Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Arumi membuka mata saat mencium bau kopi yang menggoda indra penciumannya.
Ia melihat Ibrahim tengah duduk di tepi ranjang. Bibir pria itu mengukir senyum saat melihat Arumi sudah membuka mata.
"Selamat pagi, Sayang?" ucap Ibrahim seraya mengecup dahi Arumi.
Pria itu seolah lupa dengan apa yang ia perbuat semalam.
"Pagi, Mas." Jawab Arumi lalu segera bangkit dan ikut duduk disamping Ibrahim.
"Mas udah bikinin kopi buat kamu." Ibrahim meraih secangkir kopi di atas nakas lalu menyodorkannya pada Arumi.
Arumi meraih secangkir kopi yang disodorkan suaminya lalu meminumnya sedikit.
Sementara Ibrahim meminum kopi yang ada ditangannya.
"Enak gak kopi buatan aku?" tanya Ibrahim seraya menatap lekat Arumi seolah menunggu jawaban.
"Enak, Mas." Arumi tersenyum kecil.
Setelah kopi dalam cangkirnya tandas, Ibrahim beranjak bangkit dan meletakkan cangkirnya diatas nakas lalu melangkah menuju lemari kecil yang berada di pojokan kamar.
Ternyata Ibrahim mengambil sebuah kotak obat lalu kembali duduk disamping Arumi.
"Sini angkat kakimu, Sayang." ucap Ibrahim seraya meraih kaki Arumi lalu meletakkannya diatas pangkuannya.
Arumi hanya bisa menurut saat mendapatkan perlakuan manis dari suaminya.
"Ini pasti sakit banget, ya?" Ibrahim meniup luka di kaki arumi sambil mengoleskan obat.
"Sakit, Mas." Arumi mendesis pelan saat obat itu mengenai lukanya.
"Maafin, Mas ya udah bikin kamu terluka. Mas nyesel udah bikin kamu terluka, maafin Mas. ya." Ucap Ibrahim sambil menundukkan pandangannya.
"Aku udah maafin kamu kok, Mas." jawaban Arumi seketika membuat Ibrahim mendongak.
Arumi seolah terbiasa dengan sikap Ibrahim yang kadang-kadang, kadang kejam bak orang kesetanan, kadang baik bak malaikat.
Dan sekarang, Ibrahim sedang dalam mode malaikat, dalam mode ini Ibrahim benar-benar menjadi suami idaman.
Ia berubah menjadi lemah lembut dan penyayang, kini pria itu bersikap seolah-olah benar-benar menyayangi Arumi.
Dan dengan bodohnya Arumi selalu saja luluh dengan mode malaikat Ibrahim, walaupun ia tahu tak lama lagi mode Iblisnya akan kembali lagi.
"Kamu beneran udah maafin aku, Sayang?" ucap Ibrahim dengan wajah berbinar.
"Iya, Mas." jawab Arumi dengan senyum samarnya.
Arumi kini seolah terjebak dalam lingkaran waktu yang terus saja terulang.
Tapi, ia tak bisa berbuat apapun karena rasa cintanya pada Ibrahim seolah membuatnya hilang akal.
Meskipun ia tahu bisa saja rasa cintanya itu membuatnya kehilangan nyawa suatu saat nanti.
Setelah mengobati luka Arumi dan mendapat maaf dari Arumi, Ibrahim kembali merapikan kotak obat lalu menyimpannya diatas nakas.
Arumi sedikit heran karena Ibrahim tak mengembalikan kotak itu ke dalam lemari.
Pria itu justru malah kembali mendekati Arumi, lalu mengusap pelan rambut panjang Arumi.
Hal itu biasa Ibrahim lakukan sebagai kode kalau ia sedang menginginkan Arumi.
"Kamu selalu terlihat cantik kalau pagi-pagi gini." ucap Ibrahim seraya mengusap lembut pipi Arumi, jemarinya kini sudah lolos kebelakang leher Arumi.
Arumi hanya bisa mengukir senyum saat mendengar ucapan suaminya itu.
Namun, senyuman Arumi dianggap Ibrahim kalau Arumi menyetujui ajakannya.
Merasa mendapat lampu hijau, Ibrahim kini semakin mengikis jarak antara mereka berdua.
Dengan lembut Ibrahim mendaratkan bibirnya di bibir Arumi, melumatnya perlahan yang semakin lama semakin panas.
Sampai akhirnya tubuh mereka berdua menyatu diatas ranjang.
***
"Aku berangkat ya, Sayang." ucap Ibrahim seraya mengecup kening Arumi.
Setelah itu ia melangkah ke halaman rumah lalu memasuki sebuah mobil yang terparkir dihalaman.
Namun saat Ibrahim hendak melajukan mobilnya, ponsel miliknya ia simpan disaku kemeja tiba-tiba saja berdering.
Ibrahim ternyata mendapat panggilan dari atasannya dikantor.
"Iya, Pak!" ucap Ibrahim saat panggilan itu sudah terhubung.
"Tentu saja, Pak! Saya gak mungkin melupakan dokumen penting itu."
"Baik Pak, saya berangkat sekarang juga." Ucap Ibrahim sebelum mengakhiri panggilan.
"Arumi, dokumen yang aku simpan diatas nakas udah kamu masukin ke dalam tas aku, kan?" Teriak Ibrahim dari dalam mobil.
"Dokumen yang mana, ya, Mas?" tanya Arumi bingung.
"Dokumen yang semalam aku kasih liat sama kamu." ucap Ibrahim lagi sambil terus mengacak isi tasnya.
Sementara Arumi justru dibuat semakin bingung.
Dokumen yang ia tunjukkan semalam?
Boro-boro menunjukkan dokumen, yang ada dia menghajarnya habis-habisan.
Begitu lah Ibrahim, dia tak pernah bosan melimpahkan kesalahannya pada Arumi.
Brakkk!!!
Ibrahim yang membanting pintu mobil dengan keras dan berhasil membuyarkan lamunan Arumi.
"Dasar istri gak guna." umpat Ibrahim seraya melewati tubuh Arumi yang masih berdiri diambang pintu.
Hingga tak berselang lama Ibrahim kembali dari dalam kamar lalu..
Plakkk!!
Ibrahim memukul kepala Arumi dengan dokumen yang ia bawa dari dalam kamar.
"Ini dokumen yang aku maksud." ucap Ibrahim penuh emosi.
Arumi tak menanggapinya sama sekali, ia hanya menundukkan pandangannya dengan mata yang berkaca-kaca.
Tanpa memperdulikan Arumi lagi, Ibrahim kembali melangkah menuju mobil lalu melajukan mobilnya dengan kencang keluar dari halaman rumah seolah tengah melampiaskan emosinya.
Setelah menatap kepergian Ibrahim, Arumi menghela nafas lelah lalu beranjak menuju dapur.
Ia mulai membereskan dapur yang cukup berantakan bekas Arumi menyiapkan sarapan.
Setelah semuanya rapi kini Arumi melanjutkannya dengan mencuci piring.
Saat tengah asyik mencuci piring, sayup-sayup Arumi mendengar obrolan tetangga sebelah. Tapi, Arumi berusaha untuk tak memperdulikan hal itu.
Arumi menghela napas lelah setelah semua pekerjaan dapurnya selesai.
Kini rasa bosan yang sering kali ia rasakan kembali menghampirinya.
Ingin sekali rasanya Arumi menghabiskan waktu dengan berlibur bersama teman-temannya, atau hanya sekedar melepas penat dengan jalan-jalan.
Namun, ia sama sekali tak bisa melakukan itu, atau lebih tepatnya ia tak di ijinkan melakukan hal-hal itu.
Ibrahim tak mengijinkan Arumi untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Ia benar-benar membatasi pergaulan Arumi.
Karena ia berpikir kodrat seorang wanita adalah berdiam diri di rumah dan mengabadikan diri pada suami.
Arumi mendudukkan tubuhnya dikursi meja makan dan kembali menghela nafas panjang. Ia memijat keningnya yang kini mulai terasa berdenyut.
Perhatiannya kembali teralihkan oleh suara dari arah rumah tetangga yang terdengar tengah asyik berbincang.
Arumi yang tak bisa lagi menahan rasa keponya melongokan kepalanya ke arah pintu dapur.
Arumi melihat Erlan tengah membungkuk dengan sebuah kamera yang ia kalungkan dilehernya. Ada beberapa objek foto yang ia tata dihadapannya.
Sementara Rika, berdiri di samping Erlan sambil sesekali melingkarkan tangannya di pinggang Erlan.
Erlan berusaha melepaskan lingkaran tangan Rika karena sepertinya merasa sedikit terganggu.
Tapi, Rika sepertinya tak menyerah dengan aksinya, kini ia justru memeluk Erlan dari belakang dengan kedua tangannya yang mulai meraba turun kebawah.
Terlihat sesuatu yang mencuat di bawah sana setelah mendapat sentuhan lembut yang diberikan Rika, sesuatu yang terlihat menggiurkan bagi Arumi. Sepertinya wanita itu sedang menggoda suaminya yang berparas tampan itu.
Arumi mengira, sepertinya Erlan mulai tergoda oleh godaan istrinya itu, terlihat saat Erlan memejamkan matanya seolah menikmati setiap sentuhan yang diberikan Rika.
Tapi, sesuatu yang terduga terjadi..
"Berhenti, Rika!" ucap Erlan tegas, membuat Rika seketika menghentikan aksinya.
"Kamu gak lihat kalau aku lagi kerja! Kamu tau kan, kalau aku lagi kerja, aku paling gak suka diganggu! Tolong pergi dari sini, aku lagi gak nafsu buat berhubungan badan."
Rika yang mendengar ucapan Erlan langsung mengerutkan wajahnya tak senang. Ia menghentakan kaki beberapa kali dan berlalu meninggalkan Erlan begitu saja.
Menyisakan Erlan sendiri di tempat itu. Ia terlihat serius dengan beberapa objek foto yang ada di depannya.
Arumi melihat sosok Erlan yang sangat berbeda, tatapan Erlan yang terlihat serius dengan apa yang ia kerjakan.
Membuat Arumi tanpa sadar menarik kedua sudut bibirnya karena melihat Erlan yang ketampanannya meningkat sepuluh kali lipat.
Benar-benar sebuah pemandangan yang memanjakan mata Arumi tanpa harus pergi jauh-jauh berlibur.
Aura positif yang terpancar dari Erlan seolah berpindah pada Arumi.
Tapi, tiba-tiba saja Erlan menoleh ke arah Arumi, membuat Arumi seketika menyembunyikan tubuhnya dibalik pintu.
"Arumi, kamu apaan sih! Dia sadar gak ya kalau aku lagi ngeliatin dia?" umpat Arumi dalam hati.
Erlan seketika tertawa kecil saat melihat tingkah Arumi. Ia mengusap tengkuknya sambil mengulum senyum.
Tanpa sadar, Arumi sudah berhasil menarik perhatiannya.
Jantung Arumi kini berdebar tak karuan, kini ia merasa menjadi seorang maling yang terciduk oleh pemiliknya.
Sebuah debaran jantung yang bagi terasa sangat tak asing, seolah ia pernah merasakan ini sebelumnya. Tapi, ia lupa kapan merasakan ini.
"Ada apa denganku?Kenapa aku tiba-tiba merasa seperti ini? Arumi, ayo jernihkan pikiranmu. Kamu seperitnya mulai gak waras." batin Arumi berusaha menghilangkan perasaannya yang bergejolak.
***********
***********
dan jika saling sadar jika pernikahan termasuk dalam hal ibadah kpd Tuhannya, maka seharusnya Memiliki rasa Takut ketika melakukan hal diluar yg dilarang dalam suatu pernikahan itu sendiri....
walau bagaimanapun alasannya, alangkah baiknya jika diselesaikan dulu yg sekiranya sdh rusak...
Jika masih dalam suatu hubungan pernikahan itu sendiri, Jangan coba-coba melakukan hal yg berganjar: Dosa besar !!!!
bodohmu itu lho ,,