" saya menikahi kamu bukan karena cinta, jangan anggap pernikahan kita seperti pernikahan pada umumnya, saya hanya akan menafkahi lahir kamu tapi tidak akan pernah ada sentuhan bahkan lebih, jangan harap kamu akan menjadi istri yang saya cintai " ucapan Rafael yang begitu menyakitkan bagi seorang wanita bernama Kirana .
namun Kirana tetap berusaha menjadi istri yang baik meskipun tidak pernah di anggap sama sekali oleh sang suami .
Kirana terus berusaha agar suatu hari nanti akan ada secuil rasa dari Rafael untuk nya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanih sintawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
eps 16
Saat waktu menunjukan pukul 7 sore Kirana malah diam termenung, memikirkan nasib nya kini kenapa harus dia yang di pilih oleh pak Jodi, kenapa bukan orang lain yang lebih cantik, lebih pintar, lebih berpendidikan dan tentunya lebih pantas bersanding dengan Rafael di bandingkan dengan nya .
" Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan " gumamnya dalam hati .
Ponselnya tiba-tiba berbunyi membuat pecah lamunan nya, ini yang ia takutkan ketika ada panggilan masuk atau pesan yang dikirim oleh pak Rudi asisten nya pak Jodi .
" selamat malam mba Kirana " ucap pak Rudi .
" iya pak selamat malam " sahut Kirana dengan nada bergetar karena ketakutan .
" sekarang saya sedang dalam perjalanan menuju rumah mba Kirana " ucap Pak Rudi kembali .
Seketika mendengar ucapan dari pak Rudi membuat Kirana kalang kabut, ia melemparkan posel nya dan berlari ke kamar mandi, tak butuh waktu lama di dalam kamar mandi ia pun keluar dan berdandan di depan meja rias .
dengan menggunakan dress pemberian pak Jodi yang harga nya selangit dan riasan flawless tanpa berlebihan membuat penampilan Kirana malam ini sangatlah istimewa di tambah heels melengkapi penampilan nya .
Tok ...
Tok ...
Suara pintu kontrakan Kirana ada yang mengetuk, dan sudah di pastikan itu pasti pak Rudi .
" ya sebentar " ucap Kirana .
Dan Kirana pun membukakan pintu dan benar saja itu adalah pak Rudi, ia melangkahkan kaki nya keluar dari kamar, hati nya begitu tak karuan ingin rasa nya ia kabur saja dari pada harus menemui pak Rudi di depan, tapi apalah daya sekarang ia terlanjur berurusan dengan keluarga Rafael tersebut, bagaimana nanti saja .
Deghh ...
Deghh ...
Deghh ...
Hati Kirana berdegup tak karuan ia seperti tak menginjakan kakinya dan merasa sedang melayang .
" mba Kirana " ucap pak Rudi dan membuyarkan lamunan Kirana
" mba Kirana sudah siap ?" tanya pak Rudi .
Kirana hanya mengangguk tanda mengiyakan pertanyaan dari pak Rudi, kemudian ia dipersilahkan untuk berjalan terlebih dahulu karena mobil pak Rudi terparkir di depan gang .
pak Rudi tancap gas menuju kediaman mewah milik keluarga Rafael, sesampainya di depan gerbang Kirana menarik nafas dalam-dalam, perasaan nya kembali tak karuan .
" Ya Tuhan kalau boleh minta saya ingin pingsan saja saat ini dari pada harus ketemu dengan mereka, Tolong aku !!" gumam nya dalam hati .
" sudah sampai, silahkan mba Kirana pak Jodi sudah menunggu di dalam " ucap Pak Rudi .
" pak boleh gak saya pulang lagi " sahut Kirana .
" saya sudah memberitahukan anda kan mba, konsekuensi apa yang nantinya akan mba terima " jelas pak Rudi .
" jangan nakutin saya lah pak, bapak gitu banget " Pungkas Kirana sembari keluar dari mobil .
Kirana memberanikan diri melangkahkan kaki nya kedepan pintu utama lalu ia menekan bel .
Ting ... Tong ...
Pintu terbuka terlihat bi sari yang membukakan, bi sari pun mempersilahkan Kirana masuk dan mengantarkan nya ke ruang tamu karena Pak Jodi dan Bu Nita sudah menunggu .
" Kirana " sapa BU Nita
" iya tante " sahut Kirana lalu menjabat tangan Mamih .
" cantik sekali kamu " puji mamih ketika melihat penampilan Kirana malam ini .
" selamat malam pak " kemudian Kirana menyapa papih
" selamat malam, silahkan duduk Kirana " ucap papih mempersilahkan Kirana duduk .
Mereka pun berbincang-bincang sedikit sembari menunggu kehadiran Rafael, Kirana tak banyak berbicara saat itu pikiran dan hati nya sedang kacau .
" akhirnya orang yang kita tunggu datang juga " ucap mamih .
Deghh ...
Deghh ...
Deghh ...
Mendengar ucapan mamih membuat hati Kirana semakin tak karuan, seketika ia menunduk tak berani menampakan wajah nya di depan Rafael .
" ada apa ini ?" tanya Rafael ketika sampai di rumah .
" papih kemarin kan sudah bilang malam ini akan ada tamu spesial " ucap mamih .
Rafael pun mendekat ke arah Kirana ingin memastikan wanita yang menjadi pilihan orang tuanya untuk di jodohkan dengan nya .
" Kirana ?" betapa kaget nya Rafael setelah melihat wanita itu adalah Kirana yang tak lain dan tak bukan adalah asisten nya sendiri .
Kirana tertunduk diam ia tak berani menampakan wajah nya sam sekali di depan bos nya tersebut .
" ternyata lo yang akam di jodohin sama gue, lo pasti sudah tau sebelum-sebelum nya kenapa lo gak bilang, hah .. " ucap Rafael sembari nahan marah .
" papih, mamih kalian sudah tau kan bahwa wanita ini adalah asisten aku di kantor, terus kenapa kalian milih dia " gerutu Rafael kepada orang tua nya .
" duduk dulu kamu, papih akan menjelaskan semua nya " ucap papih .
Rafael pun duduk terdiam ingin mendengar penjelasan yang di sampaikan oleh papih .
" kita mulai dari awal, Kirana saya perkenalkan ini anak saya Rafael Satya Baskara, dan Rafael ini Kirana Larasati Ayu, wanita yang da di depan kamu papih pilih karena pertama dia orang baik, penyayang pekerja keras papih sudah tau babat, bebet, sama bobot nya sehingga papih memilih dia untuk jadi istri kamu " jelas papih .
" kalau menurut papih dia baik karena dia pernah nolongin nyawa papih, lebih baik papih saja yang nikahin dia buat tanda berterima kasih jangan ngorbanin aku pih " Ucap Rafael sambil menahan amarah di lihat dari wajah nya yang tiba-tiba memerah .
" plaakkk " satu tamparan melayang di pipi Rafael akibat ucapan nya sehingga membuat papih murka .
" hebat ya lo Kirana, gara-gara lo papih sampai-sampai berani nampar gue, lo cewek munafik " ucap Rafael sambil nunjuk ke arah wajah Kirana .
" Rafael, mamih tidak pernah mengajarkan kamu berkata kasar ya, apalagi sama perempuan mamih kecewa sama kamu " ucap mamih marah .
" tidak apa-apa tante, apa yng di bicarakan oleh Rafael adalah benar, aku wanita munafik jika di hadapkan kondisi seperti ini " sahut Kirana .
Rafael pun pergi meninggalkan Kirana dan orangtua nya begitu saja, kesal, marah dan kecewa yang kini Rafael rasakan .
" ma'af pak, gara-gara saya bapak dan Rafael jadi bertengkar saya minta ma'af sekali lagi, lebih baik perjodohan ini jangan di lanjutkan lagi pak, atau bapak cari wanita lain yang lebih pantas bersanding dengan Rafael bukan saya, kalau begitu saya pamit dulu, oh iya pak untuk gaun nya nanti saya akan meloundry nya terlebih dahulu baru nanti saya akan kembalikan kepada bapak " ucap Kirana sembari berpamitan kepada pak Jodi .
" perjodohan ini akan tetap saya lanjutkan, untuk masalah Rafael itu menjadi urusan saya, dan gaun itu saya beli bukan untuk di pinjamkan melainkan saya kasih itu untuk kamu pakai, ma'af atas perkataan anak saya yang membuat kamu sakit hati, sekarang kamu boleh pulang nanti biar Pak Rudi yang mengantarkan kamu pulang " ucap papih tegas .
Kirana tak mau berdebat lagi ia merasa takut mendengar kata-kata Pak Jodi tadi untuk saat ini ia mengalah saja dari pada membuat situasi menjadi lebih kacau .
Di depan Pak Jodi sudah siap-siap untuk mengantarkan Kirana pulang, ketika dalam perjalanan pulang ponsel nya berbunyi ternyata itu dari Aluna adik bungsu nya .
" hallo kak " ucap Aluna dengan suara bergetar .
" kakak bisa pulang sekarang gak " ucap Aluna kembali .
" ada apa dek ?" tanya Kirana khawatir mendengar nada suara nya seperti ada yang tidak beres .
" bapak kak " Aluna berhenti bicara namun tiba-tiba menangis .
" kenapa dengan bapak ?" tanya Kirana kembali .
" bapak kena serangan jantung lalu pingsan sampai sekarang bapak belum sadar kak " ucap Aluna sembari terisak-isak .
" kakak sekarang kesana " ucap Kirana .
" pak boleh di percepat jalan nya " pinta Kirana .
Raut wajah gelisah terlihat jelas dari wajah Kirana, pikiran nya tak karuan setelah mendengar kondisi sang ayah yang sedang sakit parah .
Pak Rudi pun tancap gas mempercepat laju mobil, Pak Rudi paham apa yang sekarang di rasakan oleh Kirana, karena ia dulu pun pernah merasakan gelisah nya mendengar orang tua sakit namun ia berada di tanah perantauan .