaranya.. Dan ternyata dia masih inget aku?
Ini ga mimpi, karena rasa malunya masih bersemayan dalam diriku.
"A-a ah oh, gapapa gue ga kenapa kenapa hehe maaf ya jadi tumpah minum lo, Than" jawabku gelagapan tak karuan sembari mengelap meja bekas tumpahan teh dengan tisu.
"Santai aja. Gue pergi duluan ya, udah ga nafsu" jawabnya dengan senyum miring.
Aku terbengong bengong mendengar balasan kalimat yang ia lontarkan baru saja.
"Lo sih, marah kan dia. Tumpah nih minuman dia, nih bersihin" ucapku berapi api kepada mbak sri dan menyerahkan bekas tisu kotor minuman yang tadi kubersihkan. Aku beranjak dari tempat duduk menuju keluar kantin, hari ini mood ku terkoyak habis.
"Kemana lo?" tanya Serly.
"Pulang, pusing gue. Mood rusak, resek sih kalian" jawabku dengan wajah siap menerkam mangsa.
...****************...
Aku berjalan menyusuri koridor kelas menuju parkiran belakang kampus, menjemput Jazz metalik tersayangku. Saat sampai diujung lorong parkiran, aku menemukan siluet punggung familiar berjalan melalui ku begitu saja.
"Eh Ethan, tunggu"
Ethan berbalik ke arahku, tersenyum miring seperti saat di kantin tadi.
"Kenapa?"
"Maafin soal kejadian tadi di kantin, Ratna emang keterlaluan hehe"
"Santai aja kali, gue juga ga masalah. Lo apa kabar?"
God, dia menanyai kabarku!! gotcha Anessa..
"Ah, gue baik kok. Lo sendiri? Lama ya kita gak saling tegur sapa"
"Gue baik. Kontak whatsapp lo masih sama kan? Ntar gue hubungin deh"
Gila, gila, gila.. Jantungku berpacu cepat.
Ini orang gak lagi kesambet demit parkiran kan? Pasalnya parkiran ini terkenal angker.
Aku tersenyum malu-malu ketika akan menjawab pertanyaan terakhir darinya.
Pliss jangan salah tingkah, ayo Ness ayo stay cool..
"Iya dong masih, gue balik dulu ya Than. Buru buru nih, udah ada janji"
Bohong, bohong sekali. Mana ada janji, aku kan pulang tadi gara gara gak mood sama Mbak Sri dan Serly.
"Bye Than, gue duluan" belum sempat Ethan menjawab, aku langsung ngancir menjemput Jazz metalik kesayanganku. Berlama lama sama Ethan juga ga baik, ntar khilaf mulu jantung.
Terkadang, ada rasa ingin memiliki yang berlebih. Namun aku sadar, realita kehidupan seolah menampar wajahku dengan keras. Memberi bukti, bahwa apa yang tengah kita jalani saat ini adalah bagian dari kehidupan yang ada. Hadapi, jangan terus menghindar. -Anessa Kirana
penulisannya bagus..
/Smile//Smile/