Karena permintaan kakeknya , Ellena dan Luis terpaksa menikah dan hidup bersama tanpa cinta dalam pernikahan mereka. Akankah Ellena mampu bertahan dalam pernikahan itu, atau justru memilih untuk pergi? Hanya waktu yang mampu menjawabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Merindukanmu
Ellena duduk di kursi belakang taksi yang melaju menuju rumah orang tuanya. Pandangannya melayang ke luar jendela, melihat pemandangan kota yang tak pernah berubah. Namun, hatinya terasa berbeda. Ada kekosongan yang menghantui setiap sudut pikirannya sejak Luis pergi sebagai relawan. Perasaan ini tidak seperti sebelumnya; lebih dalam, lebih menekan, dan semakin hari semakin sulit diabaikan.
Setibanya di rumah, Ellena disambut hangat oleh ibunya. "Ellena, sayang, kau terlihat lelah. Ada apa?" tanya sang ibu sambil memeluknya erat.
Ellena tersenyum lemah, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang menghantuinya. "Aku hanya merasa kosong, Ma. Sejak Luis pergi, aku merasa seperti kehilangan sesuatu yang penting," jawabnya pelan.
Nyonya Alexandra mengajak Ellena duduk di ruang tamu. "Ceritakan padaku, sayang. Apa yang sebenarnya kau rasakan?"
Ellena menghela napas panjang, mencoba merangkai kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya. "Aku tidak tahu, Ma. Ini perasaan yang asing dan tak wajar. Aku tahu Luis pergi untuk tujuan yang baik, tapi rasanya ada yang hilang dari hidupku," katanya, matanya berkaca-kaca.
Nyonya Alexandra mengelus rambut Ellena dengan lembut, memberikan rasa nyaman. "Mungkin kau mulai jatuh cinta padanya," kata sang ibu dengan suara lembut.
Ellena terkejut mendengar kata-kata itu. "Jatuh cinta?" tanyanya dengan nada tak percaya.
Wanita itu tersenyum penuh pengertian. "Cinta sering kali hadir ketika dua hati yang saling terikat tiba-tiba dipisahkan. Karena dari situ, kita baru menyadari betapa penting arti kehadiran orang itu dalam hidup kita," jelasnya dengan bijak.
Ellena merenungkan kata-kata ibunya. Apakah benar ia jatuh cinta pada Luis? Selama ini, pernikahan mereka terasa seperti kewajiban, sebuah kontrak yang harus dijalani. Namun, semakin ia memikirkannya, semakin jelas bahwa perasaan itu lebih dari sekadar kewajiban. Ada rasa rindu yang mendalam, rasa kehilangan yang begitu nyata.
"Aku bingung, Ma," ujar Ellena akhirnya, suaranya terdengar serak. "Aku tidak tahu bagaimana harus menyikapi perasaan ini."
Nyonya Alexandra menatap Ellena dengan penuh perhatian. "Cinta tidak selalu mudah, sayang. Tapi satu hal yang pasti, kau harus jujur pada dirimu sendiri. Jika kau merindukannya, itu berarti dia penting bagimu," ujarnya sambil meremas tangan Ellena dengan lembut.
Ellena mengangguk, mencoba mencerna semua yang dikatakan ibunya. Mungkin benar, perasaannya terhadap Luis lebih dalam dari yang ia sadari. Tapi bagaimana jika Luis tidak merasakan hal yang sama? Bagaimana jika ini hanya ilusi yang tercipta karena jarak?
Dengan banyak pikiran berkecamuk di kepalanya, Ellena memutuskan untuk kembali ke rumahnya sendiri. Ia merasa perlu waktu untuk merenungkan semuanya, untuk memahami perasaannya lebih baik.
***
Luis berdiri di depan cermin di salah satu ruangan kecil yang digunakan sebagai tempat istirahat para relawan. Matanya menatap bayangannya sendiri, melihat wajah yang tampak lelah dan penuh pikiran. Sejak berpisah dengan Ellena, ada perasaan yang tidak biasa yang menghantui dirinya. Seperti ada lubang yang tak terlihat namun terasa jelas di dalam hatinya.
Dr. Daniel, salah satu rekan dokter yang juga relawan, memasuki ruangan dengan secangkir kopi di tangan. "Luis, kau tampak gelisah," katanya sambil duduk di kursi dekat cermin. "Apa lain ingin bercerita sesuatu padaku?"
Luis menggelengkan kepalanya, menghindari tatapan Daniel. "Tidak ada yang perlu dibicarakan, Daniel. Hanya terlalu banyak hal yang harus dipikirkan," jawabnya dengan nada dingin yang biasa.
Daniel menatap Luis dengan tajam, mencoba membaca ekspresi temannya. "Kau tahu, Luis, kadang-kadang lebih baik untuk berbicara tentang apa yang mengganggu kita. Aku melihat kau tidak seperti biasanya," ujarnya, mencoba memancing lebih banyak informasi.
Luis hanya tersenyum tipis, menolak untuk membuka diri. "Aku baik-baik saja, Daniel. Mungkin hanya efek dari pekerjaan ini," jawabnya singkat.
Daniel mengangkat alis, jelas tidak puas dengan jawaban itu. Namun, ia tahu bahwa memaksa Luis untuk berbicara tidak akan membantu. "Baiklah, kalau begitu. Tapi kau tahu, kita di sini untuk saling mendukung. Jika kau ingin berbicara, aku ada di sini," katanya sambil menepuk bahu Luis.
Setelah Daniel pergi, Luis duduk di kursi, menatap ke arah kopi yang hampir dingin. Ia mencoba memahami perasaan yang mengganggunya. Rasa rindu yang ia rasakan begitu kuat, seperti ada bagian dari dirinya yang hilang. Ia merindukan senyuman Ellena, tawanya yang ceria, bahkan kekhawatiran kecilnya yang kadang terasa berlebihan.
Luis menghela napas panjang. Mungkinkah ini yang disebut cinta? Ia selalu berpikir bahwa pernikahan mereka hanyalah sebuah kewajiban, sebuah kontrak sosial. Tapi kini, perasaan itu terasa begitu nyata dan menyakitkan. Ia merindukan Ellena, dan itu bukan hanya karena kebiasaan atau kenyamanan.
Tiba-tiba, derap langkah kaki terdengar mendekat dengan langkah cepat. Ellena muncul di hadapan Luis, wajahnya penuh kekhawatiran dan juga kerinduan. "Luis!" serunya, berlari ke arahnya dan langsung memeluknya erat.
Luis terkejut, tak tahu harus berkata apa. Tubuh Ellena yang gemetar dalam pelukannya, dan suaranya yang penuh emosi, membuat hatinya tersentuh. "Ellena, apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya, suaranya terdengar sedikit serak.
Ellena mengangkat wajahnya, matanya yang basah menatap Luis dengan penuh perasaan. "Aku merindukanmu," ucapnya dengan suara gemetar, tapi penuh kejujuran.
Luis merasa hatinya melompat. Perasaan yang selama ini ia coba abaikan kini muncul begitu nyata. Ia memeluk Ellena lebih erat, seolah takut jika ia melepaskannya, semuanya akan hilang. "Aku juga merindukanmu," bisiknya pelan, suara yang biasanya dingin kini terdengar lebih hangat.
Mereka berdiri di sana, dalam keheningan yang penuh makna, merasakan kehadiran satu sama lain. Luis menyadari bahwa perasaan ini adalah cinta, sesuatu yang selama ini ia pikir tidak mungkin ia rasakan. Namun, di sini, bersama Ellena, ia merasa lengkap, merasa seperti ia telah menemukan sesuatu yang hilang dari hidupnya.
Ellena menarik diri sedikit, menatap Luis dengan mata yang masih berkaca-kaca. "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan perasaan ini, Luis. Aku hanya tahu bahwa aku tidak bisa lagi berpura-pura tidak merasakannya," katanya dengan suara yang penuh ketulusan.
Luis menyentuh pipi Ellena dengan lembut, menghapus air matanya. "Kita akan mencari tahu bersama, Ellena. Yang penting, kita jujur pada diri kita sendiri," jawabnya dengan lembut.
Mereka berdua saling menatap, merasakan kehangatan yang mengalir di antara mereka. Luis tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai, dan masih banyak yang harus mereka pelajari tentang satu sama lain. Namun, untuk saat ini, ia merasa lega karena mereka berdua memiliki perasaan yang sama.
Ellena tersenyum, merasa beban di hatinya sedikit terangkat. "Aku senang kau merasakan hal yang sama," ujarnya pelan.
Luis membalas senyumannya. "Kita akan baik-baik saja, Ellena. Kita punya waktu untuk memahami perasaan ini dan menemukan cara terbaik untuk melangkah ke depan," katanya dengan keyakinan.
Ellena mengangguk, merasa lebih tenang. Mereka kemudian duduk bersama, berbincang tentang segala hal yang mereka rasakan selama ini. Dalam percakapan itu, mereka saling memahami, saling menerima, dan yang terpenting, saling mencintai.
Hari itu menjadi titik balik bagi hubungan mereka. Keduanya menyadari bahwa pernikahan mereka bukan sekadar kewajiban atau kontrak, tetapi sebuah kesempatan untuk saling mencintai dan mendukung. Ellena dan Luis tahu bahwa mereka akan menghadapi banyak tantangan di masa depan, tetapi dengan cinta dan kejujuran, mereka yakin dapat mengatasinya bersama.
Luis merasakan beban yang ia pikul selama ini perlahan-lahan terangkat. Ia merasa lebih ringan, lebih bebas, dan lebih bahagia. Melihat senyuman di wajah Ellena, ia tahu bahwa mereka telah menemukan sesuatu yang berharga, sesuatu yang akan menguatkan mereka di masa depan.
Ellena pun merasa lebih kuat dan lebih yakin. Cinta yang ia rasakan untuk Luis kini lebih jelas, lebih nyata. Ia tahu bahwa perjalanan mereka mungkin tidak selalu mudah, tetapi dengan cinta dan pengertian, mereka akan mampu melewati segalanya.
***
Bersambung
agar bisa menyenangkan suamimu...❤️❤️