Membaca novel ini mampu meningkatkan imun, iman dan Imron? Waduh!
Menikah bukan tujuan hidup Allan Hadikusuma. Ia tampan, banyak uang dan digilai banyak wanita.
Hatinya telah tertutup untuk hal bodoh bernama cinta, hingga terjadi pertemuan antara dirinya dengan Giany. Seorang wanita muda korban kekerasan fisik dan psikis oleh suaminya sendiri.
Diam-diam Allan mulai tertarik kepada Giany, hingga timbul keinginan dalam hatinya untuk merebut Giany dari suaminya yang dinilai kejam.
Bagaimana perjuangan Allan dalam merebut istri orang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BSMI 19
Allan menggendong Giany masuk ke dalam rumah setelah Bu Dini membukakan pintu. Wanita paruh baya itu tampak sangat terkejut mendapati putranya pulang dengan menggendong Giany yang dalam keadaan tak sadarkan diri.
“Allan, Giany kenapa, Nak?” tanyanya khawatir.
“Dikejar suaminya, Bu.”
“Dikejar suaminya?” Bu Dini terlihat bingung, “Maksudnya?”
“Nanti aku jelasin, Bu. Ini dibaringkan di mana dulu? Di sofa saja, ya?”
"Eh, jangan! Di kamar ibu aja.” Bu Dini membuka pintu kamarnya, sehingga Allan segera membawa Giany masuk ke dalam.
“Tempat tidurnya di alas dulu, Bu! Ini ada darahnya. Di ruang depan ada perlak bersalin di dalam lemari.”
Bu Dini kembali meneliti tubuh Giany dan mendapati darah yang banyak di bagian belakang wanita itu. “Astagfirullah, kenapa Giany berdarah?”
“Ini mau aku periksa, Bu.”
Bu Dini mengangguk, kemudian beranjak menuju sebuah kamar di dekat ruang tamu dan mengambil perlak di sana. Sementara Allan masih menggendong Giany.
Setibanya di kamar, Bu Dini mengalasi tempat tidur, sehingga Allan segera membaringkan Giany. Melihat Giany sangat berantakan dengan lebam disekitar wajahnya, Bu Dini merasa sedih dan prihatin. Giany seorang wanita yang sangat lembut, malah mendapat seorang suami yang kejam.
****
“Allan, ini air hangat dan handuk.”
Bu Dini meletakkan wadah kecil dan handuk di lantai. Seorang wanita yang bekerja sebagai asisten rumah tangganya juga membawa beberapa peralatan Kesehatan yang dibutuhkan Allan untuk memeriksa Giany.
“Kamu periksa Giany, ibu mau lihat Maysha dulu, ya.”
“Iya, Bu.”
Setelah Bu Dini dan dan Bibi Misa keluar, Allan duduk di bibir tempat tidur. Ia mengusap wajah lelah dan rambut Giany yang berantakan. Pandangannya mengarah ke pergelangan kaki kiri yang masih terbalut perban dan kini agak membengkak.
Allan memejamkan mata seraya menghela napas panjang. Kali ini dirinya tidak akan menyerahkan Giany kepada Desta. Ia memutuskan akan melakukan cara apapun untuk membuat Giany bisa terlepas dari suaminya.
Merawat lebam di beberapa bagian wajah dan tubuh Giany, Allan terlihat sedih. Cairan bening menggenang di bola matanya.
Jika saja suatu hari nanti Giany menjadi miliknya, ia berjanji kepada dirinya sendiri, tidak akan memberi celah sedikitpun bagi sesuatu yang dinamakan kesedihan untuk hadir di dalam hati wanita itu. Giany akan menjadi maharani dalam hidupnya.
Allan menyibak pakaian yang digunakan Giany hingga batas perut dan mulai memeriksa bagian bawahnya yang terus mengeluarkan darah. Ia memeriksa setiap bagian dan melakukan perawatan.
Setelah selesai Allan menutupi tubuh Giany dengan selimut.
_
“Allan, bagaimana keadaan Giany?” tanya Bu Dini saat mendapati Allan keluar dari kamar itu.
“Belum siuman, Bu. Tapi tidak apa-apa. Giany hanya butuh istirahat dan tidak boleh beraktivitas yang berat dulu.” Allan beranjak menuju ruang keluarga dan duduk di sana, diikuti sang ibu di belakang punggungnya.
Wanita paruh baya itu duduk di sebelah putranya.
“Dimana kamu menemukan Giany tadi?”
“Di jalan, Bu. Aku lihat dia dikejar suaminya. Jadi kubawa pulang saja.”
“Kenapa kamu tidak bawa ke rumah sakit?”
“Sengaja. Giany akan aman di rumah kita.”
Benar, Allan memang bisa saja membawa Giany ke rumah sakit untuk ditangani. Akan tetapi, jika Giany di rumah sakit, Desta akan mudah menemukan dan membawanya pulang kembali. Sebab itu ia memilih membawa pulang ke rumah.
“Suaminya tahu, kamu yang bawa Giany?”
Allan menjawab dengan anggukan kepala. “Sempat berkelahi dengan suaminya.”
Mendengar ucapan putranya, sepasang netra wanita itu membulat. Khawatir jika Allan nanti akan terlibat masalah serius dengan Desta. Apalagi jika suami Giany sampai melapor polisi.
“Tapi bagaimana kalau suaminya Giany sampai melapor ke polisi, Allan. Yang kamu bawa itu istri orang?”
“Ya hadapi saja, Bu,” jawab Allan santai. Melalui senyum, ia mencoba meyakinkan sang ibu bahwa semua akan baik-baik saja. “Giany itu korban kekerasan dalam rumah tangga. Kalau pun suaminya melapor, kita kan bisa lapor balik. Hasil visum Giany beberapa hari lalu bisa menjadi bukti kuat.”
Bu Dini akhirnya dapat bernapas lega. Tangannya mengulur mengusap rambut anaknya itu. “Boleh ibu tanya sesuatu?”
“Tanya apa, Bu?”
“Kenapa kamu sepeduli ini kepada pasien kamu, sampai rela dibawa pulang ke rumah?”
Terdiam, Allan tidak tahu harus menjawab apa. Walau bagaimana pun, ibu nya itu sangat mengenalnya. Kepedulian Allan kepada Giany yang terlihat berbeda cenderung nekat sudah terbaca oleh wanita yang memiliki senyum teduh itu.
Allan melirik sang ibu, dan sesaat kemudian terdengar tawa kecil di antara ke duanya. Hingga kini Allan tidak pernah bisa menyembunyikan rahasia sekecil apapun dari ibunya itu.
“Kamu sekarang sudah nakal, ya. Sudah berani dengan istri orang.”
Allan mengatupkan bibirnya lalu menjawab, “Habis mau gimana lagi, Bu. Jatuh cinta dengan istri orang. Ekstrim juga, ya …” Allan menjeda ucapannya dengan helaan napas. “Giany itu lembut hatinya, halus dalam bertutur, dan yang pasti … bisa meluluhkan Maysha.”
Bu Dini hanya tersenyum, lalu mengusap bahu putranya. “Allan, tapi kamu tahu ibu tidak suka dengan orang ketiga dalam rumah tangga, kan? Dalam hal apapun itu tidak dibenarkan dan dianggap dosa.”
“Iya, Bu.” Allan menunduk. Ia tahu tidak seharusnya mencintai istri orang, apalagi berniat merebut.
“Tapi untuk kali ini, ibu akan mendukung. Giany layak untuk bahagia.”
“Ibu tidak malu, kalau nanti anak ibu dicap perebut istri orang?”
Bu Dini menggelengkan kepala, masih dengan senyum teduh yang menghiasi wajahnya. “Untuk kamu dan Maysha, ibu akan tutup mata dan telinga.”
Allan meraih jemari sang ibu dan menggenggamnya erat. “Kalau Giany menolak, bagaimana?”
“Kamu kan belum berusaha untuk mendapatkan perhatian Giany.”
Apanya yang belum berusaha, Bu? Tiap ketemu modus tapi Giany nya tetap cuek tuh…
******
Giany baru saja tersadar. Segalanya masih memburam dalam pandangannya.
Matanya menyapu setiap sudut ruangan dimana tubuhnya kini terbaring. Sebuah tempat yang sangat asing baginya. Tetapi ia masih merasa lega, sebab ini bukanlah rumah Desta.
"Kamu sudah sadar, Nak?" Suara Bu Dini yang sedang duduk di sebuah kursi membuat Giany terkejut.
Wanita itu menoleh ke sumber suara. Alisnya mengerut pertanda bingung. Bagaimana ia bisa berada dalam satu ruangan dengan wanita baik hati yang cucunya sering bermain dengannya saat memeriksakan diri ke rumah sakit.
Giany sama sekali belum mengetahui bahwa Bu Dini adalah ibu Dokter Allan dan juga ayah dari Maysha. Sebab Allan pernah meminta sang ibu untuk merahasiakan dari Giany.
"I-ibu ...?"
Wanita paruh baya itu mendekat dan duduk di bibir tempat tidur. Tangannya mengusap rambut Giany. "Bagaimana perasaan kamu? Sudah mendingan?"
Dalam keadaan bingung, Giany mencoba mengingat kembali apa yang terjadi kepadanya tadi. Ia hanya dapat mengingat bahwa tadi Desta mengejarnya.
"Ini di mana, Bu?" tanya Giany.
"Ini di rumah ibu. Tadi, anak ibu menemukan kamu pingsan di jalan."
"Anak Ibu?" Giany tampak masih bingung.
"Iya, anak ibu. Dia dokter kamu."
Giany mencoba mencerna ucapan wanita paruh baya itu. "Dokter saya?"
"Dokter Allan ... Dia itu anak ibu. Tadi Allan menemukan kamu pingsan, jadi kamu dibawa pulang ke mari. Katanya kamu dikejar seseorang."
Giany gelagapan. Ia hendak bangkit, namun kemudian tersadar, hanya selimut yang membalut tubuhnya. Hanya bagian bawahnya saja yang tertutupi pakaian dalam dan pembalut.
"Bu, kemana pakaian saya?"
"Allan tadi meminta bibi untuk membuka pakaian kamu, karena ada banyak darah tadi. Tapi Allan sudah memeriksa kamu, katanya tidak apa-apa, hanya pendarahan ringan."
Wajah Giany pun memerah malu. Untuk kedua kalinya, Allan melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ingin Giany perlihatkan kepada orang lain, selain kepada suaminya.
********
Yang mau lihat visual Mas Allan, di post di IG ya... soalnya di NT gak bisa.
Follow akun IG Kolom_langit