Seorang murid mesti mematuhi apa kata gurunya. meskipun itu sulit. yah mengambil senjata ampuh memang bukan perkara mudah. bakalan ada halangan dan rintangan. baik di perjalanan maupun menghadapi musuh. namun semua di perlukan untuk melakukan perjalanan ke barat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 3112, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
“Baik. Segera kau pergi atau serahkan senjata itu. Atau kau milih pilihan paling buruk.“ Ancam para pengeroyok yang seakan tak takut. Walau musuh sudah tersohor sebagai pendekar sakti, serta murid paling utama dalam perguruan itu. Dimana sudah terkenal kehebatannya. Kalau mereka dan para guru pembimbing itu tak akan terkalahkan jika hanya untuk melawan keroyokan mereka saja. Akan tetapi mereka juga bukanlah seorang pengecut. Yang tak gentar walau lawan sakti teramat sangat. Asal masih bisa menggerakkan tangan dan kaki, selama bumi masih siap berguncang, dan juga gunung Huo-shan masih mengeluarkan asap, tak sekalipun mereka mundur. Sebab itu suatu tantangan yang justru harus di taklukan. Bukan untuk di hindari. Kalau tujuan akhir hanya untuk menghindar, bukankah lebih baik berada di rumah, atau di perguruan yang dingin penuh dengan buaian, namun tanpa pengalaman sama sekali.
“Aku hanya ingin pergi membawa adik Hong-li.“
“Oh begitu. Tak kau sayangi nyawamu kah?“ Kembali dia mengancam. Siapa tahu dengan senjata mengerikan di tangannya itu serta kepungan orang yang kini ada di pihaknya akan membuat musuh yang walau sakti sekalipun berada dalam tekanan dari banyak orang. Tentunya akan berpikir seribu kali kalau untuk lari seribu Langkah, atau mundur dengan teratur.
“Aku sayang. Tapi lebih sayang jika kita boleh berkawan.“
“Boleh. Tapi senjataku sangat mengerikan.“
Dia menyabetkan pedangnya. Untunglah pusaka itu, Tombak mata dua dari perak, atau pedang pendek mata dua. Dengan gagang yang bisa di rubah. Ada semacam ulir di sana. Serta kali ini dengan tongkat Panjang. Dan itu cukup untuk menangkis serangan yang demikian saja. Untuk kemudian menyabetkan pada musuh
Ah…
Musuh menjerit. Tak terkira rasa sakit. Sabetan itu tepat menggores dadanya. Yin-ying terus berusaha membawa Hong-li. Dia sudah berhasil membuka jalan sedikit. Walau tentunya itu bukan satu hal yang nyaman. Tentunya setelah ini, bakalan banyak orang yang mengerubutinya. Serta banyak pula yang menuntut keadilan akan rekannya yang terkoyak itu. Bahkan kalau bisa di bilang bakalan banyak tenaga bantuan yang akan dating kemudian. Walau tak di pungkiri tentunya akan banyak korban juga dari mereka akibat lawan begitu Tangguh. Dan melihat hasil akhir tadi yang benar-benar mencengangkan. Dimana musuh begitu mengerikan kalau bergerak. Sekali sabet saja sudah ada yang terluka. Padahal mereka juga bukan orang sembarangan. Alias sembarang orang. Nyatanya mereka sudah bertahun tahun menimba ilmu dalam perguruan sang guru yang hebat. Tentu akan sangat mengerikan bila sudah marah. Dan kini saatnya.
“Ayo cepat naik.”
Yin-ying menarik tangan Hong-li. Sekuat tenaga. Jangan sampai keduluan musuh. Yang sudah asti akan melukai. Karena sebelumnya juga tega menyerang. Serata melayangkan banyak hunjamkan. Dan itu bisa celaka.
“Ak….”
Hong-li menjerit.
“Kenapa?”
“Luka ini masih sakit.”
Dia menunjuk lukanya. Nampak ada rembesan darah. Apa yang dia pakai untuk menutup tetap tak mampu menahan keluar. Karena deras mengucur. Namun itu hanya sesaat. Yang ada kalanya kalau tersentuh sedikit saja sudah membuat luka. Makanya mesti hati-hati. Serta se-bisa mungkin di tahan sampai ke Lokasi. Dimana bisa istirahat sejenak untuk menutup luka itu.
Tapi sayang pengeroyok sangat banyak. Serta tangguh-tangguh. Dan itu tak cukup kalau untuk istirahat sejenak. Mesti memilih satu Lokasi yang tepat guna melakukan penyembuhan tersebut.