NovelToon NovelToon
DEVANNA

DEVANNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Selingkuh / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Office Romance
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Evrensya

Laki-laki asing bernama Devan Artyom, yang tak sengaja di temuinya malam itu ternyata adalah seorang anak konglomerat, yang baru saja kembali setelah di asingkan ke luar negeri oleh saudaranya sendiri akibat dari perebutan kekuasaan.
Dan wanita bernama Anna Isadora B itu, siap membersamai Devan untuk membalaskan dendamnya- mengembalikan keadilan pada tempat yang seharusnya.

Cinta yang tertanam sejak awal mula pertemuan mereka, menjadikan setiap moment kebersamaan mereka menjadi begitu menggetarkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evrensya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Night With CEO

20:50 pm.

Jam kerja tentu sudah usai sejak sore tadi, kantor terlihat sepi dan hanya di isi oleh beberapa butir orang saja, yang akan bekerja lembur malam ini.

Sedangkan sang Boss besar baru saja menyelesaikan rapat yang berjalan lancar sesuai harapan. Kini saatnya kembali ke ruangannya, menemui Anna yang mungkin saja sudah tidak sabaran ingin segera pulang. Devan sedikit menyesal karena telah menahan wanita itu, yang artinya, Devan membuat Anna bekerja lembur di hari pertamanya bekerja.

Langkah Devan mengayun cepat, tangannya tidak sabaran menjangkau ganggang pintu dan segera membukanya. Ia sedang dalam mood yang sangat baik sore ini. Sebab berkat Anna, harapan baik bagi Devaradis kembali datang.

Pasalnya para investor yang awalnya hendak menarik investasi mereka, berhasil Devan yakinkan untuk terus bergabung dalam projects yang sudah di sepakati, walaupun telah terjadi beberapa masalah yang cukup besar, namun solusi jitu sudah ia kemukakan.

Berbekal penampilan Devan yang terlihat jauh lebih sempurna di banding sebelumnya, membuat sang CEO mencapai kepercayaan diri yang meningkat sempurna, yang mampu menjerat siapapun yang memandangnya. Devan bahkan mendapatkan banyak pujian karena itu, semua mata nampak terpukau oleh kharismanya yang menguat berkali-kali lipat.

Dan sapaan pertama yang ia dapatkan dari para tamu penting itu adalah. "Anda terlihat jauh lebih menawan dari sebelumnya, apakah ini pertanda baik bagi Devaradis?"

Kemudian Devan menggunakan pujian itu sebagai topik utama, untuk memikat kembali mangsanya. Dengan mengemukakan solusi-solusi yang di bekali oleh Anna sebelumnya. Devan berjanji akan menyelesaikan masalah yang ada dengan cepat dan tuntas.

Bukankah seharusnya Devan berterima kasih pada wanita cupu yang genius itu? bahkan mungkin tidak akan cukup hanya dengan memberikannya bonus yang besar. Selain uang, jika Anna tertarik, ia akan menarik Anna sebagai pegawai tetap— yakni sebagai sekertaris pribadinya.

"Anna!"

Devan memanggil nama seorang wanita yang ternyata tengah tertidur pulas di atas kursi kerja milik nya, sambil memeluk pen dan note book di dadanya, yang di gunakan oleh wanita itu untuk mencatat apa yang tugaskan oleh Devan siang tadi.

Devan bergegas menghampiri Anna dan mengayunkan tangannya ke kiri-kanan di depan wajah wanita cupu itu—untuk memastikan kepulasannya. "Anna! Hei, bangunlah!" serunya cukup keras. Tapi tak ada pergerakan sedikitpun dari sosok yang di panggilnya.

Devan mencoba memutar-mutar kursi tempat Anna bersandar untuk melihat reaksi dari orang yang sedang dibangunkannya, yang mungkin saja akan bereaksi kaget karena merasakan sebuah pergerakan. Tapi nihil juga, wanita itu masih diam membisu dalam lelapnya.

Devan kembali memperhatikan wajah sayu itu begitu dalam. "Anna, kau ini sedang tidur atau setengah mati? bisa-bisanya tidak bereaksi ketika seseorang berbicara dan bahkan menyentuh mu. Katanya, kau sampai mengkonsumsi Slavina divinorum agar bisa tidur nyenyak, lalu ini apa?" ucapnya sambil menyenggol kursi di depannya dengan kaki.

Meskipun kursi tersebut bergeser dengan membuat getaran, wanita yang terbaring di atasnya nampak masih setenang itu. "Ckck, kau pikir ini rumahmu ya. Anna! Anna! Hei, bangunlah!" serunya dengan suara lebih tinggi. Tapi tetap saja orang yang di panggilnya tidak merespon sedikitpun.

Devan menyerah, iapun pergi meninggalkan Anna menuju quite room yang terpisah oleh satu ruang tengah. Yang penting ia sudah berusaha membangunkan pegawai baru itu, dan tidak dengan sengaja menahan nya untuk tinggal disini bersamanya. Karena bagaimanapun juga, berada dalam satu ruangan dengan seorang wanita yang tidurnya seperri orang mati, sangat-sangat tidak menenangkan hati dan pikirannya. Sebab ini adalah yang pertama kalinya, tidak pernah satu orang wanita pun yang pernah tidur dalam ruangan ini, atau ruangan manapun tempat Devan bermalam.

Hei, bukan berarti Devan adalah pria brengsek yang memiliki niat jahat pada wanita ini. Tidak sama sekali. Hanya saja, keberadaan Anna membuat satu getaran aneh dalam dadanya, entah apa namanya, Devan pun tidak mau ambil pusing dengan gejolak kecil ini.

Baiklah, tidak ada pilihan lain lagi, Devan harus membiarkan wanita ini tidur disini.

Setelah sampai di tempat istirahat nya, Devan tak langsung merebahkan diri melepas lelah, ia malah kembali ke tempat Anna berada sambil membawa sebuah selimut bulu Eider berwarna putih miliknya, yang terbuat dari bulu angsa laut bernama, Eiderdown. Yang hanya di temukan di teluk Breizafjorzur. Devan menggunakan kain hangat itu untuk menyelimuti seluruh tubuh Anna, dari ujung kaki hingga pangkal lehernya.

Devan juga menurunkan sandaran kursi dan mengatur kemiringannya hingga 59 derajat. Tubuh ringkih itu kini terlihat terbaring dengan lebih nyaman. Devan meraih benda yang ada dalam dekapan Anna, lalu meletakkan nya di atas meja.

Devan tersenyum hangat melihat wajah mungil yang nampak polos tak berdosa itu. Dari jarak yang sedekat ini, bahkan pria itu semakin mendekatkan dirinya lagi dengan membungkukkan badan 56 derajat ke depan, hingga jarak di antara kedua wajah mereka sekarang kurang dari 3 inci.

Tanpa berkedip, Devan menelan seluruh objek yang tertangkap pada lensa biru terang di kedua matanya. Bibir cantik Anna merekah sedikit terbuka, terasa hangat hembusan nafas yang keluar dari rongganya, meniup halus bibir Devan yang berada tepat di depan rongga mulut si wanita cupu yang memperlihatkan barisan gigi putihnya yang berbaris indah.

Perlahan, Devan menyingkirkan kaca mata yang masih menempel, menutupi sebagian wajah si wanita pemilik pipi yang selalu bersemu merah itu, lalu menyimpannya ke dalam laci meja. Dengan ujung jarinya, Devan menyibak poni tebal yang menutupi kening Anna dengan sentuhan lembut. Nampak lah sepasang alis dengan lengkungan indah, terlukis alami memukau pandangan Devan.

"Jangan di lanjutkan!" hentak kewarasannya. Devan langsung menarik diri dari ujung magnet yang seolah menariknya dengan sangat kuat. Ia mencoba merasionalkan diri agar tidak hanyut oleh keadaaan. Dirinya si lelaki perkasa, berdua dalam satu ruangan dengan seorang yang tertidur seperti batu ini, sangat berbahaya. Karena itu, ia harus menghindarinya.

Devan segera beralih tempat meninggalkan Anna menuju suatu tempat yang menyimpan kotak P3K. Kemudian membawa benda tersebut kembali ke ruang kerjanya. Devan mengambil posisi duduk di bawah kursi yang menyangga tubuh Anna, membuka kotak berwarna putih itu, lalu mengambil sebuah obat luka dari dalamnya.

Perlahan Devan menyentuh kaki Anna sambil mengamati bagian mana saja yang terdapat luka untuk di obati, lalu mengoleskan cream yang ada di ujung telunjuk nya pada area yang terluka. Setelah di rasa cukup, Devan segera bangkit dan mengambil sebuah note book di atas meja kerjanya kemudian mengembalikan kotak putih itu pada tempat semula. Si Boss kemudian beranjak ke quite room yang sudah menanti kedatangan nya kembali, sambil menenteng note book hitam yang berisi catatan milik Anna di tangan kirinya, tangan kanannya sibuk mengetik pesan untuk asisten pribadinya.

"Pak Ali. Pulanglah terlebih dahulu menggunakan taxi dan tinggalkan mobilnya untukku. Seperti biasa hari ini aku akan bekerja lembur di kantor."

Pesan yang terkirim langsung berubah dari centang satu ke centang dua, berwarna biru, yang berarti pesan telah terbaca.

Devan meletakkan barang bawaannya ke atas meja bundar yang terletak di sisi bed berwarna blue light + dark choco itu. Setelah membuka jas, sepatu, tali belt yang mengikat pinggang nya, juga dasi yang melilit pangkal lehernya. Ia pun merebahkan diri setelah menyisakan kemeja dark ash yang kancingnya sengaja di biarkan terbuka, sebab pendingin ruangan yang tetap menyala tidak bisa mendinginkan suhu tubuhnya yang mulai memanas. Tangannya meraih benda hitam persegi yang ada di dekatnya, lalu membaca deretan tulisan tangan Anna yang berharga, pada bagian yang sudah di tandai dengan menyematkan pen pada lembar kertas di bagian tengahnya.

Namun beberapa menit kemudian, Devan melepas note book tersebut, ia bangkit kembali karna tidak bisa fokus membaca. Pria yang sedang merasa tak nyaman itu berpindah tempat, memilih berbaring di permukaan lantai yang di lapisi oleh karpet bulu, woll. Ia melakukan gerakan sit up lima kali, sepuluh kali, 15 kali, hingga 20 kali, menuju ke 30 kali, sampai otot lengannya terasa panas dan kerja otaknya dapat pulih kembali. "Kau dalah pria yang bermartabat, jangan berani-beraninya meladeni pikiran kotormu!" ancamnya pada diri sendiri yang sedang menatap langit-langit kamar dengan nafas berat

Jujur saja, di usianya yang sudah cukup matang ini, Devan hampir tidak memiliki ketertarikan pada wanita, akibat dari kesibukannya dalam bekerja membangun bisnisnya. Pak Ali, si asisten pribadi yang telah mendampingi hampir separuh hidupnya itu selalu khawatir, karena Devan yang selalu risih jika di dekati oleh wanita. Di dalam sebuah pesta, Devan pernah marah besar ketika seseorang wanita dengan sengaja menyentuhnya, dan mencoba menggodanya. Saat itu, ia menegaskan di depan semua orang kalau ia tidak suka dengan wanita yang lancang menyentuh nya.

Beberapa teman yang di kenalnya pun selalu bergurau tentang dirinya yang kemungkinan memiliki masalah seksual— impotensi. Mereka kerap mempertanyakan kejantanan Devan yang sesungguhnya. Bahkan, tunangannya yang katanya cantik sempurna itu selalu ia abaikan. Bagi Devan yang tidak merasa tidak perlu menanggapi tuduhan itu, hanya diam membiarkan spekulasi mereka berhembus liar.

Tapi kali ini, mengapa rasanya sungguh berbeda, setiap kali ia berada dekat dengan Anna, darahnya selalu berdesir kencang, seperti sebuah aliran listrik tegangan tinggi yang menghentakkan jantungnya, membuat getaran hebat yang siap menyingkir kan akal sehatnya. Kemudian otaknya selalu memunculkan hasrat aneh yang sangat mengganggu nya. Devan bahkan harus tega berkata keras pada Anna, untuk menyadarkan dirinya sendiri, betapa ia harus menyingkirkan pikiran buruk itu jauh-jauh.

Sementara itu, waktu terus beranjak, malam telah sempurna menelan indahnya senja. Namun, pada garis langit nun jauh disana, rembulan merah hadir menggantikannya, membawa malam semakin larut, semakin hening dan sepi, begitu syahdu. Devan termenung membiarkan waktu berlalu, tanpa hendak beranjak dari tempatnya yang sedang berbaring tanpa arti. Kemudian, iapun terlelap.

02:00 am.

"Aaaaakh..!" Anna tiba-tiba berteriak histeris. "Ampun Ibu!" racaunya, kepalanya bergerak cepat ke kiri dan ke kanan.

Suara lengkingan wanita itu, menembus alam bawah sadar Devan. Ia pun langsung terbangun dan bangkit dengan tubuh sempoyongan, berusaha memaksimalkan kesadarannya sambil berlari cepat mendatangi Anna yang ternyata sedang mengigau. Wanita yang masih mengatup matanya itu membuat tangisan kecil yang terdengar begitu pilu.

"Anna! bangunlah! Anna! Anna!" Devan berusaha membangunkan Anna yang kelihatannya sedang mengalami mimpi buruk, nampak jelas dari banyaknya peluh yang berjatuhan dari pelipisnya, juga air wajah ketakutan yang di perlihatkan nya.

Tapi, tak ada tanda-tanda Anna akan bangun, dia malah mengerang, semakin meracau dengan kata-kata yang tak jelas. Devan yang sudah ada di sisi Anna langsung meraih tangan yang sudah di banjiri oleh keringat dingin itu lalu menggenggamnya erat. Jemari Devan mengelus-elus lembut untuk menenangkan wanita yang saat ini tengah membuat gerakan tubuh tak beraturan. Nafasnya naik turun, berhamburan keluar dari rongga mulutnya.

"Anna, aku disini, tenanglah." Devan kemudian menyentuh ubun-ubun Anna dan mengelus-elus rambutnya dengan lembut, sambil terus menggenggam tangannya yang bergetar. Mungkin ia harus menggunakan cara seperti ini untuk menghentikan mimpi buruk yang sedang di alami oleh Anna.

"Anna tenang ya, dengarkan aku. Kau akan baik-baik saja, karna ini hanya mimpi, apapun yang terjadi sekarang, hanya mimpi. Jika kau sudah menyadarinya, maka bangunlah."

Devan terus mengucapkan kalimat tersebut berulang-ulang kali, hingga tubuh Anna yang tegang itu lemas dan kembali normal. Perlahan, kelopak Anna pun terbuka, namun mengatup kembali karena silau oleh cahaya lampu yang menyorot langsung ke arahnya.

Devan langsung melepas tangan Anna begitu menyadari wanita itu sudah terbangun. Devan langsung berpindah tempat dan berdiri sedikit menjauh dari Anna, ke titik dimana bayangannya bisa menutup cahaya terang yang menyilaukan wanita yang masih menggeliat pelan.

Anna memicingkan mata, samar-samar matanya menangkap bayangan Devan di pelupuk matanya yang mencoba terbuka lebar. "Devan?" masih setengah sadar, suara lembut Anna menyebut nama pria yang saat ini sedang menunggunya untuk bangkit dari tidurnya.

"Bangunlah! jam kerja sudah usai. Kau malah tertidur pulas sampai bermimpi buruk di ruangan ku." Nada suaranya yang selalu datar ketika bicara di hadapan Anna benar-benar membuatnya terlihat munafik, yang mana ia selalu bertindak kebalikan nya di belakang wanita itu.

"Apaa?!" dalam sekejap Anna langsung memaksakan diri untuk sadar sepenuhnya. Ia menjatuhkan diri ke atas lantai dan berlutut memohon maaf atas tindakannya yang memalukan. "Maafkan saya Boss, saya telah melakukan kesalahan besar, saya siap dipecat untuk mempertanggung-jawabkan perbuatan saya."

Anna yang masih membawa emosi negatif dalam mimpi buruknya, terbawa suasana sampai harus menekan wajahnya hingga dahinya menyentuh lantai, di bawah kaki Devan yang sedang berdiri untuk bersimpuh memohon maaf. Detakan jantungnya terasa lebih cepat dari biasanya.

"Hei! siapa yang menyuruhmu untuk melakukan itu? bangun!" Devan menyalak, karna tidak tahan melihat tindakan Anna yang sampai merendahkan diri di bawah kakinya. Kenapa rasanya begitu buruk, sampai amarahnya mencuat seketika. Apalah yang di pikirkan wanita itu, sampai berbuat sedemikian rupa untuk memohon maaf darinya. Apa mungkin dia masih terbawa suasana mimpi? memang mimpi seburuk apa sampai membuat Anna tampak setakut itu.

Anna mencoba membuka mata lebar-lebar. Kepalanya masih terasa pusing, kesadarannya belum terkumpul sempurna.

"Maaf," lirihnya dengan suara lemah. Baru saja ia bermimpi buruk, memimpikan Ibunya melakukan sesuatu yang mengerikan padanya, lalu ia memohon ampunan agar sang Ibu menghentikan siksaannya. Selalu saja, mimpi-mimpi seperti itu mengganggu tidur nya.

"Kau ini, sudahlah tidurnya seperti orang mati. Saat hendak bangun pun harus membuat kehebohan seperti ini. Kalau seperti itu, jangan coba-coba tidur di sembarang tempat, bisa berbahaya. Cepat berdiri dan bersihkan dirimu disana." ucap Devan sambil menunjuk ke arah wastafel.

"Baik!" Anna mengangguk patuh. Iapun langsung bangkit dan undur diri menuju wastafel—seperti yang di perintahkan Devan padanya.

Lima menit kemudian, Anna kembali dengan wajah yang lebih segar, tetesan embu air masih menggantung di wajahnya yang basah.

"Kemari dan berdiri disini!" Devan yang saat ini sedang duduk menempati singgasana nya, meminta Anna untuk berdiri di seberang meja. "Ini terimalah!" tangannya menyodorkan sebuah amplop tebal dengan nominal uang tunai yang jumlah nya tak sedikit. Pria itu juga meletakkan sebuah debit card dengan saldo yang akan membuat Anna mampu membeli apapun yang di inginkannya.

"Apa ini?" tanya Anna. Kesadarannya sudah pulih kembali.

"Uang!" jawab Devan yang masih dengan wajah datarnya.

"Maksud saya untuk apa uang sebanyak ini?" Anna tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sejumlah uang yang memenuhi ruang kertas berbentuk persegi panjang itu.

"Ini adalah bonus dari hasil kerja kerasmu hari ini."

"Apakah menurut anda saya bekerja dengan sempurna hari ini? bukankah bonus sebanyak ini sedikit berlebihan?"

"Bonus ini untuk menghargai beberapa hal yang sudah kau berikan untuk membantu Devaradis. Walaupun pada hal yang lainnya kau masih lalai soal mengatur waktu dan tidak disiplin. Ada beberapa hal sepele yang memperlambat pekerjaan mu, terutama karna kau tidak bisa mengendarai sepeda motor. Di sisi lain kau bahkan berani membantah ku dan tidur pada jam kerja."

"....."

"Kata-kata maaf yang suka kau lontarkan baru-baru ini sangat membuatku tidak nyaman. Aku biasanya tidak akan pernah memaklumi kesalahan sebanyak itu, tapi khusus kepadamu, aku akan menutup mata oleh sebab beberapa hal, terutama soal keahlianmu dalam mengurus hal-hal besar." Devan memberikan penilaian akhir dari hasil kerja keras Anna hari ini. sang CEO ternyata sedetail itu menilai kinerja pegawainya.

"Apakah kemudian ini adalah hari terakhir saya bekerja disini?" tanya Anna seolah menantang, ketika kesalahannya di jabarkan dengan begitu rincinya oleh sang Boss.

1
anggita
dua iklan☝☝ dan like👍 sebagai dukungan. semoga novelnya lancar 👏thor.
Evrensha: Wajah, makasih banyak beb, atas supportnya. terharuuu😭🥰
total 1 replies
anggita
Anna..👍. btw chapter ini agak panjang juga yah🤔.
Delita bae: mangat✌🙏
Evrensha: Iyà beb, Disini aku sengaja menceritakan semua masalah hidup si tokoh utama secara kompleks. sebab di chapter2 berikutnya, yg tersiksa hanya perjuangan pengembalian hak2 mereka, balas dendam, dan juga kisah cinta.
Chapter2 kedepan di jamin seru. Karna 4 episode awal ini hanya masalalu.
total 2 replies
anggita
visualisasi gambar tokoh dan suasananya oke lah👌.
Evrensha: Semoga chapter awal tidak bikin boring, sebab, kalau di skip, nggak bakal faham sama konflik di bab2 berikutnya.
total 1 replies
Tutupet
keren thor ada gambarnya tiap cerita
Evrensha: Haha,, iya, makasih beb... Makasih bgt udah mau baca2.
total 1 replies
ナディア 🎀
Dayyemmm critanya bkn cenat cenut tapi seruuu/Sob//Rose/
Evrensha: oh my God, dear. thanks you so much udah baca novel aku..... Tengkiyuuu, love you. aku fikir cerita aku gak bagus, tp ada yg Muji lohhh..
total 1 replies
miilieaa
pukul yuk ana /Silent/
Evrensha: betul, lgsg hajar smpe jera. haha
total 1 replies
Delita bae
mangat, Egi udh up . mau up lagi👍🙏
RYN
dah di sini dulu... mampir bentar karena gak ada kerjaan.
Evrensha: makasih dah mampir cuma buat liat tulisan yg bgini adanya. wkwk
total 1 replies
RYN
Pengen komen banyaak banget... tapi sedikit kesalahan sih, terlalu banyak narasi dan gak seimbang. Err, bagusnya pake sudut orang pertama kali gini.
Evrensha: nah iya sih kamu bener. emang terlalu banyak narasi disini. apalagi di bab 1 ini.
tapi, kalo aku kasi beberapa alasan mngkin agak masuk akal.

sebab, kalo di baca lebih ke bab2 depan, percakapan makin banyak sih. trus karna ini hanya scene masa lalu dgn hanya waktu pertemuan berapa jam saja, like a dream, jadi aku bikin banyak narasi untuk membuat pembaca mengenal karakter dan konflik cerita ini ke depannya. biar faham lah apa yg akan terjadi selanjutnya pada 5 THN mendatang—di bab 4.
total 1 replies
RYN
ONOMATOPE ini gak sesuai...
Evrensha: onomatope yg benar yg kek mana ih, kasi tauuu, biar gue lgsg revisi. kalo hujan turun deras emang gak cocok dgn bunyi byur kek nyiram air se ember. hahaha 😂
total 1 replies
RYN
Jirr, kalau bener ada cewe begini pas gw di tinggal nikah, gw bakal dengan senang hati lakuin bersama./Sweat/
RYN
Seimbang kan lagi narasi dan dialog nya. Bukan menggurui dan merendahkan, tapi dialog terlalu banyak begini kurang menarik perhatian pembaca.
Evrensha: jirr tulisan gue acak Adul bgt🤦🤦🤦🤭 makasi suhu masukannya.
total 1 replies
RYN
Kalo ini pake ‘—,’ aja, tapi gak apalah. Variasi setiap orang berbeda.
RYN
Nah, yang ini baik nya tambah tanda kutip. Terakhir, pembaca tidak ingin mengetahui seberapa detail jarak mereka, revisi seperti ini "Jarak mereka cukup dekat," atau tambahkan variasi seperti "beberapa langkah," "Selangkah lagi, "beberapa meter," dsb.
Evrensha: ohh gitu.. oke2👍👍👍
total 1 replies
RYN
Err, ada beberapa kesalahan yang ku temukan, "Melampiaskan nya," jangan di pisah, revisi "Melampiaskannya." Lalu keputus-asaan jangan tambahin ‘-.’ Terakhir, narasi terlalu bertele-tele dan panjang.
Evrensha: oke, masukan siap di kantongi semua. btw gue jg lagi bingung ini menempatkan kata 'nya. di satukan apa di pisah. coz banyak penulis hebat yg di pisah. kalo emang di satukan yg bener, ilmu sih ini.
total 1 replies
Jihan Hwang
kata² yang puitis...bagus bgt...
mampir di novelku ya/Smile//Pray/
Jihan Hwang: sama²/Smile/
Evrensha: Makasi kak....
total 2 replies
Delita bae
mangat up nya😇👍🙏
Delita bae: sip. udah minta up lagi.😇👍
Evrensha: ok siap 🙏👍
total 2 replies
Delita bae
💪💪💪👍💪💪🙏
Evrensha
udah up kak bab selanjutnya.
Delita bae
up ya mangat👍🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!