NovelToon NovelToon
AZKAN THE GUARDIAN

AZKAN THE GUARDIAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Reinkarnasi / Cinta Terlarang / Kehidupan alternatif / Kontras Takdir
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: BERNADETH SIA

Tujuh ratus tahun telah berlalu, sejak Azkan ditugaskan menjaga Pulau Asa, tempat jiwa-jiwa yang menyerah pada hidup, diberi kesempatan kedua. Sesuai titah Sang Dewa, akan datang seorang 'Perempuan 'Pilihan' tiap seratus tahun untuk mendampingi dan membantunya.
'Perempuan Pilihan' ke-8 yang datang, membuat Azkan jatuh cinta untuk pertama kalinya, membuatnya mencintai begitu dalam, lalu mendorongnya masuk kembali ke masa lalu yang belum selesai. Azkan harus menyelesaikan masa lalunya. Namun itu berarti, dia harus melepaskan cinta seumur hidupnya. Bagaimana mungkin dia bisa mencintai seseorang yang di dalam tubuhnya mengalir darah musuhnya? Orang yang menyebabkannya ada di Pulau Asa, terikat dalam tugas dan kehidupan tanpa akhir yang kini ingin sekali dia akhiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BERNADETH SIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BOLEH AKU MENDAPAT SEBUAH CIUMAN?

Di hari keenam, akhirnya Laina benar-benar pulih. Dia tidak lagi merasa lemas dan kedua matanya tidak terpejam dengan sendirinya. Saat itulah dia sadar kalau kamar pribadinya, telah berubah menjadi ruang kerja Azkan.

“Apa yang kau lakukan selama aku tidak sadarkan diri?” Laina memperhatikan dokumen-dokumen yang menumpuk memenuhi meja belajarnya. Lalu ada setumpuk lagi di lantai sisi tempat tidurnya. Sisa-sisa makanan juga ada di atas meja lain di sisi pintu masuk. “Apa kau tinggal di dalam kamarku selama aku tidur?” 

Dengan bangga Azkan menganggukkan kepala sambil tersenyum lebar. Laina langsung teringat akan seekor anjing husky ketika menatap Azkan sekarang. Dia pun tertawa. 

“Kenapa? Apa yang lucu? Kau tidak penasaran dengan kondisi tubuhmu?”

“Aku tahu kalau aku sudah baik-baik saja sekarang. Rasa kantukku hilang. Tubuhku sudah tidak lemas. Aku sudah bertenaga seperti biasanya. Aku baik-baik saja. Benarkan?” Laina menunggu anggukan kepala Azkan. Tawanya tertahan.

“Kenapa kau tertawa? Apa yang ada di dalam pikiranmu sekarang?” Azkan menyadari Laina sedang menertawakan hal lain. Bukan tentang apa yang sedang mereka bicarakan. 

“Rahasia.” senyuman nakal Laina membuat Azkan semakin penasaran. 

“Kau yakin mau merahasiakannya? Aku bisa membuatmu menyesalinya nanti.” 

“Kau tidak akan memasuki isi pikiranku kan? Kau bisa memasuki kehidupan masa lalu orang lain. Jadi masuk ke dalam pikiran orang lain pasti memungkinkan juga kan?” Laina malah merasa was-was. Kamarnya yang berantakan tak lagi penting. 

“Bagaimana menurutmu?” Azkan berjalan menghampiri Laina yang sedang duduk di sisi tempat tidurnya. Laina segera bangkit. Instingnya membuat tubuhnya bersiap untuk kabur jika Azkan hendak melakukan sesuatu yang mencurigakan. Dia tidak mau Azkan masuk ke dalam pikirannya. 

“Kau mau kabur?” Azkan menghadang Laina yang hendak menghindarinya. Tangannya berhasil menangkap tubuh Laina, lalu dengan mudah menariknya hingga Laina tak bisa bergerak karena pelukannya.

“Jangan berbuat macam-macam, Az.”

“Memangnya apa yang mau kulakukan?” cengiran Azkan terbentuk sempurna.

“Apa pun itu, katakan padaku lebih dulu.”

“Kalau aku mengatakannya, lalu aku boleh melakukannya?” saat ini, isi pikiran Azkan, jauh berbeda dari isi pikiran Laina.

“Tergantung, …” Laina memalingkan wajahnya. Tatapan Azkan, dengan bola mata biru sedalam lautan luas itu, membuatnya merasa kuwalahan. 

“Kenapa memalingkan muka?” Azkan memiringkan wajahnya, berusaha menatap wajah Laina. 

“Kau malu?” Azkan merasa senang telah menemukan cara menggoda Laina. Melihat Laina terus berusaha menghindari tatapan matanya, sepertinya memang benar. “Kenapa? Apa mataku indah?” Azkan mengatakannya dengan rasa percaya tinggi setinggi langit. 

Laina berdeham. “Bukankah kau sudah sering mendengarnya?” suara lirih Laina terdengar jelas di telinga Azkan. Jantungnya berdebar. Ternyata, setelah delapan ratus tahun, jantungnya masih bisa berdebar. Dia kira, karena ditugaskan menjadi Sang Penjaga, dia sudah kehilangan debaran jantungnya. Tidak seperti para penduduk lainnya. 

“Kenapa diam?” Laina menatap Azkan yang termenung.

“Jadi menurutmu, mataku indah?” Laina menjawabnya dengan anggukan kepala dan wajah merona. Sejak dia secara terbuka menerima Azkan menjadi kekasihnya, Azkan berubah menjadi sosok yang lebih berkharisma di mata Laina. Penampilan Azkan menjadi lebih menarik. Bentuk tubuhnya terlihat lebih bagus. Wajahnya menjadi lebih tampan. Pelukannya terasa lebih hangat. Suaranya terdengar lebih merdu dan berkharisma khas. Tatapan matanya membuat debaran jantung Laina tak beraturan. Segala hal tentang Azkan, kini terasa lebih dan terus menjadi lebih baginya. 

“Kau menyukai mataku?” Azkan menatap Laina dengan sepasang mata birunya yang kontras disandingkan dengan kulit putih dan rambut hitamnya. Sekali lagi Laina mengangguk, lalu memalingkan muka. 

“Apa lagi yang kau suka dariku? Aku ingin mendengar semuanya.” Azkan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Laina, menarik sedikit tubuhnya mundur ke belakang, supaya bisa melihat ekspresi wajah Laina dengan jelas. 

Setelah berhasil mengumpulkan semua keberaniannya, Laina memutuskan untuk menjawab pertanyaan Azkan dengan sejujur-jujurnya sambil bertatapan langsung dengannya, “Semuanya!” 

Azkan tergelak. Tawanya menghangatkan hati Laina.

“Ternyata kau benar-benar menyukaiku ya?”

“Kalau tidak, mana mungkin aku mau menjadi kekasihmu?”

“Kukira karena kau takut padaku. Karena aku orang paling berkuasa di sini?”

“Tentu saja tidak. Aku tidak selemah itu. Aku akan tetap menolakmu walaupun kau orang paling kuat di dunia, kalau aku tidak menyukaimu.”

“Terima kasih, sayang.” sekali lagi, kehangatan membanjiri hati Laina.

“Tadi, kau bilang, akan mengijinkanku melakukan apa pun kalau aku mengatakannya lebih dulu kan?” Azkan menagih kata-kata Laina sebelumnya.

“Aku tidak berkata akan mengijinkan semuanya.”

“Baiklah. Kalau begitu, bagaimana dengan sebuah pelukan?”

“Kau sedang memelukku sekarang.” 

“Peluk aku.”

Laina melingkarkan kedua tangannya ke tubuh Azkan, menyandarkan kepalanya di dada Azkan, membiarkan Azkan membenamkan wajahnya di tengkuknya. Suara nafas Azkan terdengar lembut di telinga Laina.

“Bagaimana dengan sebuah ciuman?” bisikkan Azkan menggelitik telinga Laina.

“Hm?”

“Aku sudah menemanimu selama berhari-hari dan aku sangat merindukanmu. Kau tidur sangat lelap seperti putri tidur dalam cerita dongeng. Aku ingin sekali membangunkanmu dengan ciuman pangeran, tapi aku menahan diri. Karena tubuhmu benar-benar butuh istirahat. Jadi sekarang, bolehkah aku mendapatkan sebuah ciuman?”

Laina melepaskan pelukannya di pinggang Azkan, kemudian meraih wajah Azkan dengan kedua tangannya. Kedua kakinya berjinjit hingga wajahnya mencapai wajah Azkan, lalu sepenuh hati, dia memberikan sebuah ciuman kepada kekasihnya. 

Senyuman Azkan terbentuk sesaat ketika bibir Laina menyapa bibirnya. Azkan tak berniat hanya menerima ciuman itu begitu saja. Dia merengkuh tubuh Laina semakin erat, dan dengan kedalaman perasaanya, dia membalas ciuman sang kekasih. 

1
anggita
like👍☝iklan. moga novelnya lancar jaya
anggita
Azkan..😘 Laina.
SammFlynn
Gak kecewa!
Eirlys
Aku bisa baca terus sampe malem nih, gak bosan sama sekali!
SIA: Terima kasih sudah mau membaca :)
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!