NovelToon NovelToon
Salahkah Aku Mencintaimu

Salahkah Aku Mencintaimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Nawa

Hasta dan Jesan menjalin hubungan tanpa di ketahui kedua orang tua Hasta karena sang Mama yaitu Sarah tidak merestui hibungan mereka karena status social yang mana Jesan hanya anak yatim piatu. Akan tetapi, Hasta tetap bertahan sampai tiga tahun lamanya membuat Sarah curiga dan mencari tau keberadaan Jesan hingga Sarah melakukan kekerasan pada Jesan hanya untuk menyuruhnya menjauhi Hasta.

Sarah menjodohkan Hasta dan Anjani sampai mereka menikah, tetapi pernikahan Anjani seperti di neraka baginya karena selama lima tahun mereka menikah Hasta tidak pernah sekalipun membalas cinta Anjani dan memilih kembali bersama dengan Jesan yang selama lima tahun tidak bertemu dan akhirnya mereka dipertemukan lagi. Lalu Hasta memutuskan menikah dengan cinta pertamanya.

Bagaimana kah nasib pernikahan Anjani, apakah gadis itu menerima jika suatu saat dirinya mengetahui pernikahan kedua suaminya?

happy reading😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 ( Anjani Rahma Sanjaya )

Tepat pukul delapan pagi Hasta tiba di rumahnya tanpa mengabari keluarganya. Akan tetapi, Hasta terkejut melihat pemandangan di depan rumahnya yang sangat ramai seperti ada acara walaupun bukan acara besar,”Rama, apa aku salah rumah? Kenapa ramai sekali?” tanya Hasta menatap depan pintu utama.

“Tidak, Tuan. Lihatlah papan nama di depan pintu utama terlihat jelas nama keluarga anda,” jawab Rama dan Hasta menoleh sekilas lalu kembali menatap orang-orang yang berada di rumahnya mereka seperti tidak asing baginya.

Masih dalam keadaan bingung ia pun memutuskan turun dari mobil, berbeda dengan Rama yang meminta izin langsung pulang ke rumahnya karena ia sangat lelah. Perlahan Hasta masuk ke dalam saat melewati ruang tamu ia dikejutkan dengan kedatangan keluarga sahabat kedua orang tuanya.

“Anjani …” lirih Hasta yang sudah lama tidak bertemu gadis itu yang merupakan sahabat kecilnya.

Sarah mengikuti arah pandangan Anjani dan mendapati putranya sedang berdiri dan saling menatap pada Anjani,”Hasta, kau sudah pulang, sayang. Kemarilah kebetulan Anjani dan orang tuanya sedang berkunjung.

Anjani Rahma Sanjaya gadis yang hanya beda setahun dari umur Hasta. Ia adalah putri tunggal keluarga Sanjaya. Keduanya dekat sejak kecil. Akan tetapi, ketika Anjani memutuskan untuk bekerja di perusahaan papanya sebagai seorang CEO mereka jarang sekali bertemu apalagi empat tahun ini Keluarga Sanjaya menetap sementara di Singapura.

“Apa kabar? Om, tante dan … Anjani,” Hasta mengulurkan tangannya dan di sambut kedua orang tua Anjani khusunya gadis itu yang tidak berhenti memandangi Hasta karena pria itu terlihat sangat keren dan juga semakin tampan.

“Kami baik, nak. Oh iya, om dengar kamu baru pulang dari London. Katanya sampai seminggu di sana,” tanya Dipta papanya Anjani.

“Pekerjaanku tertunda karena klien ku ada urusan mendadak,” terang Hasta.

Dipta mengangguk dan meneruskan obrolan mereka tentang pekerjaan. Sesekali Dipta menoleh ke arah sang putri yang menatap Hasta tanpa berkedip membuat Dipta menyimpulkan jika putrinya itu menaruh hati pada putra sahabatnya itu.

“Ekhm … kelihatannya ada yang ingin mengobrol berdua sampai tidak berkedip melihat putra mu, Adnan,” sindir Dipta yang mana membuat Anjani menjadi salah tingkah.

“Baiklah jika mau mengobrol aku ingin mandi terlebih dahulu,” jawab Hasta.

“Jangan dengarkan papa. Dia memang akhir-akhir ini selalu meledekku,” kesal Anjani.

“Tidak apa-apa, tunggu ya aku mandi dulu,” sambung Hasta yang menghampiri Anjani seraya mengusap rambut indah gadis itu seperti biasanya dan di saksikan kedua orang tua mereka.

Sudah biasa bagi Hasta mengelus dan kadang mengacak-acak rambut Anjani, tetapi saat ini entah mengapa perasaan Anjani merasa ada yang berbeda. Detak jantungnya berdetak sangat cepat seperti ingin lompat dan terbitlah senyuman dari sudut bibir Anjani membuat kedua keluarga yakin jika mereka sangat cocok bila berpasangan,”Sepertinya kita cocok jika menjadi besan,” celetuk Sarah yang memang sedari tadi memperhatikan Anjani yang sangat senang mendapat perhatian dari putranya.

“Aku juga sependapat dan sangat setuju. Bagaiman jika kita jodohkan putri ku dan putramu,” sambung Lina mama Anjani yang sangat antusias menjodohkan putrinya dengan Hasta.

Berbeda dengan Adnan yang terlihat khawatir mendengarnya, karena ia tahu betul Hasta tidak menyukai dan mencintai gadis lain. Bagaimana nanti jika putranya menolak. Apakah keluarga Sanjaya akan kecewa dan marah? Atau bahkan akan memutuskan silahturahmi antara keduanya.

*

*

Di dalam kamar setelah membersihkan diri Hasta terus saja menghubungi Jesan, tetapi tetap tidak bisa,”Ada apa dengannya kenapa sampai saat ini ponselnya tidak aktif?” kesal Hasta ia pun segera turun untuk kembali menemui keluarga Sanjaya dan keluarganya yang sudah berada di ruang makan untuk makan bersama.

Hasta langsung duduk di sebelah Anjani ia pun mengambil piring dan menuangkan nasi,”Anjani, tolong dong lauknya,” pinta Hasta.

“Ck, kebiasaan kau duduk disebelah ku hanya untuk menyuruhku. Tidak berubah,” ujar Anjani tapi tetap ia mengambilkan lauk pauknya.

“Kalian gak berubah ya dari dulu selalu aja bertengkar. Aku pernah dengar kalo orang yang suka bertengkar nantinya bisa jadi berjodoh,” ucap Vanes yang terlihat sangat mendukung Anjani menjadi kakak iparnya.

“Gak lah, Anjani tetap sahabat ku sampai kapan pun dan akan menyayanginya seperti adik ku sendiri,” seru Hasta yang secara tidak langsung menolak Anjani membuat gadis itu tersenyum kikuk.

“Ya gak ada salahnya di coba, Hasta. Siapa tau kalian cocok nantinya. Kalian kan sudah bersahabat lama dan om yakin kalian nantinya bisa saling jatuh cinta,” ujar Dipta.

“Maksud om?” tanya Hasta merasa bingung.

“Maksud om mu, tante sama orang tua kamu sepakat ingin menjodohkan kalian berdua. Tidak perlu terburu-buru kita akan melangsungkan pertunangan dulu baru pernikahan. Iya kan Sarah,” sambung Lina yang terlihat bahagia.

Hasta terdiam sejenak dan menundukkan kepalanya seraya mengepalkan satu tangannya yang berada di atas pahanya. Perlahan ia mendongakkan kepalanya menatap sang papa yang sedari tadi hanya diam lalu Hasta menoleh ke arah Anjani yang menatapnya penuh harap.

Dreet

Dreet

“Baiklah aku akan kesana,” ucap Hasta melalui sambungan telepon.

Hasta berpamitan pada seluruh keluarga karena ia harus kembali ke kantor. Dengan cepat ia berlari ke dalam kamarnya untuk mengambil kunci motor sportnya. Ya, pria itu akan menggunakan motor ke kantornya karena setelah itu ia akan menemui Jesan ke kontrakannya.

Saat keluar dari kamarnya pria itu terkejut mendapati Anjani sudah berada di depan pintu,”Ada apa, kenapa kau di sini?” bingung Hasta.

“Boleh aku ikut? Aku ingin membicarakan soal …” ucapannya terpotong kala Hasta mengangkat tangannya dan itu pertama kalinya sikap sahabatnya seperti itu dengannya membuat Anjani terkejut.

“Maksud mu perjodohan kita? Maaf, aku tidak bisa karena aku sudah memiliki kekasih dan kami akan segera menikah,” terang Hasta.

“Jadi, kau menolakku, Hasta,” lirih Anjani dengan tertunduk lesu.

Hasta menggenggam kedua bahu gadis itu dan meyakini dirinya jika selama ini Hasta hanya menganggap adik padanya. Tidak disangka Anjani malah memeluk Hasta dan menangis meminta agar dirinya mau menerimanya dan melepaskan gadis itu.

Untuk saat ini Hasta tidak bisa menunjukkan marahnya karena ia tahu betul jika dirinya tetap menolak gadis itu ia merasa tidak enak dengan kedua orang tua Anjani yang masih berada di rumahnya dan berakibat buruk bagi hubungan antara kedua orang tua masing-masing.

Menyadari keterdiaman Hasta yang tidak sama sekali membalas pelukannya membuat ia melepaskan diri dari Hasta,”Sekali lagi aku minta maaf dan aku harus segera pergi,” pamit Hasta dengan langkah cepatnya meninggalkan Anjani yang menatap sendu ke arah pria yang dicintainya.

“Akan ku pastikan kau menikah dengan ku. Karena sudah terlalu lama sejak kita bersahabat diam-diam aku mencintaimu, Hasta,” lirih Anjani yang masih menangis.

*

*

Di ruang kerjanya telah duduk seorang pria dan satu wanita yang dengan sabar menunggu CEO perusahaan itu yang tidak lain adalah Hasta. Tidak lama kemudian sang CEO tiba dan langsung menyapa pria dan wanita itu yang merupakan kliennya,”Maaf jika aku menggangu istirahatmu, Tuan Hasta,” mereka berjabat tangan lalu kemudian duduk berhadapan disofa panjang di damping Rama yang sudah tiba di kantor setelah beberapa jam ia sempat kembali ke rumahnya.

“Ya, tidak apa-apa memang aku juga akan kekantor untuk memeriksa pekerjaan ku yang tertunda,” ujar Hasta.

“Kau sangat pekerja keras sekali ya, Tuan. Pasti wanita yang menjadi pendampingmu merasa beruntung. Sudah mapan tampan lagi,” pujian wanita itu membuat Hasta merasa canggung.

Berbeda dengan pria yang bersamanya yang merupakan CEO juga dari perusahaan lain. Ia tidak memperhatikan pembicaraan Hasta dengan sekretarisnya melainkan memperhatikan Hasta dengan tatapan lekat.

“Tuan, ini proposalnya,” wanita itu memberikan beberapa berkas pada Hasta lalu ia berdiri dan beranjak dari tempat duduknya berpindah tempat di belakang CEO nya itu.

Setelah beberapa menit mereka membicarakan kerjasama akhirnya kliennya bertanya, tetapi bukan tentang kerjasama nya melainkan hal lain yang membuat Hasta yang sedang meminum kopinya tersedak.

“Ukhuk … Apa tadi katamu? Kau pernah melihat ku sebelumnya dengan seorang wanita yang kau kenal? Di mana?” tanya Hasta penasaran dan kenapa pria itu mengenal gadis yang bersamanya dan yang pasti gadis itu adalah Jesan.

Pria itu mengangkat kedua bahunya acuh dan tidak memperpanjang obrolannya. Hingga mereka memutuskan pamit walaupun Hasta masih penasaran ia tidak berniat menanyakan lagi karena pertama kali melihat pria itu menurutnya sangat aneh, tidak banyak bicara padahal yang ingin bekerjasama adalah perusahannnya, tetapi mengapa hanya sekretarisnya saja yang menyapa dan mengajak Hasta berbincang tentang kerjasama mereka. Sungguh CEO malas menurut Hasta, tetapi ia mengungkapkannya di dalam hatinya saja.

Weni menelepon melalui ponsel Rama,”Apa?! Kau jangan bercanda, Weni,” pekik Rama seraya menatap Hasta dengan raut wajah pani.

Dengan cepat Hasta merebut ponsel Rama dan menempelkan benda pipih itu di telinganya mendengarkan Weni yang masih terus bicara tanpa tau yang mendengarkan adalah Hasta bukanlah Rama,”Aku tidak bercanda. Sekarang aku sedang berada di kontrakan Jesan yang sudah menjadi abu karena katanya kemarin terjadi kebakaran,” terang Weni.

Tubuh Hasta luruh di bawah sofa seraya mengatur napasnya ia pun berusaha bicara walaupun sedikit sulit karena dadanya terasa sesak,”Bagaimana keadaan, Jesan,” lirih Hasta dan Weni menutup mulutnya karena terkejut ia mendengar suara Hasta.

“Jangan diam! Di mana Jesan ku, Weni! Apa dia selamat!” pekik Hasta dengan air mata yang sudah bercucuran.

“A-aku dengar Jesan gak bisa keluar dan terjebak di dalam saat api terus saja melahap kontrakannya,” jawab Weni.

Degh

*

*

Bersambung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!