“ Tubuh mu di ranjang ku atau kepala mereka di tempatmu”
Darren Ludovic menginginkan renata, sang beautiful mafia, jauh sebelum kekuasaannya bermula.
Ia terikat ambisi, lelaki itu selalu mendapatkan semua yang ia inginkan, kecuali renata, mafia cantik dari klan Louise yang memiliki satu per tiga wilayah Dan Fransco.
Sesuatu tiba-tiba terjadi, renata terjebak. Darren mendapatkan kesempatan untuk menuntaskan hasrat panas yang terus menggerogoti nya dari dalam.
Ancaman itu terlalu berbahaya untuk renata. Ia terjebak dalam situasi yang benar-benar sulit.
Apakah renata memberikan apa yang Darren inginkan?
Haruskah ia menyerahkan dirinya untuk seseorang yang terkenal biadab?
Sungguh, lelaki tampan, dan memesona itu tak lagi mengincar kekuasaan, melainkan dirinya, tapi kenapa?
Cinta, kekuasaan, hasrat, yang manakah yang harus dipenuhi?
Ketika cinta hanya menghasilkan penderitaan.
Kekuasaan hanya bisa membutakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yusnita hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
How Could Be It
Enggan memandang kain hitam tipis dan transparan yang tak layak disebut pakaian itu, Renata pun kembali menaruh didalam paper bag dan membanting nya ke samping kasur.
“ Br*ngsek! erghhh! ” Ia mengacak rambutnya yang sudah berantakan.
Kesal dengan semuanya. renata kembali mencoba tenang. Marah dan emosi hanya akan semakin menguras energinya. Bisa-bisa semakin ia tak berpikir jernih. bahkan menggila ditempat ini.
Mata biru kembali mengerling ke arah makanan yang sudah ditata cantik diatas meja. Renata pun berdiri dan melangkah ke sana.
Dari tadi, ia sudah mencium aroma samar-samar.
Tak bisa dibohongi, renata juga manusia biasa yang juga tergoda saat perut benar-benar kosong, mengetahui semua jalan buntunya, dan dengan tetap bersih keras tak makan pun, kemungkinan besar darren akan tetap tidak peduli padanya.
Oh, dilihat dari sikap lelaki itu, Darren bahkan akan tetap meny*tubuhi nya berkali-kali meski renata pingsan. Sakit. atau kelaparan.
Lemah hanya akan membuat renata semakin kurang waspada. meski ia tahu, darren tak akan membunuhnya, karena itu beresiko pada perang antar klan.
Dengan beberapa pertimbangan, ia pun mendekat kesana.
Sang pemilik mata biru yang indah dan tajam itu, tak langsung duduk, dan memilih memandangi meja nya dulu.
Tampaknya makanan ini masih hangat, uap bahkan terlihat mengepul samar-samar di atas bubur yang menggoda selera ini. Membelai udara dan menebar aroma nikmat, lembut dan lezat. Yang mengaktifkan respons otaknya terhadap hormon ghrelin yang dilepaskan tubuh, untuk memberikan alarm waktu makan.
Renata menarik nafas nya dalam-dalam. lalu melepaskan sekaligus kemudian.
Sungguh! percuma ia melakukan mogok makan atau aksi sejenisnya. Nyatanya, hal-hal merajuk hanya berlaku pada orang yang peduli dan menyayanginya.
Dan Darren?
Memangnya siapa darren Darren Ludovic itu?
Ia memang bertujuan untuk untuk mempermalukan dan menghancurkan renata. merebut kehorm*tan, serta keangkuhannya yang tak terjamah.
Sungguh, diakui renata, ia seharusnya bisa berpikir lebih cerdas. namun, berada ditempat ini saja, sudah menjadi momok paling bodoh dalam hidupnya.
Ch!
Renata berdecak, dan akhirnya memilih di depan meja yang kini dijadikan tempat makan.
Mereka bahkan menyediakan serbet dan tatanan khas restoran bintang lima.
Krrryyyykk...
“ Eh? ” renata mengedip cepat, lantas memegang perutnya.
Demi apa malah berbunyi. Ia menelan saliva, mengambil sendok perlahan, dan dengan tak terburu-buru. menyelupkan benda stainless mengkilap itu ke dalam bubur.
Dikecapnya makanan itu sedikit pada ujung sendok, lalu memasukkan seanteronya.
Alis renata terangkat kemudian. memang rasa tak pernah bohong. Ini lezat, legit dan hangat. Apalagi saat ditelan.
Rasanya bubur berisi daging salmon ini, masuk dan menghangatkan tenggorokannya. Ia sangat suka, cocok dengan selera. bahkan Renata mempercepat laju makannya.
Ini makanan enak. Dan ia memang sedang lapar.
Renata pun menikmatinya dikamar yang begitu luas ini.
***
Sementara itu.
Disisi lain.
Darren sudah selesai membasuh nya wajah nya. ia mengelap nya dengan handuk dan menatapi pantulan diri didepan cermin.
Pakaiannya pun sudah siap. Tergantung hanger disebelah kanan. Warna yang sama, dan juga model serupa. Darren memang suka mengenakan kemeja.
Ditatapi sang pemimpin The Wolves itu bagian lehernya. Ada bekas empat terusan samar dari garpu yang di todongkan tadi, tapi tak begitu kentara.
Sama sekali bukan luka yang berarti. namun, Darren tetap menjamah bekasnya. Ia memiringkan kepala hingga leher nya terlihat sempurna.
Darren hanya memakai kaos dalam, dengan rambut yang sedikit basah karena dibasuh tadi. Bibirnya tiba-tiba mengulas senyum singkat.
Ia menarik nafas panjang demi meresapi aura kemenangannya.
Tak disangka Darren, wanita itu begitu panas dalam gelora amarah. Sesuatu yang tak Darren temukan pada wanita-wanita lain, yang habis dit*durinya.
Renata memang berbeda. sekali ia menggeram, semakin bern*fsu ia membungkamnya.
Mata itu berkedip pelan. ia pun tak menyangka, seorang Darren Ludovic sempat-sempatnya melunak.
Wanita itu seharusnya diberi pelajaran. namun sisi lainnya, malah ketagihan untuk menikmatinya lagi.
Lenguhan Renata yang sering berganti geram. ia ingin dengar lagi dan lagi.
Dia cantik, memesona dan berani. Tiga kesan yang tak bisa lepas. menaklukkan nya bagai punya kebanggan tersendiri.
Well, beberapa bagian tubuh Darren pun nyatanya ada yang membiru, dan itu bukan percint*an, melainkan hantaman siku, kapalan, lutut, dan bagian lain, dimana pukulan Renata ada yang masuk mengenai tubuhnya.
Tak bisa diremehkan sama sekali. Renata adalah wanita yang lincah dan ahli bela diri. seandainya Darren tak punya otot dan kekuatan. mungkin, Renata sudah punya sedikit kesempatan untuk menang dalam pertarungan tadi malam.
Ya, hanya sebatas mungkin. Darren tentu tak akan membiarkan wanita itu menang. Renata harusnya sudah kalah sejak dulu.
Suara nafas terdengar. Darren mendes\*h. wajahnya kembali serius.ia pun mengambil kemana yang tergantung, lantas memakai sambil tetap memandangi pantulan diri.
Otot-otot perutnya mengencang mengingat tubuhnya telah menind\*h wanita itu. ia berikhtiar akan melakukannya lagi malam ini.
Ia harus memanfaatkan semua kesempatan yang ada. meski, dalam pikiran Darren, terliput pula kecemasan yang lain. Suatu penghalang, ia benar-benar harus mengamankan tentang raylie.
Semoga pemuda itu belum lari jauh. kalau pun benar, sebaiknya ia tak kembali ke markas renata.
Dan bila! bila, hal itu terjadi! Ia harus tetap menawan renata, membatasi semua akses wanita itu, dan tak akan membiarkannya tahu.
\*\*\*
Kantor utama Darren Ludovic.
Selesai melakukan rapat yang berdiri dalam naungannya. Darren pun kembali ke ruangan eksklusif, yang tampak tak begitu jauh beda dengan kamarnya.
Designnya didominasi dengan warna hitam mengkilap terdapat di ketinggian dengan dinding kaca di belakang nya.
Sungguh, sedari tadi pikiran Darren telah berpindah-pindah. Nyatanya meski keinginannya sudah terwujud sebagian, ia tak pernah bisa berhenti memikirkan renata, raylie, dan apa yang harus dilakukannya setelah ini.
“ Maaf, Mr. Ludovic, kami belum menemukan keberadaan raylie semua tim dan pemimpin wilayah telah dikerahkan untuk berjaga-jaga juga mencari keberadaannya, ” lapor seorang anak buah kepercayaan yang diizinkannya masuk.
Darren mendesah pelan. wajahnya mengeras dan sangat serius. “ Dia pasti bersembunyi di suatu tempat. tetap jaga setiap perbatasan, dan aktifkan tim pencari dan penjagaan.lakukan apapun, baik itu CCTV, gunakan tim IT dan semua cara. ”
“ Baik Mr. Ludovic. ”
“ Bagaimana dia bisa keluar dari sana? ”
“ Soal itu..., ” wajah lelaki yang melapor pada Darren tersebut tampak memberengut takut. Ia menelan saliva. terlihat sekali sedang menyembunyikan sesuatu.
Dahi Darren lantas mengernyit. ditatapnya lelaki itu dengan tatapan tajam dan ganas. “ Apa yang terjadi? kau tidak melaporkan semuanya! ”
Desahan pelan keluar sesaat dari mulut lelaki itu. “ Saya menerima kabar, kalau claire juga menghilang. kami tak bisa menghubungi nya. ”
“ Apa? ”
“ Tapi belum tentu dia yang membebaskan raylie, ” belanya kemudian.
“ Bagaimana mungkin kau bisa tahu akan hal itu, Jhavi? ” Darren memajukan tubuhnya. menatap lelaki yang sudah menjadi salah satu orang kepercayaan nya itu.
“ Bisa saja claire ikut mencari pemuda itu. dia mungkin juga ditangkap, atau menghilang serta kehilangan jejak, tapi saya yakin, claire tak mungkin mengkhianati anda Mr. Ludovic. ” ucapnya lagi dengan suara yang sedikit serak.
Darren langsung mengangkat dagu, kemudian memundurkan punggungnya. ia bersandar dikursi.
Dalam aktivitas itu, tak sedetik pun ia melepaskan mata dari pria dewasa yang dipanggil Jhavi tersebut.
Sang Pemimpi yang terkenal dingin dan angkuh itu, mengeluarkan satu cerutu dari laci mejanya. diambil dari sebuah kotak kayu yang terlihat eksklusif dan premium.
Benda silinder berwarna cokelat itu pun ditaruhnya kedalam mulutnya. Sikap dareen berubah menjadi begitu tenang saat mendengarkan pengakuan dan informasi tambahan itu.
Roda dibawah swivel chair yang didudukinya berputar kebelakang, membawa tubuh darren sedikit menjauh dari meja.
Jhavi tampak menahan nafasnya dan semakin menunduk.
Jika, Darren sudah tampak begitu tenang. artinya sang pemimpin itu tengah menganalisa. Jhavi harus menyembunyikan gestur yang akan membuat ia lemah. tak peduli tingkatannya sudah tinggi di klan ini.
Nyatanya, Jhavi memang baru diangkat sebagaii salah satu ketua dan orang kepercayaan berkat prestasi nya.
Namun, apabila Darren ingin membun*h. ia tak akan peduli dengan hal itu. Lelaki kejam tersebut bisa saja melakukannya dengan tiba-tiba.
Jhavi harus waspada. benar-benar waspada.
Sungguh, aura di tempat ini jadi semakin mencekam.
Tuk!
Jhavi mengerjap samar.
Bunyi meja terdengar.
Diangkat sedikit pandangannya.
Dilihatnya Darren manaruh sebelah kakinya ke atas meja. Alas pantofel hitam yang pekat dan mahal, menghadap tepat ke arah Jhavi.
Ditambah lelaki itu satu kaki yang lain disana. membuat posisi kedua tungkainya sedikit menyilang.
Darren memandang Jhavi dengan telunjuk yang melingkar diatas cerutu. menahannya tetap diposisi.
Lelaki yang berdiri didepan meja itu, dengan gugup dan tegang, pun langsung berjalan maju. Ia cepat-cepat mengeluarkan korek dari saku, kemudian memasangkannya untuk Darren.
Beberapa kali percobaan, korek api perak berbentuk kotak ditangannya, akhirnya bisa menyala, Jhavi benar-benar berusaha agar benda itu tak bergoyang akibat getar samar ditangannya.
Sungguh, sifat cemas Darren berubah begitu tenang dan tak terprediksi. ia menghisap cerutu nya bebarapa kali hingga bagian ujung terbakar. Pipi Darren tampak tertarik masuk kedalam. membuat cekungan yang mempertegas bentuk rahangnya.
Wangi tembakau segera terhirup semerbak memenuhi ruangan eksklusif itu. Asapnya menebarkan aroma khas yang mahal.
Kembali Jhavi menelan saliva nya, berusaha pula agar tak terlihat gentar. namun, Darren sudah membaca semuanya.
Semakin lelaki itu menghisap cerutu nya, terasa jiwa Jhavi tersedot di dalamnya.
“ Ssssshhh... ” Darren meringis singkat. Lalu memandang cerutu yang beraroma nikmat ditangannya. “ kalau begitu, tunggu sampai dia puluh empat jam. jika tak ada kabar dari gadis itu. aku ingin kau membawa ayahnya ke hadapanku. ”
Glup!
Jakun Jhavi bergoyang. Ia susan payah menelan saliva. matanya berkedip cepat. ia menarik nafas dalam, kemudian menjawab, “ Baik, Mr. Ludovic. ”
Jhavi menunduk dalam diam. matanya berubah merah. Nyatanya ia peduli pada Claire ezio, gadis klan The wolves yang mereka gunakan untuk menjebak pemuda bernama raylie louise. dan menyebabkan semua ini, serta malam panas Darren bisa terwujud.
TO BE CONTINUED