Berawal dari permintaan sahabatnya untuk berpura-pura menjadi dirinya dan menemui pria yang akan di jodohkan kepada sahabatnya, Liviana Aurora terpaksa harus menikah dengan pria yang akan di jodohkan dengan sahabatnya itu. bukan karena pria itu tak tahu jika ia ternyata bukan calon istrinya yang asli, justru karena ia mengetahuinya sampai pria itu mengancam akan memenjarakan dirinya dengan tuduhan penipuan.
Jika di pikir-pikir Livia begitu biasa ia di sapa, bisa menepis tudingan tersebut namun rasa traumanya dengan jeruji besi mampu membuat otak cerdas Livia tak berfungsi dengan baik, hingga terpaksa ia menerima pria yang jelas-jelas tidak mencintainya dan begitu pun sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan Pahit di masa lalu Livia.
Seminggu setelah kematian ayah mertua serta kedatangan tamu yang tidak diundang yakni kedua orang tua Thalia, sejak saat itu juga Livia mulai mempersiapkan diri. Mempersiapkan diri bila sewaktu-waktu abimana akan menceraikannya. namun hingga malam ini, Abimana sama sekali tidak pernah menyinggung tentang perceraian. pria itu justru lebih intens menyen-tuhnya, bahkan hampir setiap malam. Saat ini saja, tangan besar pria itu sudah tidak bisa di kondisikan, sudah menelusup ke dalam piyama yang dikenakan Livia.
"Mas....."
Livia berusaha menghentikan pergerakan tangan Abimana yang sudah kemana-mana.
"Kenapa, kamu menolak???." aura kesal mulai menghiasi wajah tampan Abimana. Seakan ingin menunjukkan jika ia merasa tersinggung atas penolakan istrinya itu.
"Makin ngelunjak ya kamu, sekarang." Abimana merubah posisi, tidur terlentang dengan kedua tangannya menjadi penyangga.
"Bukannya begitu, mas."
Kalau sudah begini, mau tidak mau Livia harus mengeluarkan seribu satu jurus untuk merayu pria itu. takut terkena amukan, tentu saja itulah alasannya.
Salah lagi... salah lagi....kapan sih aku benarnya?????." Livia.
Livia Ikut merubah posisinya, menghadap ke arah suaminya. Melihat dari situasi dan kondisi malam ini, sepertinya Livia harus mengurungkan niatnya hendak bertanya pada Abimana tentang alasan sebenarnya mengapa pria itu sampai memutuskan menikahinya. lagian kalimat yang siang tadi sudah tersusun rapi bahkan mengalahkan skripsi, sudah buyar begitu saja dari otaknya.
"Mas, Kamu marah ya sama aku???."
Berusaha merayu, dengan memainkan jemari lentiknya pada da-da bidang Abimana. Sebenarnya Livia juga geli sendiri dengan tindakannya itu. tapi mau bagaimana lagi, daripada drama tersinggungnya Abimana terus berlanjut sampai besok pagi, begitu pikir Livia.
Abimana masih tak bergeming. nyatanya dalam hati, pria itu tersenyum puas ketika melihat Livia merasa bersalah padanya dan bahkan berusaha merayunya.
"Tadi kan aku tidak bicara apa-apa, tidak menolak juga kan. Mas saja yang berpikir aku menolak." sambung Livia tatkala menyaksikan Abimana masih diam saja.
"Kalau memang mas masih marah, aku tidurnya di bawah saja, biar tidak mengganggu."
Ketimbang harus di tendang dari tempat tidur nantinya, mending tidur di karpet saja malam ini. itu akan lebih baik menurut Livia, ketimbang encok.
"Coba saja kalau berani....!!! Jika kamu sampai turun dari tempat tidur, saya pastikan mulai besok kamu tidak akan bisa lagi bekerja." masih dengan mata terpejam abimana mengancam.
Wah.... episode apalagi kali ini??? pake skenario ancam mengancam lagi....Livia.
Livia menghentikan pergerakannya, sebelum sesaat kemudian kembali pada posisi semula, berbaring di sisi abimana.
"Sumpah....tadi aku sama sekali tidak bermaksud menyinggung perasaan kamu, mas. lagian mana mungkin berani aku menolak." melirik Abimana yang masih setia memejamkan mata, seperti sedang menahan kesal.
"Tidurlah....!!!" masih dengan posisi yang sama Abimana berujar.
Di persilahkan untuk tidur bukannya membuat Livia tenang, justru membuat perasaan wanita itu semakin tak menentu. bisa dipastikan suaminya itu masih marah padanya hingga berkata demikian.
"Mau aku pijitin saja, mau???." ketimbang memejamkan mata seperti perintah Abimana, Livia justru melakukan negosiasi yang diiringi dengan senyum secerah mentari pagi.
"Tidak perlu!!!."
Senyum Livia surut seketika.
"Kalau memang mas tidak ingin di pijat, yang lain juga boleh kok." lanjut opsi kedua di mainkan Livia.
"Tidak perlu...saya sudah tidak berselera." dusta Abimana.
Kekanak-kanakan sekali anda ini paduka...Livia.
Kalau sudah begini, tidak ada pilihan lain selain memejamkan mata. dan berharap besok pagi anggota tubuhnya masih lengkap setelah bangun tidur nanti.
Mungkin karena lelah dengan rutinitasnya seharian, tak butuh waktu lama bagi Livia memasuki alam mimpinya.
Mendengar hembusan napas istrinya mulai teratur, Abimana lantas membuka mata.
Memiringkan posisi tidurnya, menatap wajah teduh Livia yang tengah terlelap.
"Apa aku se-menakutkan itu di matamu, sampai-sampai kau begitu panik setiap melihatku kesal???." bergumam lirih sambil menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik istrinya.
Memberi kecu-pan yang berdurasi cukup lama di kening Livia, sebelum sesaat kemudian ikut memejamkan mata sambil memeluk tubuh yang sudah seperti candu baginya.
Di tengah malam, Abimana merasa tidurnya terusik akibat pergerakan Livia, dahi istrinya itu pun sudah dipenuhi keringat dingin padahal suhu ruangan terbilang cukup sejuk dan juga nyaman.
Abimana merubah posisi, duduk menghadap istrinya.
"Demi tuhan....saya tidak mengambilnya, saya bukan pencuri, tuan." igauan yang terucap dari mulut Livia membuat Abimana mengurungkan niatnya untuk membangunnya istrinya itu. "Saya tidak salah, saya tidak ingin masuk pen-jara. Ayah ....ibu.... tolongin Livia." igauan tersebut masih terus berlanjut dan kali ini sudah diiringi dengan Isak tangis.
Abimana masih diam terpaku, seakan berusaha memahami situasi yang ada. bisa jadi mimpi buruk istrinya itu, berasal dari kenyataan pahit di dalam hidupnya. Karena suara tangis Livia semakin terdengar, Abimana pun mencoba menenangkannya dengan memberi usapan lembut di puncak kepala wanitanya itu.
Tak lama kemudian Livia puy mulai tenang dan kembali lelap dalam tidurnya.
Sepahit apa sebenarnya kenyataan yang pernah kau lalui, sampai-sampai terbawa mimpi seperti ini. Abimana.
*
Di Gedung Sanjaya Group.
Di tengah kesibukannya memeriksa laporan dari beberapa Divisi, Abimana kembali teringat akan igauan istrinya semalam.
"Purba..."
Abimana berseru pada asisten Purba yang berdiri siaga di depan meja kerjanya.
"Iya, tuan."
"Ceritakan semua yang kau ketahui tentang istriku!!!."
Meskipun tidak memintanya, namun Abimana bisa menebak jika asisten pribadinya tersebut sudah mulai mencari tahu tentang latar belakang Livia, semenjak dirinya berniat menikahi gadis itu.
Asisten Purba sudah menduga bahwa suatu saat tuannya itu pasti akan menanyakan hal itu padanya.
"Yang saya ketahui Nona Livia merupakan anak pertama dari dua bersaudara. sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, nona Livia terkenal smart, sehingga beliau berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya hingga ke perguruan tinggi. sebelum menikah dengan anda, nona Livia belum pernah menjalin hubungan dengan pria manapun, meski tidak sedikit yang berusaha untuk mendekatinya."
"Cih...."
Mendengar Abimana berdecak kesal, asisten Purba lantas menjedah ceritanya untuk sejenak, sadar jika tuannya itu tak suka mendengar kalimat terakhirnya.
"Lanjutkan!!!."
"Baik, tuan."
"Nona Livia menjalin persahabatan dengan seorang gadis bernama Zenaila. Nona Zenaila sangat menyayangi Nona Livia dan begitu pula sebaliknya. bahkan di saat Nona Livia mendapat tuduhan dari salah seorang reman sekampus mereka, Nona Zena merupakan orang pertama yang pasang badan untuk membelanya. Tidak tanggung-tanggung, saat itu Nona Zena meminta ayahnya untuk membantu membebaskan nona Livia dari pen-jara."
"Penj-ara????." sambar Abimana, kini raut wajah pria itu sudah berubah tak ramah.
"Benar, tuan. akibat tuduhan itu, nona Livia sempat ditahan selama dua Minggu."
Abimana mengeratkan genggamannya.
"Siapa dia???." yang dimaksud Abimana mengarah pada rekan sekampus Livia yang telah kurang ajar menuduh istrinya.
"Gadis itu merupakan putri dari tuan Ferdinand, pemilik salah satu perusahaan yang saat ini aktif menerima aliran dana dari perusahaan Sanjaya Group, tuan." kembali, jelas asisten Purba.
"Hentikan aliran dana ke perusahaan itu, dan minta mereka untuk segera melakukan pengembalian dana secepatnya!! Satu lagi, katakan pada tuan Ferdinand, jika tidak segera melakukan pengembalian dana, maka pihak Sanjaya Group akan mengakuisisi perusahaan mereka!!!." tegas Abimana.
"Baik, tuan."
mulut mu itu pernah ngomong apa ke Livia,coba ingat2 dulu...
😒😒😒😒
blom lagi liat mertua Livia...
istri ngambek itu bahaya lho...
ntar kamu gak dapat jatah ronda lagi 😂😂😂😂
kamu harus tegas,jangan mau di stir Abi...👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻