MATA BATIN (Keyla Arka)

Arvin dan Febian tertawa sampai terpingkal-pingkal. Merasa lucu melihat raut wajah Gama yang di tekuk kesal.

"Bener, emang kak Bunga mau sama lu Bang?" Arvin tersenyum mengejek. Tidak mungkin kakaknya mau dengan Gama. Rasanya perjuangan Gama akan sia-sia saja.

Gama mengembuskan nafas kasar. Menatap Febian dan Arvin, mereka bukannya mendukung malah mengejeknya. Tidak setia kawan sekali

"Hahaha, cowok bar-bar kaya Gama mana minat Bunga!!" Ucap Qilla sambil tertawa keras.

"Bunga itu maunya sama cowok cool, bukan kaya lu yang kaya ulah nangka, HAHA." Timpa Gabby.

Muka Gama semakin di tekuk saja, kenapa mereka malah mengejeknya.

"Udah guys udaah, kasian Gama...."

Gama tersenyum mendengar ucapan Keyla, merasa ada pembelaan walaupun dari awal Keyla yang duluan mengejeknya. Tapi senyuman Gama langsung menghilang ketika mendengar.

"Kalau kita kasih tau faktanya, Bunga nggak mungkin suka sama Gama, hahaha!!!" Lanjut Keyla.

Membuat mereka semua kembali tertawa.

"Anjirr dada gue sakit."

Gama menyentuh dadanya dramatis sambil menatap Bunga yang nampak cuek-cuek saja tidak memperdulikan situasi di sekitarnya, gadis itu malah menikmati kentang goreng sambil memainkan ponselnya.

Gama terdiam dengan wajah sedih.

Suasananya seperti hening untuk Gama. Cowok itu berfikir, apa dirinya menyerah saja mengejar Bunga? Apa yang di katakan teman-temannya juga benar, rasanya tidak mungkin dirinya bisa mendapatkan. Bunga.

Tapi jika mundur bagaimana dengan hatinya yang sudah jatuh cinta kepada Gadis dingin itu?

"Jangan menyerah, selagi gadis itu tidak di miliki oleh siapapun, sebelum janur kuning melengkung masih ada kesempatan untuk kamu mendapatkannya."

"Tapi Gama tidak mungkin bisa mendapatkannya Dad!!"

"Daddy tau bagaimana berjuang untuk mendapatkan gadis seperti incaran mu itu, karena Daddy dulu pernah merasakannya, ya walaupun hasilnya gagal, tapi Daddy tetap berjuang sampai Daddy paham gadis itu bukan untuk Daddy, dan setelah berusaha move on dari gadis itu Daddy bertemu dengan mommy kamu!!"

"Saran Daddy, jika masih ada keyakinan di hati kamu bisa mendapatkan gadis itu, maka berjuang lah!!"

Gama menghembuskan nafas kasar, kembali mengingat nasehat Daddy-nya. Sebenarnya masih ada keyakinan di hati Gama bisa mendapatkan Bunga. Mungkin Gama akan tetap berjuang seperti saran Daddy-nya.

"Cek. Kalian itu seneng banget mengejek gue. Ingat jodoh itu nggak ada yang tau dan perasaan juga bisa berubah-ubah.

Tuhan yang membolak-balikkan hati. Siapa tau besok Bunga cinta sama gue!!" Dengan percaya dirinya Gama berucap.

Mereka berhenti bicara mendengar ucapan Gama yang seperti orang waras saja.

Gama tidak tau sampai kapan dirinya mengejar gadis itu. Tapi Gama selalu mengingat kata-kata. Usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Gama yakin, suatu saat nanti Bunga akan mencintainya juga.

Gama akan menikung jodoh Bung di sepertiga malam.

Gama manggut-manggut sambil senyum-senyum. Kelihatannya meminta Bunga di sepertiga malam tidak buruk, mungkin Gama akan mencobanya?

'Kaya orang suka ibadah aja gue, mau tikung jodoh Bunga di sepertiga malam, padahal sholat wajib aja bolong-bolong ' Batin gama.

'Tapii, walaupun begitu gue tetap akan mencobanya'

Dasar Gama ada maunya saja baru beribadah.

Jangan di tiru ya guyss ada maunya baru beribadah, sholat itu kewajiban!!

Febian yang melihat Gama manggut-manggut sambil senyum-senyum menatap Bunga. Seketika merasa curiga. Sepertinya Gama sedang merencanakan sesuatu.

"Kenapa wajah lu kaya gitu? Mikirin apa lu?" Tanya Febian curiga.

Gama langsung menatap Febian malas.

"Jangan bilang Lu mau pelet Bunga?" Tuduh Febian membuat mereka semua terkejut bahkan Gama pun ikut terkejut.

"Waaah parah lu bang. Jadi kalau kak Bunga mau sama lu berarti lu pelet." Arvin langsung percaya dengan tuduhan Febian.

Gama mendengus. Picik sekali pikiran teman-temannya ini. Kenapa mereka berfikir sejauh itu?

"Anjirr, awas aja lu kalau mau pelet Bunga" Ancam Gaby tak main-main matanya melotot menatap Gama.

"Sialan. Mana mau gue lakuin hal menjijikan itu. Iyaa mau gue pelet pakai pelet ikan, puas kalian!!" Kesal juga Gama di buatnya, tidak pernah terselip pikiran kotor itu.

"HAHAHA!!" Mereka malah tertawa lagi, senang sekali menggoda Gama.

"Gue cuman mikir gini. Gimana kalau gue tikung jodoh Bunga di sepertiga malam? Menurut gue itu ide bagus!!"

"Pftttt---anjir ucapan lu kaya yang suka sholat aja!!" Teriak Febian.

"Hahah, lu sholat lima waktu aja pasti nggak pernah." Rasanya Gaby capek terus tertawa, tapi ucapan Gama itu lucu sekali.

Gama hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ide bagus Gama, hahaha" Keyla mengacungkan ibu jarinya kepada Gama sambil tertawa membuat cowok itu tersenyum bangga.

"Segitunya ya Gama pengen jodoh sama Bunga" Bisik-bisik para siswa mulai terdengar kembali.

"Ya wajah aja sih, kak Bunga cantik walaupun sifatnya dingin."

"Hadeeeh. Menurut gue Bunga nggak ada menarik-narik nya deh, kok Gama segitunya ngejar si Bunga." Ada juga yang julid karena merasa cemburu dengan Bunga.

"Cih, di bandingkan sama lu juga, bagusan Bunga kemana-mana!!" Temannya langsung membela Bunga.

Gadis itu hanya mendelik.

Sementara Bunga yang menjadi topik pembicaraan hanya diam, kupingnya sudah memanas mendengar ocehan mereka semua.

Jengkel juga dengan Gama yang selalu mengejar-ngejarnya. Risih? Tentu saja Bunga risih, tapi yasudah lah, Bunga juga enggan menanggapi hal random seperti ini.

****

"Sssh, kepala gue."

Ringis Sutino sambil menyentuh kepalanya yang berdenyut sakit, matanya berkunang-kunang.

"Akhirnya pak Sutino sadar juga." Ucap seseorang membuat Sutino sedikit terkejut.

Saat ini pria gempal itu terbaring di sofa lusuh rumahnya, melihat ke sumber suara, matanya langsung mengerjap terkejut, di sana ada seorang bapak-bapak duduk di sofa tunggal.

Pandangannya mengedar ke sekeliling, ternyata banyak orang di rumahnya.

"Apa yang terjadi?" Sutino heran apa yang terjadi kenapa banyak orang?

Ada enam warga dan Sutino mengenali mereka. Di sofa tunggal adalah pak RT, tiga ibu-ibu dan dua pria lain.

Dengan perlahan Sutino duduk, kepalanya terasa sangat penting, entah apa yang terjadi.

"Tadi pak iman tidak sengaja mendengar teriak bapak, kami langsung melihat apa yang terjadi.

Ternyata pak Sutino pingsan di kamarnya Kala."

Jelas pak RT.

Sutino langsung terdiam berusaha mengingat apa yang terjadi kepadanya, kenapa bisa pingsan di kamarnya Kala. Kamar itu sudah kosong dua Minggu lebih.

Deg.

"Astaga" Gumam Sutino dengan tubuh menegang dan wajahnya berubah pias, kini Sutino mengingat apa yang terjadi kepadanya.

Keringat dingin mulai keluar dari pelipis pria gempal itu, rasa takut mulai menyelimutinya. Pandangan Sutino mengedar awas, takut mahluk itu masih ada di rumahnya.

'Tadi gue pingsan karena liat---entah itu mahluk apa, menyeramkan sekali.' Batin Sutino, tubuhnya meremang mengingat mahluk menyeramkan itu.

"Apa yang terjadi pak Sutino? Kenapa pak Sutino bisa pingsan?" Tanya pak RT mewakili tanda tanya di benak warga.

"Emm, i-itu---" Sutino nampak gelagapan di tempatnya, tidak tau harus menjelaskan seperti apa.

Jika Sutino menjelaskan kejujurannya apa mereka akan percaya? Atau mereka akan menertawakannya? Ya, rasanya Sutino saja tidak percaya dengan apa yang ia alami, apa lagi orang lain yang hanya mendengar ceritanya, kejadian itu sangat di luar nalar sekali.

Sutino menatap pak RT lalu beralih menatap warga yang menunggu jawabannya.

'Ah sial, gimana gue jelasinnya.' Gram Sutino.

"Ada apa pak Sutino?" Pak RT kembali bertanya.

"I-itu, ehemm." Sutino berdehem sambil membenarkan posisi duduknya yang tidak nyaman.

"Saya---liat tikus makanya saya pingsan pak RT." Bohong Sutino.

Setelah di pikir-pikir tidak mungkin Sutino menjelaskan apa yang terjadi kepadanya.

Pak RT dan yang lainnya sedikit terkejut mendengar jawaban Sutino. Mereka menatap Sutino heran.

Tubuh saja yang gempal tapi ternyata takut dengan tikus, mana sampai pingsan lagi.

Warga ingin tertawa mendengar pengakuan Sutino.

"Ya ampun Sutino, tubuh doang yang besar tapi ternyata takut tikus!!" Ucap salah satu ibu-ibu sambil tertawa.

"Ada-ada saja." Ujar yang lainnya.

Sutino hanya menggerutu dalam hati. Demi menutupi kebenarannya Sutino malah menjatuhkan harga dirinya.

"Ehem, jadi seperti itu pak Sutino?" Ujar pak RT sambil berdehem berusaha menahan tawanya.

Sutino hanya mengangguk dengan wajah datar.

"Oh iya Sutino, kami juga sudah lama tidak melihat Kala. Kira-kira dimana anak kamu sekarang?" Tanya pak Iman tiba-tiba dan di angguki yang lainnya.

Deg.

Tubuh Sutino langsung membeku, wajahnya berubah tegang, terlihat jelas kekhawatiran di sana, tangannya terkepal kuat untuk menyalurkan rasa gugupnya. Jangan sampai mereka tau apa yang sudah di lakukannya.

"Benar, kami sudah lama tidak melihat anak mu" Timpa yang lainnya.

"Kala kan kerja di tokonya pak Burhan, tapi saya sudah tidak melihat Kala kerja di sana lagi"

Wajah Sutino semakin terlihat pucat

Ya, Burhan pemilik toko tempat Kala bekerja, dan itu awal Burhan menginginkan Kala.

Pertama kali bertemu Burhan langsung tertarik dengan pesona Kala.