Mimpi yang terus terulang membwa Leora pergi ke dimensi berbeda serta merubah kehidupannya.
Dia yang hanya seorang pemilik toko kecil di pusat kota justru di sebut sebagai ELETTRA (Cahaya) di dimensi lain dan meminta bantuannya untuk melenyapkan kegelapan.
Secara kebetulan, begitulah menurutnya. dirinya pergi ke dimensi berbeda bersama Aron yang menjadi sahabatnya melalui mimpi, namun siapa sangka persahabatnnya bersama Aron justru membawa dirinya pada situasi yang tidak biasa.
Sihir yang semula hanya dia tahu melalui buku secara ajaib bisa dia lakukan.
Dan ketika cinta bersemi di hatinya serta tugas melenyapkan kegelapan telah selesai, apa yang akan dia lakukan?
Akankah dia kembali ke dimensi aslinya atau akan tetap bersama pria yang dia cintai?
Ikuti kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. LD 16.
Satu hal yang keduanya tidak ketahui adalah, keteguhan serta ketulusan hati mereka turut di uji di dalamnya.
Meski apa yang mereka lihat adalah ilusi, namun tekanan yang mereka rasakan sangat nyata.
Perbedaan dari mereka berdua mulai terlihat ketika mereka di hadapkan dengan situasi dimana rakyat mereka sendiri dijadikan sebagai sandera. Menjadikan rakyat mereka menjadi tameng ketika keduanya akan menyerang.
Sihir yang tidak bisa mereka gunakan menjadi kesulitan tersendiri bagi kedunya dimana mereka tidak bisa menyelamatkan rakyat menggunakan sihir, membuat mereka berdua tidak memiliki pilihan lain selain melawan menggunakan senjata yang ada di tangan mereka.
"Aku hanya perlu membunuh semua musuh untuk mencapai pemimpinnya, dan perang ini akan berakhir," Ruchira bergumam pelan.
Di satu titik di belakang musuh, ia bisa melihat sosok yang menjadi pemimpin musuh yang tengah ia hadapi, hal yang menjadi penentu bahwa dia akan menang jika sang pemimpin musuh berhasil ia bunuh.
Ruchira menerjang maju. Berkelit ketika ada yang menyerang dirinya, membalas dan melepaskan anak panah dengan gerakan yang bahkan tidak bisa diikuti oleh mata. Menargetkan satu titik dimana pemimpinnya berada hingga ia melupakan satu hal penting.
Untuk kesekian kalinya Ruchira menarik busur di tangannya, menembakkan anak panah ke arah musuh meski ia melihat rakyatnya sendiri telah di jadikan sebagai sandera, namun ia tetap melepaskan anak panah tanpa ragu yang membuat dirinya justru membunuh rakyatnya sendiri.
Tepat ketika Ruchira berhasil membunuh pemimpin musuh, seluruh pandangannya berubah gelap selama beberapa saat, detik berikutnya ia telah berada di luar kuil.
Di waktu yang sama,,,,
Raegan menghadapi hal yang sama persis dengan apa yang di hadapi sang Kakak.
Gerakan tangannya terhenti ketika ia di hadapkan dengan situasi dimana musuh menjadikan rakyatnya sendiri sebagai sandera. Benaknya memikirkan cara untuk menyerang sekaligus cara untuk menyelamatkan dalam satu waktu.
Hingga ia memutar salah satu pedang di tangannya, memasukkan kedalam sarung pedang dan melemparnya ke arah kaki rakyatnya sendiri.
Apa yang di lakukan Raegan praktis membuat rakyat yang terkena lemparan pedang jatuh berlutut, memudahkan ia untuk menebas musuh di belakang para rakyat hingga tak satupun rakyat yang menjadi korban.
Hingga, ketika ia hampir membunuh pemimpin dari para musuh, ia melihat pendaran cahaya ungu yang secara perlahan membentuk seekor Naga.
Gerakan Raegan seketika terhenti, digantikan dengan tatapan takjub atas apa yang ia lihat. Seiring dengan memudarnya cahaya ungu yang berpendar, sosok Naga hitam telah berada di depan Raegan.
"Bagaimana bisa_,,,,"
Raegan tidak menyelesaikan kalimatnya, kedua kakinya melangkah mundur dengan pandangan terus tertuju pada Naga di depannya.
Naga itu terus menatap Raegan tanpa suara, namun benak Raegan seakan telah terikat dengan Naga yang kini ada di hadapannya. Hingga, bibir pria itu bergerak tanpa ia minta seolah ia sudah memahami apa yang di inginkan Naga itu tanpa di ucapkan.
" Agasthya,,,"
Dalam sekejap, cahaya ungu kembali berpendar, bersinar terang tepat di dahi Naga itu dan menjalar ke dada kanan Raegan, membentuk sebuah simbol bintang yang di kelilingi oleh Naga.
Raegan tersentak, seolah baru saja tersadar dengan apa yang baru saja terjadi dan segera memeriksa dada kanan di balik pakaiannya hanya untuk melihat simbol tanda kontrak sihir telah di buat.
"Apa-apaan sekarang? Bagaimana aku bisa menjalin kontrak sihir?" Raegan berkata dengan ekspresi bingung.
[[ "Kemurnian hati Anda lah yang membuat kontrak sihir ini terjadi,"
Suara asing tiba-tiba menjawab dalam benak Raegan, membuat pria itu mengangkat wajahnya dengan pandangan tertuju pada Naga di hadapannya.
"Anda adalah Master saya, Yang Mulia Pangeran. Dan saya menerima kontrak yang anda berikan secara sukarela," Naga itu kembali berkata.
"Tapi, bagaimana itu bisa terjadi? Bukankah kontrak hanya akan terjadi jika pemberian nama di lakukan?" tanya Raegan.
"Anda sudah memberikan nama itu kepada saya, dan saya menerimanya," terangnya.
"Agasthya,,,, Jadi itu adalah_,,," Raegan tertegun, gagal melanjutkan kalimatnya.
"Nama yang Anda berikan kepada saya," jawabnya.
"Mengabdikan diri saya kepada Anda adalah sumpah, dan itu bersifat mutlak,"
Raegan masih sibuk dengan pikirannya sendiri, memikirkan bagaimana ia akan menjelaskan hal yang terjadi kepada kakak perempuannya.
"Bisa bawa aku keluar dari tempat ini?" ujar Raegan.
Ekspresi wajahnya berubah lesu, membayangkan bagaimana dengan reaksi yang akan di perlihatkan kakak perempuannya nanti.
"Baik,"
# Percakapan dalam benak Raegan berakhir. #
Cahaya ungu kembali menyelimuti Raegan beserta Naga yang masih berada di depannya, dalam sekejap keduanya lenyap dan telah berada di depan kuil tempat darimana dirinya masuk pertama kali. Sementara Naga itu berada di belakang kuil.
Semua orang yang menyaksikan kemunculan dua calon Raja dan Ratu mereka tercengang dengan apa yang baru saja mereka saksikan, mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang mereka simpan dan segera berlutut menyambut Raja baru mereka.
Di sisi tak jauh dari tempat Raegan dan Ruchira berdiri, Ayah mereka berdiri bersama pria berjanggut putih yang setia mendampingi Sang Raja yang mereka kenali sebagai penyihir suci. Zohar Akela.
"Dengan berakhirnya ritual ini, Raegan Charon Xzander kutetapkan sebagai Raja Luminara, dan Ruchira Caroline sebagai komandan pasukan Luminara,"
Semua yang mendengar keputusan Sang Raja serentak mengangkat wajah mereka. Beberapa tersenyum senang, dan beberapa tidak terima dengan keputusan yang mereka dengar.
"Tunggu sebentar, Baginda Raja!" salah satu pendukung Ruchira menyuarakan keberatan.
"Mengapa?"
"Mereka berdua masuk di waktu yang sama dan keluar secara bersamaan dengan hewan suci di belakang mereka," dia berkata.
"Karena Putraku telah menjalin kontrak dengan Hewan suci," jawab Sang Raja.
"Aku mengetahui hal ini karena aku bisa merasakannya," imbuh Sang Raja.
"Akan tetapi_,,,,,"
"Putriku Ruchira memang berhasil melewati rintangan dan berhasil membunuh pemimpin dari para musuh, memenangkan pertempuran dan membunuh musuh lebih banyak dari Putraku,"
Sang Raja kembali berkata, memotong ucapan beberapa orang yang tidak bisa menerima keputusan yang telah ia buat.
"Untuk menjadi seorang Raja atau Ratu, tidak di hitung dari jumlah musuh yang telah di bunuh, tetapi dari berapa banyak rakyat yang telah dia selamatkan,"
"Akan tetapi kau hanya fokus untuk membunuh musuh, bukan menyelamatkan rakyatmu,"
"Seseorang akan di sebut sebagai Raja ketika dia bisa menyelamatkan satu nyawa, dan kau tidak melakukan hal itu, Putri Ruchira,"
"Sedangkan Putraku Raegan, dia tidak hanya menaklukan musuh, namun juga menyelamatkan rakyatnya,"
"Itulah perbedaan antara Raja dan Prajurit,"
"Meski apa yang sedang kalian berdua lihat hanyalah ilusi, tindakan kalian mencerminkan apa yang akan kalian lakukan di masa depan,"
"Jika kau membunuh ratusan musuh, kau di sebut hebat. Tetapi, jika kau menyelamatkan satu kehidupan, kau di sebut Dewa,"
"Tetapi, Baginda Raja_,,,"
"Putraku Raegan akan di nobatkan sebagai raja di hari baik, di kuil ini. Itu keputusanku, dan keputusanku mutlak!"
Mereka yang menentang keputusan Raja seketika terdiam, tidak memiliki kata-kata yang bisa mereka rangkai untuk mereka jadikan sebagai sanggahan. Terutama setelah melihat lebih banyak orang yang mendukung Raegan untuk menjadi Raja.
Kepala Raegan sedikit tertunduk, ragu untuk melangkah maju ketika Sang Ayah meminta dirinya untuk berdiri di samping Sang Ayah.
"Angkat wajahmu, Re," ucap Ruchira.
"Majulah, Ayah menunggumu," imbuhnya.
"Tapi, Kakak_,,,"
"Kau lah yang dipilih, bukan aku," potong Ruchira.
"Setidaknya, aku bisa mendampingimu,"
Raegan menatap sang Kakak sejenak, beralih ke arah di mana Ayahnya berada, lalu kembali kepada kakak perempuannya yang tersenyum padanya sembari mengangguk.
Raegan mengangguk, melangkah maju dan berdiri di samping Ayanya, mendengar suara begitu banyak orang yang menyebut namanya sebagai Raja terpilih.
.
.
.
## Malam hari berikutnya.... #
Ruchira berlatih seorang diri bahkan ketika hari telah berubah malam, melepaskan anak panah menggunakan busur miliknya dan membidik target yang berada dalam jarak puluhan meter dari tempatnya berdiri. Meski demikian, tak satupun anak panah yang ia lepaskan meleset mengenai target.
[[ "Kau terlihat sangat kesal," ]]
Suara asing yang baru saja ia dengar sukses membuat Ruchira berbalik cepat, namun tidak menemukan siapapun di sekitarnya.
"Siapa?" Ruchira setengah berteriak.
[[ "Aku bisa membantumu untuk menjadi Ratu seperti yang kau inginkan," ]]
Pandangan Ruchira menelisik setiap celah, mencari tahu siapa yang berbicara, namun tetap tidak menemukan siapapun.
"Siapa?" Ruchira berteriak lagi.
[[ "Kau akan segera tahu,"
"Aku hanya ingin memberimu penawaran," dia berkata. ]]
"Penawaran apa yang kamu maksudkan?" tanya Ruchira.
[[ " Menjadikanmu Ratu dari kerajaan Luminara," ]]
"Apa,,,?!?"
. . . . .
. . . . .
To be continued...
produktif sekali thorrr/Drool//Drool/
why/Curse//Curse//Curse//Curse/
terasa horor /Joyful//Joyful//Facepalm/