Ciara Anstasya, wanita berusia 27. merantau demi kesembuhan emntalnya, dari luar jawa sampai akhirnya hanya sebatas luar kota.
di tempat kerja barunya ini, dia bertemu orang-orang baik dan juga seorang pria bernama Chandra. satu-satunya pria yang selalu mengikutinya dan menggodanya.
"Berbagilah, kamu tidak sendirian sekarang"
kalimat yang pernah dia katakan pada Cia, mampu membuat hati Cia berdebar. namun, tiba-tiba rasa insecure Cia muncul tiba-tiba.
mampukah Chandra meredam rasa insecure yang Cia alami? dan menjalin hubungan lebih jauh denganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ningxi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berjalan Selangkah
Chandra menatap Cia, bibirnya menyanyikan sebuah lagu dengan pelan, kaki mungilnya melangkah dengan ringan. Entah hal apa yang membuatnya begitu senang. Bahkan Chandra yang berdiri di depan pagar kosnya itu tak nampak di matanya.
...Sayang apa kabar denganmu?...
...Di sini ku merindukan kamu...
...Ku harap cintamu takkan berubah...
...Karna di sini ku tetap untukmu...
...Sayang apa kabar denganmu?...
...Cobalah kamu telfon diriku...
...Ku rindu dengan suara indahmu...
...Karna dirimu lah semangat hidupku...
...Sayang dengarlah permintaanku...
...Jangan ragukan cintaku...
...Sayang dengarlah bisikan hatiku...
...Karna ku sayang kamu...
...(Shae-Sayang)...
Chandra tersenyum mendengar lagu yang di nyanyikan Cia. Dia merekam apa yang di lakukan Cia sedari tadi, suara Cia juga semakin terdengar jelas saat menyanyi. Dia cukup lama mengulang lagu yang sama sampai Chandra ikut hafal dengan lagunya.
Bahkan sampai Restoran pun Cia belum sadar jika Chandra terus berada di belakangnya. Cia masih terlihat bahagia karena menyapa setiap karyawan yang di lewatinya. Chandra meletakkan jari telunjuk di bibirnya agar mereka tak bersuara saat menyapanya.
"Halo Doni" sapa Cia dengan riang.
"Seneng banget hari ini Ci? Mau ketemu pujaan hati ya?" goda Doni saat melihat Chandra berdiri di ambang pintu.
"Tentu, tapi ada hal lain juga dong" jawaban Cia membuat Chandra mengembangkan senyumnya lagi. Tapi dia juga penasaran dengan hal lain yang membuat Cia senang.
"apa tuh Ci? Kasih tau dong" pinta Doni yang mewakili Chandra.
"tadi pagi aku di kasih duit 300 ribu sama bangko" bisik Cia pada Doni.
"emang kenapa Riko ngasih duit ke lo Ci?" Doni heran, kenapa Riko sampai memberikan uang sebanyak itu.
"tadi pagi aku lari pagi di lapangan depan komplek bangko kan Don. Aku tuh nggak mau di suruh pulang, jadi dia bilang kalau aku mau pulang bakalan di kasih duit 300. Ya aku langsung berdiri buat pulang dong" ucao Cia dengan bangga.
"emang kenapa orang olah raga di suruh pulang?" Doni heran dengan tingkah Riko, jangan-jangan dia suka sama Cia.
"karena aku senyum-senyum sama mas-mas yang lagi jogging. Jadi bangko nyuruh pulang, katanya susah punya adek cewek" setelah menjawab Cia berbalik untuk segera keluar.
Chandra berjalan melewati Cia begitu saja. Cia yang melihatnya hanya terdiam, Chandra menatap Cia yang berlari kecil keluar dari ruangan. Meskipun kesal tapi Chandra masih tersenyum.
"Lama banget cutinya Chan?" tanya Doni setelah mereka lebih dekat.
"banyak urusan Don. Terus aku denger kemarin ada cewek ngaku sebagai mantanku datang ke sini?" tanya Chandra memastikan informasi yang di dapatnya.
"mantan tunangan Sandra yang dateng. Tapi Sandra bilang pada Cia kalau cewek yang datang sama mantan tunangannya tuh mantanmu" Ucap Doni.
"ada fotonya nggak? Aku penasaran sama cewek yang suka ngaku-ngaku itu" Chandra penasaran sama perempuan yang mengaku sebagai mantannya. Apa dia mengenalnya?
"Tanya aja sama Sandra langsung Chan"
Mereka berdua berjalan ke tempat bartender bersamaan. Chandra melihat ada satu gadis muda sudah berada di meja bartender. Gadis itu menatap Chandra dengan kagum, Chandra risih tapi hanya diam. Apalagi kan tuh anak lagi pdkt sama Doni, jadi tak masalah.
Chandra menatap Cia yang duduk di ujung ruangan, perempuan itu tak seceria tadi pagi. Apa karena dia melewatinya begitu saja tanpa menyapanya? Atau karena pesan yang tidak di balasnya waktu itu?
Saat pulang Chandra bergegas untuk mengambil tasnya di loker tanpa mengganti seragamnya, karena Cia sudah peegi lebih dulu. Chandra cukup kesal karena dia terlambat pulang karena anak baru yang selalu bertanya padanya, padahal dia sudah kerja di sana seminggu lebih.
"Ciara?" Chandra berlari untuk menyamakan langkahnya dengan Cia. Meskipun dia sudah tertinggal, tapi mengejar Cia sangat mudah dengan kaki panjangnya.
Cia hanya melihatnya sekilas, langkahnya tak berhenti ataupun berkurang sama sekali.
"Ci, Kok diem aja?" Chandra terus menatap Cia yang berada di sampingnya.
"mas Chandra nyebelin"
Chandra tersenyum saat mendengar jawaban Cia.
"nyebelin karena mas nggak membalas pesanmu? Atau karena tidak menyapamu tadi pagi?"
"dua-duanya lah, kan bisa balas iya doang gitu, atau tadi senyum dikit. Lebih nyebelin lagi pas mas cuti tapi aku nggak tau sama sekali" siara Cia terdengar sangat kesal.
"mau banget mas kabarin ya?" goda Chandra.
"bukannya apa-apa mas, tapi anak-anak tuh pada nanyain mas ke aku semua" Cia melirik kesal Chandra di sampingnya.
"maaf Ci, kita cari makan dulu yuk" Chandra menarik tangan Cia untuk mengikutinya.
Chandra membawanya ke sebuah kafe yang tah jauh dari Restoran. Cia hanya mengikutinya dengan diam dan tenang.
Chandra membawanya untuk duduk di ujung ruangan setelah pesan juga membayarnya. Di lihatnya Cia duduk dengan tenang di depannya.
"mas lihat kamu sekarang udah akur ya sama Sandra" Chandra memulai obrolan.
"iya, waktu mantan kak Sandra sama mantan mas dateng tuh, kak Sandra tiba-tiba minta maaf sama aku, dia juga menjelaskan semuanya" Cia terlihat antusias saat mengatakannya.
"dia bukan mantanku Ci, mantaku cuma satu, itupun sudah punya anak dan suami. Malah hamil anak kedua"
"lah terus yang kemarin siapa? Bahkan dia bertengkar sama kak Sandra pas pulang kerja malem, nama mas Chandra juga di bawa-bawa"
"ngaku-ngaku aja dia Ci"
Obrolan mereka terhenti sebentar karena ada pelayan yang mengantar pesanan.
"Makasih mbak" Cia dan Chandra mengucapkannya bersamaan.
"kemarin tuh kak Sandra cerita semuanya mas"
Cia mulai menceritakan semua yang di katakan Sandra kemarin. Mulai dari tunangan Sandra yang selingku, balas dendam Sandra, hingga permintaan maafnya. Semua Cia ceritakan.
"Kak Sandra bilang kalian satu kampus, namanya Fiona kalau nggak salah" kata Cia lagi.
"Fiona? Aku tidak punya kenalan bernama Fiona Ci" Chandra tidak ingat jika ada orang bernama Fiona di sekitarnya.
"Ternyata hancurnya kenyamananku selama ini karena perempuan bernama Fiona" Chandra menggelengkan kepalanya karena semua yang terjadi selama ini karena salah paham.
"aku yang lebih hancur nggak sih mas? Di gangguin kak Sandra sampai bungaku jadi korban. Taunya selama ini kak Sandra salah paham, kasian banget bunga-bungaku"
"kasian kenapa?" Padahal wanita itu sudah jahat padanya.
"iyalah, dia udah menjatuhkan harga dirinya untuk ngedapetin mas Chandra supaya bisa balas dendam, eh ternyata sia-sia. Aku yakin kalau kak Sandra tau bisa perang dia sama Fiona"
"mas setuju denganmu"
Mereka segera memakan nasi goreng yang mereka pesan dengan pelan dan tenang. Mereka berada di perjalanan pulang saat adzan maghrib berkumandang.
Chandra terus tersenyum. Dia merasa hubungannya dengan Cia bisa berjalan lebih maju meskipun hanya selangkah, tapi itu lebih baik dari pada tidak ada kemajuan sedikitpun.
Chandra segera menuju ke rumah Nina saat Rudi memanggilnya untuk turun.
"ngapain kamu senyum-senyum?" tanya Nina.
"adekmu sedikit lebih bisa di dekati sekarang Nin"
"bukannya tiap hari juga dekat? Kalian berangkat barengan terus" Nina mengangguk saat mendengar ucapan Rudi.
"bukan dekat yang seperti itu dong. Karamel kemana?" Dia rindu dengan bocah berusia dua tahun yang menggemaskan itu.
"Tidur Chan, makanya buruan nikah Chan biar bisa punya mainan hidup sendiri, nggak nyariin Karamel mulu"
"enak banget ngomongnya, aku juga maunya sat set, tapi adekmu itu mana mau?" Chandra sudah berfikir bahkan berdiskusi dengan orang tuanya, bagaimana caranya bisa mengajak nikah Cia tanpa membangkitkan rasa takutnya? Tapi belum ketemu solusinya.
"iya sih, Cia nih susah, apalagi dia nggak pernah pacaran" ucap Nina.
"padahal kamu udah seleranya banget. udah tinggi, tampan, kaya pula" lanjut Nina.
"itumah manis di bibir doang Nin. Nyatanya lebih susah di dapetin"
"usaha tidak akan pernah menghianati hasil Chan" mas Rudi menepuk pundak Chandra pelan.
Nina masuk ke dalam rumahnya saat mendengar rengekan Karamel. Sedangkan Chandra dan Rudi masih mengobrol di teras rumah sampai larut malam, apalagi Nina malah memberikan kopi pada mereka.
.
.
...****************...