seorang wanita yang bernama Cici sudah menikah dengan seorang pria yang bernama Irwan. Cici merasa tidak bahagia dengan pernikahannya. cici bertemu dengan pria tampan dan baik yang bernama Alan. Alan memberi perhatian lebih kepada cici.Alan berharap Cici dan Irwan segera bercerai. Alan ingin membuat hidup cici lebih bahagia lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ussy kusumawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16: BERKUNJUNG KE RUMAH SAHABAT
"Ji,kita mencari hadiah dulu ya untuk anak dan Isterinya Hendra. Kalian ikut dengan kami saja ya. Kami mau ke rumah pemilik cafe tadi." ucap Cici.
"kita belikan apa ya kak?" tanya Jihan.
"berarti cafe tadi itu,cafe yang di bilang oleh Teguh? Cafe teman kamu itu Ci?" ucap Irwan.
"iya...! Dia bukan hanya sekedar teman saja. Melainkan sahabat aku dari kecil Hendra itu. Kita itu harus bisa membedakan mana yang sahabat,dan mana yang teman." jawab Cici.
"emang beda ya Ci?" tanya Barry.
"jelas beda dong bang...! Teman itu ada di saat kita senang saja. Pas kita susah,menghilang tuh..! Sedangkan sahabat,kita dalam keadaan susah maupun senang,pasti dia selalu ada. Ilmu itu aku dapatkan dari kakak aku 1 ini. Ya kan kak...! Jadi kita mau beli apa ini bu bos....!" ucap Jihan.
"benar sekali yang di bilang oleh Jihan itu. Kita lihat saja di mall. Nanti pasti ada-ada saja yang kita beli untuk mereka." jawab Cici.
"oooo...! Aku baru tahu!" jawab Barry.
"itu makanya tujuan aku kerja biasa....! Karena aku sudah tidak mau mempunyai teman lagi. Yang aku cari itu hanya sahabat." jelas Cici.
Cici,Jihan,Barry dan Irwan berangkat ke mall untuk membeli hadiah buat anak dan isterinya Hendra. Setibanya di mall,Cici begitu banyak sekali belanja buat mereka.
"mau beli apa lagi kak?" tanya Jihan.
"sebentar lagi anak ke 2 Hendra lahir tuh. Kita belikan box baby bagaimana?" jawab Cici.
"apa tidak sekalian borong saja semuanya kak....! Ini sudah 4 trolli juga." ujar Jihan.
"hidup itu jangan pelit.....! Nanti kuburannya sempit mau?" ucap Cici.
"tidak dong...! Ahhh...! Ayo kak kita borong yang banyak lagi kakak ku sayang!" jawab Jihan.
Selesai belanja Cici dan yang lain menuju ke rumah Hendra.
"assalamu'alaikum bang Hendra...!" ucap Jihan.
"wa'alaikum salam Jihan....! Apa kabar kamu?" jawab Hendra.
"baik dong...! Aku ke sini mau ketemu kakak ipar aku,sama jagoan aku. Bukan sama abang. Hahaha...!" ledek Jihan.
"dasar kamu ini ya! Padahal kita sudah lama tidak bertemu? Apa tidak rindu sama abang? Cici mana?" tanya Hendra.
"aku lebih merindukan jagoan aku. Mana dia bang. Aku bawa mainan untuk dia. Kak Cici lagi sibuk. Aku yang disuruh datang kesini." jawab Jihan.
Cici menghampiri Hendra dan Jihan yang asik sekali ngobrol. Cici,Irwan dan Barry membawa belanjaan yang di beli mereka di mall.
"enak sekali nih bocah tidak bawa apa-apa. Sesibuk apapun gue,jika gue sudah janji mau main ke rumah lo,pasti gue datang lah...!" ujar Cici.
"wow...! Kenapa lo repot-repot sih Ci. Lo sudah datang kesini saja gue dan isteri gue sudah senang Ci." jawab Hendra.
"gue bilang apa ke lo kemarin? Gue akan belikan kado buat calon baby kan....! Bukan buat lo. Jadi jangan kegeeran deh. Hahaha...." ledek Cici.
"emang iseng sekali ya kalian berdua ini. Ini siapa Ci?" tanya Hendra.
"gara-gara lo heboh mulu,jadi gue lupa kenalin kan. Kenalin ini sahabat gue juga Irwan dan Barry." ujar Cici.
"sahabat jadi cinta judulnya bang. Hahaha..." ledek Jihan.
"salam kenal ya bro..! Gue Hendra! Aduh.... Yang mana nih Ji?" tanya Hendra.
"mulai lagi kamu Ji...! Diam ah...! Berisik! Eh,apa kami tidak diizinkan masuk ini? Berat tau...." ujar Cici.
"silahkan masuk ibu bos....! Isteri gue ada di kamar. Muntah-muntah terus dari tadi pagi. Makanya gue suruh istirahat saja." ujar Hendra.
"gue langsung ke kamar lo ya. Gue mau ketemu sama Raya. Si jagoan mana?" ucap Cici.
"Varel di rumah neneknya. Sudah 2 hari di sana. Rencana nanti sore mau gue jemput." jawab Hendra.
"yah...! Sepi dong tidak ada jagoan aku!" ujar Jihan.
Cici masuk ke kamar Hendra untuk melihat Raya isteri Hendra.
"ji,buatkan minum untuk Irwan dan Barry dong. Kakak mau bicara sama Raya." perintah Cici.
"hhhmmm...! Baru juga mau say hai sama kak Raya ahh...!" jawab Jihan.
"hai apa kabar Ray?" sapa Cici sambil cipika-cipiki.
"ya beginilah Ci. Dari awal hamil sampai mau lahiran,muntah terus....! Kamu apa kabar? Sama Edo kamu kesini?" tanya Raya.
"kabar aku baik. Kenapa Edo sih yang di sebut? Aku dan Edo itu sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi!" jelas Cici.
"kenapa kalian putus?" tanya Raya.
"dia itu sudah menikah...! Aku saja yang terlalu bodoh dengan cinta. Kenapa nasib aku selalu sial di percintaan ya? Hahahah...." ucap Cici.
"apa? Sudah menikah? Dengan siapa? Brengsek sekali tuh orang Ci...! Pacaran sama kamu lama,nikahnya sama orang lain." ujar Raya.
"hei...! Bukan begitu! Justru aku yang bersalah...! Aku tidak mendengarkan apa orang lain katakan kepada aku! Dia itu sudah menikah dan punya 3 orang anak sebelum pacaran sama aku. Dia itu mencari kebahagiaan yang tidak di dapatkan oleh isterinya. Isterinya mengetahui kalau Edo itu selingkuh. Tapi bukan aku orangnya. Melainkan Dian yang di labrak sama Isterinya. Maka dari situ lah aku memilih pisah sama dia. Aku suruh dia kembali kepada anak dan isterinya. Dan hal gila lagi? Dia meminta kepada aku,untuk bercerai kepada isterinya. Biar dia bisa menikahi aku. Kan gila tuh orang! Mana aku mau? Walaupun hidup aku sudah hancur karena dia,aku akan tetap mencoba melupakan dia." jelas Cici.
"Ci...! Apa keluarga kamu sudah mengetahui tentang kamu?" tanya Raya.
"belum...! Mana aku berani bilang kepada keluarga aku. Cuma kamu,Hendra dan Jihan saja yang tahu." jawab Cici.
"mau sampai kapan kamu tutupi seperti ini?" tanya Jihan.
"mungkin,sampai aku benar-benar bisa membuka hati aku kembali buat yang lain. Aku ingin suatu saat orang itu bisa terima aku apa adanya,bukan ada apanya." jelas Cici.
"apa Edo sudah tahu?" tanya Raya.
Di pertengahan pembicaraan,Jihan masuk kedalam kamar Raya.
"jangan sampai si brengsek itu tahu." ujar Jihan.
"tapi kan...!" ujar Raya.
"haaahh....! Sudahlah...! Jangan di bahas lagi. Aku sudah muak." jawab Cici.
"kak,menurut aku nih ya! Bang Irwan itu sangat mencintai kakak. Terlihat sekali dari tatapan dia ke kakak." ucap Jihan.
"Irwan siapa?" tanya Raya.
"ada tuh kak. Orang nya di ruang tamu sedang ngobrol sama bang Hendra. Mudah-mudahan saja bang Irwan mau terima kak Cici apa adanya....! Amiin...!" ucap Jihan.
"kenapa jadi bahas Irwan sih? Irwan itu emang sih orangnya baik. Tapi dia mempunyai masa lalu hampir sama dengan aku." jelas Cici.
"takdir sudah mempertemukan kalian berdua. Hahahha....!" ledek Jihan.
"Ray,aku cuma belikan ini saja buat kamu dan si jagoan. Kita ke sini,malah Varel di rumah neneknya." ucap Cici.
"kenapa kamu repot-repot sih Ci. Kamu kesini saja aku sudah senang Ci. Apa lagi bawa adik yang cerewet ini....!" jawab Raya.
papa Cici aja punya istri baru!/Slight//Slight/
kamu harus kuat.
gak sabar ikut undangan /Facepalm//Facepalm/