NovelToon NovelToon
Istri Yang Tak Di Anggap

Istri Yang Tak Di Anggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Penyesalan Suami
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: laras noviyanti

Candra seorang istri yang penurunan tapi selama menjalani pernikahannya dengan Arman.

Tak sekali pun Arman menganggap nya ada, Bahkan Candra mengetahui jika Arman tak pernah mencintainya.

Lalu untuk apa Arman menikahinya ..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laras noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 16

Sinar matahari memantulkan cahaya hangat di permukaan laut ketika Arman dan Lia berjalan sejauh mungkin dari keramaian pantai. Gelombang kecil memecah suara tawa mereka, membingkai momen tanpa beban di antara keduanya. Arman tersenyum, merasa angin laut menyapu semua beban dari bahunya. Lia melangkah ringan, rambutnya yang mengembang ditiup angin.

“Seru sekali, ya? Aku belum pernah merasa sebebas ini,” Lia berkata, menatap Arman dengan mata berbinar.

“Ya, hanya kita dan laut,” jawab Arman, menikmati momen itu. Dia sering merasa terjebak dalam rutinitas, tetapi bersama Lia, semuanya terasa berbeda. Bagai palet warna baru dalam hidupnya yang membosankan.

“Seharusnya kita melakukannya lagi. Mungkin kesini setiap akhir pekan?” Lia mengusulkan sambil tersenyum nakal.

Arman menyesap ide itu. Keberadaan Lia membawa kesegaran yang hebat, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

“Mungkin. Tergantung sih,” jawabnya sambil menyunggingkan senyum.

“Yang tergantung apa?” Lia menantang, menautkan alisnya.

Dia berhenti sejenak dan menatap Arman, seolah menunggu jawabannya yang lebih eksplisit.

Dia menggaruk tengkuknya, terjebak dalam pikirannya. “Kerja, hidup — orang-orang di sekitarku. Kadang rasanya bisa membuat semuanya rumit.”

“Hmm.” Lia memiringkan kepalanya. “Kau tidak menyukai rutinitas? Atau mungkin, kau tidak menyukai tempatmu sekarang?”

“Mungkin semua itu,” Arman mengisyaratkan ketidakpuasan. “Tak ada yang benar-benar berarti.”

Mereka melanjutkan langkah, suara gelombang menutup kekhawatiran yang muncul dalam percakapan. Lia mendekat dan memegang tangan Arman, mengalirkan kehangatan dalam sejuknya angin pantai.

“Jadi, kebebasan ini... bersamaku, rasanya seolah hidup lagi?” tanya Lia, memecahkan keheningan.

“Kadang-kadang, ya. Di sini, aku merasa bisa mengatur hidupku sendiri,” jawab Arman dan teringat akan Candra. Meskipun masa lalunya selalu menantinya, sambil menggenggam tangan Lia, ia merasa lebih hidup dibanding sebelumnya.

Kedua mereka pun mencapai kendaraan yang parkir. Arman membuka pintu, memberikan kesempatan Lia untuk masuk. Mata Lia berkilat saat ia menjejakkan kaki ke dalam mobil.

“Tak sabar untuk menjelajahi lebih banyak tempat baru bersamamu,” ujarnya, menyandarkan kepala di sandaran.

Arman menyalakan mesin mobil, suara deru mesin memecah keheningan. Sesaat kemudian, mereka mulai melaju. Suasana di dalam mobil hangat, penuh dengan musik lembut yang mengalun dari radio. Arman curi-curi melihat Lia. Senyumnya memancarkan keceriaan, jauh berbeda dari wajah yang selalu ia lihat di rumah.

“Dapatkan kamu mengingat tempat-tempat menarik yang bisa kita kunjungi?” Lia bertanya, bersemangat.

“Satu atau dua. Ada pantai lain, atau mungkin food festival yang pernah kudengar?” Arman menyarankan. Perasaan ringan mengapung di dalam dirinya saat berpikir tentang petualangan mendatang.

“Ya! Aku suka festival makanan,” Lia berseru. “Kita bisa mencoba segala macam makanan. Mungkin sedikit berpetualang!”

Arman merasa hatinya menghangat. Tahun-tahun terakhir, dia hanya berkutat dengan kegiatan rutin di rumah, terikat dalam komitmen yang lebih kepada kepentingan publik ketimbang perasaannya sendiri.

Saat mereka melintasi jalur kota, Arman merasakan kerinduan yang aneh untuk kembali ke kehidupan normalnya. Namun itu segera sirna begitu Lia bercerita tentang impian-impian yang telah dia simpan.

“Kalau aku bisa, aku ingin punya kafe kecil di pinggir pantai. Tempat di mana orang bisa bersantai sambil menikmati kopi dan makanan,” Lia bercerita.

Arman mengangguk. “Kedengarannya menarik. Pasti bisa jadi tempat yang asyik.”

“Tapi walau begitu, aku juga butuh partner,” Lia menambahkan, terdiam sejenak sebelum melanjutkan. “Mungkin seseorang yang bisa membangkitkan kreativitas.”

Arman tertegun sejenak. Batin kecilnya merasakannya—mengapa tidak? Ia memiliki pengalaman, meskipun sebagian besar bukan di bidang itu.

“Kau tahu, sepertinya aku bisa membantumu,” ucap Arman, sungguh-sungguh. “Jika kau butuh seseorang untuk memulai, aku ada di sini.”

Lia menoleh, seakan terkejut. “Benarkah?”

“Ya, baru terpikir. Berbagi ide itu bisa membuka banyak kesempatan.”

Lia tersenyum hangat, dan Arman merasakan endorfin memompa tubuhnya. Semua kegelisahan dari kehidupannya terasa tak berarti di saat itu.

“Malam ini, yuk kita bicarakan lebih banyak. Mungkin kita bisa mengonsep sesuatu yang lebih konkret,” Lia mengusulkan sambil tertawa.

Arman mengangguk mantap. “Deal.”

Setelah mengantarkan Lia sampai di pintu rumahnya, Arman masih menatap samar-samar sosoknya yang perlahan masuk ke dalam rumah.

Ia merasa beruntung telah menempuh hari itu. Selangkah lebih jauh, Arman berpikir, hidupnya bisa berubah arah.

“Terima kasih hari ini, Arman,” Lia berbalik, mengucapkan salam tanpa menutup pintu. Semangatnya yang ceria memberikan sisa energi dalam dirinya.

“Terima kasih juga. Mungkin kita bisa melakukannya lagi?” tanya Arman, berharap peluang lebih banyak untuk bertemu dan menjelajahi dunia bersama.

“Pastinya!” Lia berteriak sambil melambaikan tangan sebelum benar-benar masuk ke dalam rumah.

Arman melajukan mobilnya. Angin masih terasa menyejukkan, meskipun matahari semakin surut. Ia kini berpikir tentang rencananya bersama Lia.

Malam bercahaya bintang, dan di luar jendela, suara laut tetap mengalun lembut menyerupai janjinya untuk petualangan mendatang.

Kemandekan hidupnya mulai surut. Arman memasuki rumah kosong itu, suara lumut menggelinding di lantai kayu. Suasana sunyi menyambutnya, memanggil kenangan akan rutinitas yang membosankan.

Dia merasakan beberapa buliran rasa bersalah melintas di benaknya, kembali mengingat Candra yang pasti sedang menunggu jawaban atas tanya-tanya tak terucap.

Dia menjatuhkan tas di sudut ruangan dan berjalan menuju dapur, mengisi gelas dengan air dingin.

Arman meraih ponselnya dan membuka foto-foto dari hari ini, gambar-gambar mempesona pesta pantai yang berhasil menghipnotis hatinya. Dia tersenyum lagi. Bila di pantai, semuanya terasa menyenangkan; hidupnya tak lagi monoton.

Dia berputar kembali ke dapur dan mengambil plastik makanan yang dibuatnya hanya untuk sebuah motivasi.

Dengan sepotong hati yang terputus dari rutinitas, Arman membuka plastik itu. Aroma masakan melayang memenuhi ruangan, mengingatkannya pada waktu-waktu ketika Candra masih bersungguh-sungguh menghidangkan makan malam. Namun sekarang, siapa yang merindukan rasa kehadiran itu?

Matanya meneliti perabotan dapur yang berdebu, cobalah untuk menemukan kembali momen-momen berharga yang pernah ada. Di sudut ruang, tergeletak beberapa alat masak yang tak tersentuh lama.

Dia teringat suara Candra saat mereka berdiskusi tentang masakan. Namun, berbeda dengan hari-hari itu, pikirannya kini lebih terfokus pada ide-ide baru bersama Lia.

“Bisa jadi, kita akan menyajikan kopi terbaik di pantai,” gumamnya sendiri, membayangkan wajah Lia yang semringah saat mencicipi setiap seduhan. Kafe kecil itu tampak semakin nyata di pikiran Arman.

Dia menyantap makan malamnya dalam keheningan, mengunyah makanan dengan pelan. Setiap suapan terasa hampa, meski perasaannya di luar menu cukup memuaskan. Hatinya bergetar memikirkan langkah selanjutnya.

Setelah menyelesaikan makan malam, Arman berdiri dan membersihkan sisa-sisa makanan. Air mengalir dari keran, membasuh piring dengan lembut, seolah menipiskan semua kenangan pahit. Ia menyalakan lampu dapur, momen-momen silam melintas dalam bayang.

...----------------...

1
murni l.toruan
Rumah tangga itu saling komunikasi dua arah, agar tidak ada kesalah pahaman. Kalau hanya nyaman berdiam diri, itu mah patung bergerak alias robot
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!