21++
sebagian cerita ada adegan panasnya ya.
harap bijak dalam membaca.
bocil skip aja. jangan maksa 😂😂
caera Anaya. rumah tangganya yang berakhir dengan perceraian karna penghiatan suami dan sahabatnya.
rasa sakit yang membuat hatinya membatu akan rasa cinta. tetapi ia bertemu dengan seorang lelaki dan selalu masuk dalam kehidupannya. membuat ia berfikir untuk memanfaatkan lelaki itu untuk membalas sakit hati pada mantan suaminya.
akankah caera dapat membalas sakit hatinya?
yuk ikuti karya pertama ku ya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 05
Rumah itu tidak terlalu besar. terletak di pinggiran kota. halamannya cukup luas. berpagar besi dengan tinggi dua meter. caera memandangi rumah itu dengan hati berdebar-debar.
Dinda menyarankan membawa mobilnya saja. caera menurut. karna Arya pasti sudah hafal dengan mobil caera. mereka berdua tidak mau kepergok sedang menguntit. memarkirkan mobil agak sedikit menjauh dari rumah yang dilihat dinda di masuki Vivi dan Arya siang tadi.
mereka masih duduk di dalam mobil, masih memperhatikan situasi. mungkin saja Arya akan muncul keluar. tapi sudah setengah jam mereka menunggu, yang di tunggu tidak juga muncul.
caera memandangi rumah itu dengan seksama. seteliti mungkin melihat ke setiap sudut depan rumah itu. jarinya di gerak-gerakkan di atas kemudi mobil, menandakan hatinya sedang cemas.
berkali-kali mereka berdua saling bertukar pandang. gelisah menunggu Arya yang tidak muncul-muncul.
"Din, aku masuk saja ya"
tidak sabar caera ingin segera masuk ke sana.
hatinya bergemuruh membayangkan apa yang di lakukan suaminya bersama wanita lain di dalam satu rumah.
"kamu yakin Ra?"
Dinda masih ingin memastikan keadaan hati caera.
"ah Din, kamu lihat kan, dari tadi tidak ada yang muncul. mau berapa lama lagi kita di sini?"
caera sangat merasa tidak sabar. ia segera membuka pintu mobil dan keluar.
gerimis sore menyambutnya. ia menengadah ke langit. gelap sekali. mendung menghiasi langit. wajahnya di basahi gerimis. sudah hampir jam lima sore. tapi terlihat seperti sudah malam saja.
caera melongokkan kepalanya ke dalam mobil. ia menatap Dinda.
"kamu tunggu di sini saja Din"
belum sempat Dinda menjawab, caera sudah berlari kecil menyebrangi jalan. Dinda hanya menghembuskan napasnya berat. hatinya juga ketar-ketir membayangkan apa yang akan di temukan caera di dalam ruamh itu.
caera berhenti di gerbang pekarangan rumah, dan ia melongokkan kepalanya melihat situasi. tidak ada orang yang bisa di tanyai. melihat gerbang tidak terkunci, caera membukanya. ia melangkah masuk.
belum seberapa jauh, caera tercekat menatap mobil yang terparkir di dekat pohon rambutan. itu mobil Arya suaminya. pohon rambutan itu rimbun dan masih tidak terlalu tinggi. pantas saja caera tidak dapat melihat dari luar pagar, kalau ada mobil yang terparkir di dekat pohon.
ia menoleh ke arah depan rumah. dengan jantung yang berdegup keras, ia paksakan langkah kakinya menuju teras. sepi. caera berdiri di depan pintu. mendengarkan dengan seksama suara dari dalam rumah.
tidak ada percakapan dari dalam. hanya ada suara musik yang mengalun lembut. dengan hati-hati caera memegang handel pintu dan menggerakkannya kebawah untuk membuka pintu.
tidak terkunci.
caera membuka lebar daun pintu itu. suara musik makin terdengar jelas. terlihat isi rumah lumayan apik. hanya bantal sofa yang terlihat berantakan. sepertinya tadi mereka duduk di sofa itu. tidak ada orang di dalam.
"permisi"
suaranya bergetar. merasa suaranya seperti jeritan. tapi suara itu hanyalah suara yang tertahan karna kuatnya debaran jantungnya.
caera mencoba memanggil penghuni rumah. tidak ada yang menyahut karna memang suara caera hanya teriakan tertahan.
ia melongokkan kepalanya agak kedalam. sepi.
dimana Arya?
caera ragu untuk melangkah lebih dalam lagi. tapi ia harus masuk. tidak mau kedatangannya ke rumah ini menjadi sia-sia. Dengan lutut gemetar, caera melangkah masuk. melewati ruang depan.
rasanya sudah seperti maling saja. tapi biarlah. caera tidak gentar sedikit pun. melangkah lebih kedalam. ada pintu di sisi sebalah kiri. mungkin ini kamar Vivi atau ruangan lain.
gemetar tangan caera meraih handel pintu. menguatkan hati dan membuka pintu ruangan itu.
ini sebuah kamar tidur. caera mengedarkan pandangannya ke seluruh isi kamar. ranjang, lemari, meja rias, dan....
foto Arya!!!
caera membeku. figura foto itu bukan hanya menampilkan sosok tubuh suaminya. tetapi ada wanita lain di sebelahnya yang mengalungkan lengannya ke leher Arya. tertawa lepas seperti dalam keadaan yang sangat bahagia. ia mengenal dengan baik siapa wanita itu. Vivi!! sahabatnya sendiri
arya juga terlihat tertawa lebar. foto figura itu besar. terpampang jelas dan nyata di depan mata caera yang membulat tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.
gemuruh petir di luar sana menambahkan kesengsaraan di hati caera. serasa petir itu bukan berasal dari langit, tapi dari dalam hati caera yang terluka tanpa ampun.
matanya memanas. pandangannya buram karna air mata yang memburu ingin lekas keluar.
di luar sana gerimis telah di gantikan hujan. menambah rasa nelangsa bagi caera.
"aaahhgg"
caera menoleh ke arah bagian belakang rumah. suara teriakan nakal itu berasal dari sana. dan musik lembut itu juga berasal dari sana.
ia melangkah lagi menuju ke bagian belakang. jantungnya berdebar lebih keras. sampai ia bisa merasakan debaran itu sampai ke rahangnya. wajahnya makin memanas tertekan rasa sakit hati yang makin menjadi.
DEG!!!
sesampainya di sana caera tercengang. Tubuhnya kaku. melotot seperti melihat sesuatu yang mengerikan. ya, mengerikan. itu sungguh mengerikan. sepasang manusia sedang bergumul di atas meja makan. yang lelaki berdiri, dan yang wanita tergolek pasrah di atas meja.
wajah caera pias. darah seakan berhenti mengalir di tubuhnya. bergetar menahan amarah menyaksikan tubuh telanjang yang berpeluh memompa wanita di bawahnya. membelit satu sama lain. mengeluarkan suara ******* yang memikat dan bergelora. suara erangan dan rintihan mereka seperti lolongan serigala di telinga caera.
menjijikkan!!!
perbuatan itu sungguh menjijikkan. matanya ternoda menyaksikan perbuatan laknat suami dan sahabatnya sendiri.
dadanya sesak oleh rasa sakit yang mencabik-cabik. caera sampai tidak dapat memaki lagi. suaranya hilang begitu saja karna rasa shock yang menerjang dirinya. kedua manusia pendosa itu belum menyadari kehadiran caera.
caera mengeratkan pegangannya pada meja di sisi tembok yang menghubungkan ruang tengah dan dapur. sampai buku-buku jarinya memutih. mencoba menguatkan diri. tubuhnya terasa limbung.
dengan tangan gemetar, caera meraih guci di samping kirinya. dengan sekuat tenaga ia lemparkan guci itu ke arah mereka.
PRAAANGGG...!!!!!
Arya terlonjak kaget. tubuhnya menegang. ia langsung memisahkan diri dari Vivi. Vivi langsung bangun dari meja. sangat terkejut dengan suara guci pecah.
Arya kaget bukan main melihat ke arah caera yang memandang jijik ke arah mereka.
"Ra"
desisnya tertahan. segera ia memungut celananya yang tercecer di lantai. memakainya terburu-buru. sedangkan Vivi hanya menutup tubuhnya dengan apa yang di pungutnya dari lantai.
cepat-capat Arya menghampiri caera. wajahnya pucat pasi. dia tidak menyangka caera bisa menemukannya di sini. ia meraih tangan caera mencoba untuk mencari alibi.
"Ra, aku akan jelasin semuanya. ini tidak seperti..."
PLAKKK!!!
Tamparan keras mendarat di pipinya. caera menampar arya. memandang jijik lelaki di depannya.
"menjijikkan!!"
desis caera penuh kebencian. hanya kata itu yang mampu terlontar dari bibirnya. tubuhnya kaku. ia hanya bisa berdiri tegak di depan arya. air matanya mengalir deras. hatinya seperti di sayat sayat. terluka sangat parah.
"Ra, tolong. aku bisa jelasin in...."
PLAAKKKK!!!!
Lagi. tamparan itu mendarat untuk yang kedua kalinya. caera terengah menahan rasa benci dan jijik. marah yang tidak dapat di tahan lagi. ia beralih menatap Vivi yang hanya tertunduk bisu.
tidak ingin berlama-lama bersama kedua orang penghianat itu, caera berlari keluar meninggalkan Arya dan Vivi. Arya mengejar caera.
"raaaa... maafkan aku Ra. aku khilaf raaa.."
teriak Arya sambil terus mengejar caera.
dinda yang baru saja sampai ke dalam rumah Vivi, berdiri mematung menyaksikan apa yang terjadi. sedari tadi ia hanya menunggu caera di teras rumah vivi. Dinda segera masuk karna mendengar ada benda yang pecah.
caera merebut kunci mobil dari tangan Dinda dan terus berlari keluar menuju mobil.
Arya terus mengejarnya sampai ke jalan. dia tidak memperdulika keaadaan dirinya yang masih bertelanjang dada dan tidak memakai alas kaki.
menggedor-gedor jendela mobil. tapi caera tidak memperdulikan itu. dengan menangis kencang caera berteriak pada Arya.
"pergi kau!! aku jijik melihat mu!!"
Arya tidak memperdulikan teriakan caera. terus saja menggedor kaca mobil. hujan mengguyur tubuhnya. teriakannya berkejaran dengan derasnya hujan.
caera menghidupkan mesin mobil dan tancap gas pergi meninggalkan Arya di jalan seperti orang gila yang berteriak-teriak memanggil caera. ia meremas rambutnya keras. tampak sangat depresi dengan kejadian ini. menendang aspal menjadi pelampiasan kesal di hatinya.
"raaaaa.... caeraaaa .. raraaaa...."
teriakan Arya jelas tidak membuahkan hasil. caera telah pergi. ia mengusap wajahnya kasar.
dengan gontai Arya kembali ke dalam rumah. tubuhnya basah kuyup. dinda masih berdiri mematung memandangi Vivi dengan pandangan tajam.
Vivi terduduk lesu di lantai. masih belum memakai baju lengkap. hanya menutupi bagian-bagian sensitif tubuhnya.
"kalian sungguh keterlaluan!!"
makinya. bergantian memandang Vivi dan Arya bergantian. arya yang terduduk lesu di sofa depan. tidak mempedulikan tubuh dan celananya yang basah.
"kau sungguh ****** Vi!!"
geram Dinda. ia tidak dapat menahan kemarahan yang membuncah melihat apa yang terjadi.
"kalian berdua tiadak dapat di maafkan!!"
Dinda beranjak pergi ke luar rumah. ia juga merasa jijik berlama-lama dengan kedua penghianat itu. melewati Arya yang diam seribu bahasa.