Malam sial itu membuat Ruby harus kehilangan mahkotanya demi menggantikan seorang wanita yang diincar seorang mafia yang harus menyalurkan syahwatnya karena dijebak oleh saingan bisnisnya.
"Tuan. Tolong...! jangan lakukan itu...!" Ruby mendorong pria tampan yang dikenal sebagai mafia bringas.
"Aku sudah membayarmu maka, layani aku...! " Ujar Sean menyeringai licik.
Sean mengira Ruby adalah wanita penghibur namun ternyata Ruby adalah gadis baik-baik yang masih suci. Ia yang ingin kembali ke negaranya ternyata harus menjadi korban salah tangkap oleh anak buahnya mafia.
"Bagaimana kelanjutan kisah antara Ruby dan Sean sang mafia?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Terlanjur Percaya
Sekuriti yang sedang melakukan patroli malam disetiap lantai perusahaan milik nyonya Ananta merasa curiga dengan bosnya itu karena sudah pukul 12 malam, nyonya Ananta tidak kunjung pulang.
Selama ini, ia tidak pernah menginap di kamar pribadinya yang ada di ruang kerjanya kecuali bersama mendiang suaminya semasa masih hidup.
Ketiga orang sekuriti itu mengetuk pintu ruang kerja nyonya Ananta beberapa kali sambil memanggil nama bos perusahaan besar itu.
"Nyonya. Nyonya...! Permisi nyonya...! Apakah nyonya masih kerja?" tanya salah satu sekuriti namun tidak ada tanggapan balik dari dalam sana membuat sekuriti saling menatap satu sama lain.
"Sebaiknya kita buka saja pintunya takutnya terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan pada nyonya Ananta," ucap salah satu dari mereka.
"Baiklah. Tapi kita harus merekam niat baik kita untuk memeriksa ke dalam supaya tidak timbul fitnah. Setahu saya di dalam ruang kerjanya nyonya tidak terpasang cctv," ucap salah satu dari mereka untuk berjaga-jaga saja.
"Begitu juga lebih bagus. Ayo kita masuk...!" Ketiganya menyeruak masuk ke dalam bersama-sama karena pintunya juga tidak terkunci.
Untuk sesaat mereka melihat keadaan sekitarnya tampak biasa saja. Itu karena tubuhnya nyonya Ananta berada di balik meja kerjanya.
"Ke mana nyonya Ananta? Apakah di dalam kamarnya atau di dalam kamar mandi?"
"Sebaiknya kita ketuk pintu saja...! Perasaanku mulai tidak enak." salah satunya mengetuk pintu namun tidak ada suara dari dalam. Ketika rekan mereka itu membalikkan badan, ia langsung melompat kaget.
"Astaghfirullah halaziiim. Innalilahi... nyonya...!" tunjuknya dengan tubuh syok. Sekuriti yang pegang kamera ponselnya mengarah ke arah nyonya Ananta yang tergeletak di lantai.
"Apakah dia meninggal? Coba periksa hidungnya atau nadinya...! Mungkin hanya pingsan saja."
Pak Wahyu mencoba memeriksa nadi di pergelangan tangan nyonya Ananta yang masih berdetak lemah.
"Alhamdulillah. Nyonya masih hidup. Sebaiknya kita panggil mobil ambulans atau helikopter medis milik rumah sakit Medika internasional."
Para sekuriti sudah terlatih dalam mengatasi masalah yang terjadi di perusahaan. Mereka kerap kali dekat dengan aparat kepolisian, wartawan, damkar dan juga ambulance. Sekarang di tambah lagi dengan helikopter medis dari rumah sakit mewah tersebut.
Tidak butuh waktu lama mereka sudah mengevakuasi tubuh nyonya Ananta yang sudah dipasang alat medis untuk penunjang hidup. Helikopter medis itu membawa bos perusahaan itu menuju rumah sakit.
Karena sudah memasuki pukul satu dini hari, jadi sekuriti tidak mau melibatkan wartawan. Mereka juga menghubungi sekertaris Valery karena kontak ponselnya asisten Rayan mode pesawat. Pria ini berharap bosnya itu cepat mati dan ia saat ini sedang mabuk berat untuk menghilangkan rasa kecewanya.
Sekertaris Valery begitu kaget begitu mengetahui bos-nya mengalami stroke. Ia bergegas berangkat ke rumah sakit karena asisten pribadinya nyonya Ananta tidak bisa dihubungi. Ia juga memaklumi karena saat ini pasti Rayan sedang tidur pulas.
"Tumben ini manusia mematikan ponselnya? Apakah dia kelelahan karena baru pulang ke luar negeri?" sekertaris Valery segera menuju ke ruang IGD karena saat ini nyonya Ananta masih dalam penanganan dokter.
Pagi harinya, seperti biasa Rayan berangkat ke perusahaan dengan tetap bersikap normal. Di depan lobi, ia sudah dicegah oleh sekuriti yang mengabarkan kalau nyonya Ananta saat ini sedang di rawat di rumah sakit. Rayan pura-pura syok lalu ia melangkah menuju ke arah pintu lift.
"Tuan Rayan. Apakah anda tidak ke rumah sakit?" tanya pak Firdaus karyawan perusahaan itu.
"Iya. Saya sudah tahu kabar itu. Tapi saya asistennya nyonya Ananta. Urusan perusahaan akan di handle oleh saya. Sudah ada sekertaris yang mengurus beliau," ucap Rayan sok profesional. Keduanya naik lift menuju ruang masing-masing.
...----------------...
Sekitar pukul 9 malam harinya, Rubby baru tiba di mansion mewah miliknya. Penjaga mansionnya itu buru-buru menekan tombol pagar secara otomatis saat mobil taksi yang mengantar Rubby masuk ke area mansion tersebut.
Rubby turun dari mobil setelah membayar ongkos taksi. Bibi Lia menghampirinya dengan wajah sendu lagi bingung.
"Apakah nona Rubby sudah kembali dari rumah sakit?" tanya sang maid membuat Rubby bingung.
"Rumah sakit?" siapa yang sakit bibi? Saya baru tiba di Jakarta dan langsung pulang ke sini. Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Rubby mulai kuatir dengan bayinya.
"Nyonya besar, nona. Kabarnya nyonya kena stroke."
"Astaghfirullah halaziiim. Kapan kejadiannya? Dan di mana bayiku, bibi?" cicit Rubby dengan wajah tegang.
"Bayinya siapa non? Bibi tidak paham maksudnya non."
"Bayi aku bibi. Anak kandungnya aku. Ke mana mommy ku membawa bayiku?" pekik Rubby mulai panik. Ia bahkan tidak mengkuatirkan kondisi ibunya saja sekali.
"Maaf nona. Saya tidak tahu. Saat nyonya pergi ke luar negeri dan pulangnya langsung ke perusahaan hingga kami mendengar kabar kalau nyonya saat ini sedang ditangani oleh dokter. Dan perkembangan selanjutnya kami juga belum tahu sama sekali," ucap bibi Lia apa adanya.
Hampir saja Rubby jatuh kalau tidak berpegangan pada tangga. Ia paham karena kehamilannya belum diketahui oleh para maidnya karena saat itu perutnya masih rata saat ia kabur dari rumahnya untuk menghindari diri dari pernikahan yang diinginkan oleh ibunya dan Rayan.
"Nona. Apakah anda baik-baik saja?" tanya bibi Lia.
"Tidak apa bibi. Aku hanya kecapean saja. Di rumah sakit mana ibuku dirawat?" tanya Rubby berusaha mengendalikan perasaannya.
"Rumah sakit Medika Internasional," ucap sang maid.
"Baiklah..Aku akan ke rumah sakit bibi." Rubby mengambil salah satu kunci mobilnya. Ia membawa mobilnya sendiri menuju rumah sakit.
Setibanya di sana, ia melihat banyak sekali wartawan yang saat ini sedang meliputi berita tentang sakitnya nyonya Ananta.
"Syukurlah. Mereka tidak mengenaliku karena pakaian dan cadar ku ini." Rubby terus melangkah dan akhirnya bertemu dengan sekretaris ibunya. Jelas saja sekertaris Valery tidak mengenali wajah Rubby kecuali suara Rubby yang sangat familiar baginya.
"Mbak Valery. Ini aku Rubby. Bagaimana keadaan ibuku?" tanya Rubby dan sekertaris Valery baru paham dan spontan memekik nama Rubby.
"Ya Allah Rubby. Kamu ke mana saja dan mengapa merubah penampilanmu seperti ini? Aku hampir tidak mengenalimu," ucap wanita berusia tiga puluh tahun itu.
"Apa yang terjadi dengan mommy ku, Valery? Di mana Rayan?"
"Aku juga hanya mendengarnya dari sekuriti kita kalau mereka menemukan nyonya Ananta tergeletak diruang kerjanya. Lalu mereka berinisiatif menghubungi helikopter medis untuk membawa nyonya ke rumah sakit agar ditangani lebih cepat. Kejadiannya sekitar jam 12 malam. Entah apa yang terjadi sebelumnya telah. Sementara itu Rayan juga sulit di hubungi olehku. Kata sekuriti Rayan malah sekarang ada di ruang kerjanya nyonya Ananta untuk menerima klien kita," ucap Valery.
"Ya Allah. Itu berarti bayiku tidak dibawa ke Indonesia. Apa jangan-jangan bayiku di berikan kepada orang lain di Amerika? lalu mommy dan Rayan pulang sendirian. Berarti aku di jebak?" astaghfirullah...!" geram Rubby yang sudah terlanjur pulang ke Indonesia.
"Aku harus menemui Rayan. Dia pasti mengetahui sesuatu tentang bayiku. Percuma saja aku berada di sini sementara mommy belum sadarkan diri." Rubby segera angkat kaki dari tempat itu karena ibunya juga sudah dipindahkan ke ruang ICU.
Rasanya masih pengin 😭😭😭
Rubby selalu saja hidup mu dalam bahaya semoga kamu baik' saja iya Rubby