Kehidupan Zevanya hancur, semenjak dirinya bertemu dengan seorang pria yang bernama Reynald. Pria itu menyebabkan dirinya harus mendekam didalam penjara yang dingin. Bahkan Zevanya harus menerima hukuman mati, setelah dirinya tertangkap tangan oleh polisi Bandara membawa sejumlah heroin dan pil ekstasi di koper miliknya.
Apakah Reynald , kekasihnya itu dengan sengaja menjebaknya? Ataukah ada orang lain yang ingin memisahkan cinta mereka?
Apakah dendam dalam diri Zevanya terbalaskan, setelah dirinya selamat dari eksekusi mati yang dijatuhkan oleh pengadilan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Azalea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAK AKAN TERGANTI
Hari ini adalah pertama kalinya Reynald berlibur dalam hidupnya. Setelah sekian lama larut dalam kesedihan karena kehilangan sosok kekasih yang begitu dicintainya.
Untuk melupakan kegundahan hatinya,
Reynald menyibukkan diri dengan bekerja sepanjang hari, bahkan dia sampai lupa untuk mengurus dirinya sendiri.
Selama ini, Reynald begitu larut dalam kesedihan yang mendalam. Hal itu berpengaruh terhadap kestabilan jiwanya.
Jika sakit di kepalanya tiba-tiba menyerang, Rey akan mengamuk dan menghancurkan semua yang ada didepannya.
Keadaan itu berlangsung cukup lama, hingga Reynald membutuhkan seorang psikiater untuk menangani sakit yang dialaminya.
Terapi yang dijalaninya, berhasil dengan baik, walau terkadang sakit di kepalanya datang tiba-tiba, jika Rey memikirkan hal-hal yang berat.
"Uncle kita akan kemana?" Tanya Rain saat sudah berada didalam mobil, pada Abraham yang sedang menyetir mobilnya.
"Kita akan ke pantai,...apakah Rain suka?" Jawab Abraham tanpa menoleh ke belakang.
"Ke pantai? Yeah...aku suka Uncle !"Jawab Rain bersorak gembira.
"Rayna juga suka pantai !" Celetuk si kecil Rayna yang duduk dipangkuan Xena.
"Iya, kepantai kan idenya Rayna, Daddy hanya ikut saja." Kata Abraham kemudian.
Tak lama kemudian, Mereka tiba dipantai, kebetulan suasana pantai pagi itu tidak terlalu ramai. Hingga Rain dan Rayna bisa berlarian dengan bebas tanpa ada yang mengganggu mereka.
"Rain, mau main pasir sama Daddy ?" Teriak Reynald saat bocah itu berlari-lari kecil dibibir pantai bersama Xena dan Rayna.
"Sebentar Dad, ini seru....Daddy ikut ya !"
Reynald mendekati putranya dan bermain dengan ombak yang menghempas kepantai dan kembali kelaut seolah-olah menarik kaki mereka kelaut. Keduanya tertawa lepas.
Abraham pun memotret kebersamaan mereka dengan layar ponselnya.
Ternyata bahagia itu sangat sederhana bagi Reynald sekarang, hanya bermain dengan Rain, senyum kebahagiaan selalu menghiasi wajahnya. Rey tidak ingin, putra nya merasakan apa yang dia rasakan, karena mempunyai ayah yang pemaksa seperti Daddy Ronald. Dan kebahagiaan Rain adalah prioritas utama Rey saat ini.
Setelah selesai makan siang, Abraham membawa rombongan kecilnya untuk pergi ke taman bermain. Rain bersorak gembira saat melihat banyaknya permainan di taman itu.
"Dad, aku mau naik permainan yang itu boleh?" Rain menunjuk sebuah permainan berupa roda yang berputar.
"Oh, itu namanya komedi putar, ayo ikut Daddy!" Reynald membeli beberapa buah tiket untuk mereka. Keceriaan tergambar jelas di wajah mereka.
Reynald sangat menikmati liburannya kali ini, tak ada beban. Yang ada hanyalah senyum dan tawa ceria bersama malaikat kecilnya.
Setelah lelah seharian bermain diluar. Abraham mengantar Reynald dan Rain kembali ke Mansion mereka.
Rey kemudian memandikan Rain dan memakaikan pakaiannya sendiri tanpa bantuan asisten rumah tangganya.
"Rain, mau tidur, apa nonton dulu?" Tanya Rey, saat waktu menunjukkan pukul 09.00 pm.
"Aku mau tidur saja, aku capek, Dad!"
"Baiklah Daddy temani Rain tidur ya!" Pria itu mengantar Rain ke kamarnya. Sebuah kamar yang didominasi cat berwarna biru muda, serta tempat tidur yang bergambar kapten Amerika.
Rey berbaring disebelah kanan tempat Rain tidur. Dia membacakan sebuah buku dongeng untuk Rain, seperti yang biasa dilakukan nyonya Marilyn pada Rain setiap kali bocah itu hendak tidur. Setelah putranya tertidur, Reynald pun tertidur disamping Rain, sepertinya mereka kelelahan, karena seharian bermain di pantai.
Reynald bangun dari tidurnya saat pagi menjelang. Tubuhnya terasa lebih segar, dan untuk pertama kalinya juga Rey bisa tidur dengan nyenyak, tanpa mimpi buruk, sejak dia pulih dari kecelakaan.
Putra kecilnya masih tertidur dengan pulas, Rey tersenyum memandang wajah malaikat kecilnya yang tampak damai. Tangan kokoh itu mengusap rambut Rain dengan perlahan, Rey memberikan sebuah ciuman di kening Rain.
Kemudian Rey keluar dari kamar bocah itu untuk menyiapkan diri untuk beraktifitas seperti biasanya.
"Daddy, Daddy mau kemana?" Tanya Rain keluar dari kamarnya sudah dalam keadaan rapi.
"Rain sudah bangun, siapa yang mandiin?" Rey balik bertanya.
"Aku bisa mandi sendiri, Dad l?" Kata Rain sambil duduk disamping Reynald yang sedang memakai sepatunya.
"Anak pintar," puji Reynald mengusap lembut pucuk kepala Rain.
"Rain mau ikut Daddy ke kantor?"
"Mau Daddy," tawaran Reynald disambut gembira oleh putra kecilnya.
"Baiklah, kalau begitu kita berangkat setelah sarapan!"
"Oke, Dad!"
Rey tersenyum lebar, kemudian mengendong bocah itu ke ruang makan.
Lily sang ART sudah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Rain sangat menikmatinya.
Saat sampai di perusahaannya, semua mata karyawan tertuju pada sang presdir mereka, pria tampan itu berjalan bergandengan tangan menuju ruangan kantor Rey dilantai 10 gedung pencakar langit itu, yang membuat heran adalah wajah sang bos tampak cerah dengan senyum yang memikat, tidak seperti sebelumnya, dingin dan datar, bahkan terkesan menyeramkan.
"Anak siapa yang dibawa Mr. Wilson?" Bisik seorang karyawan wanita bernama Bella.
"Entahlah, Mungin anaknya, lihat wajah mereka sangat mirip." Jawab yang lain.
"Tapi, Mr. Wilson kan belum menikah, tunangan dengan Nona Claire pun batal."
Kata Bella lagi.
"Sudahlah ayo kita kerja! Tuan Abraham mau lewat, nanti kita dimarahi!" Karyawan itu buru-buru kembali ketempat kerja masing-masing.
Sementara Reynald bekerja , Rain bermain game dari ponsel yang dibelikan Rey kemaren. Rain sangat menyukainya. Sesekali Reynald menoleh ke arah tempat Rain duduk di sofa.
"Daddy,....aku mau ganti gamenya, boleh!" Tanya Rain mendekat kearah Rey yang sedang bekerja.
"Ada apa, sayang!' Rain mau game apa?".
"Aku tidak tahu, Dad tapi cariin yang susah, permainan itu terlalu gampang." Ujar Rain.
Rey tersenyum lebar.
"Anak Daddy pintar, .... bagaimana kalau Brain Game, Rain coba dulu ya!" Rey membantu Rain mencarikan Game untuk Rain di play store.
"Oke Dad!"
Reynald tersenyum, rasanya tidak puas menatap wajah kecil menggemaskan itu hanya dalam waktu 24 jam. Rain adalah malaikat yang diturunkan Tuhan untuk membuat kehidupan Reynald lebih berwarna.
"Honey, seandainya kamu ada disini!" ucap Reynald tiba-tiba mengingat kekasihnya.
"Kita akan berbahagia bersama, hanya kau, aku dan buah hati kita. Honey, aku merindukanmu," Rey mengusap matanya yang berkaca-kaca.
******
Abraham masuk keruangan Rey, setelah mengetuk pintu, seperti biasanya.
"Rey, ini sekolah yang aku rekomendasi kan untuk Rain, sekolah terbaik di kota ini." Kata Abraham, menyerahkan selembar brosur berisi tentang profil sekolah yang akan dimasuki Rain.
"Apa sekolahnya berasrama?" Tanya Rey, menatap Abraham lekat.
"Ada, tapi siswa tidak harus tinggal di asrama, kenapa Rey?" Abraham. Pria itu duduk di sofa sambil merentangkan tangannya di sandaran sofa.
"Tidak, aku hanya tidak mau, Rain di asrama, aku yang akan mengantar jemput Rain setiap hari." Kata Rey yakin.
"Itu lebih baik, Rey..... Rain akan merasa diperhatikan dan dicintai."
"Ku harap begitu." Reynald tersenyum.
"Rey, kau tidak ingin memberikan sosok seorang ibu untuk Rain."
Rey menggeleng,
"Zee, dia tidak akan tergantikan, Abraham!" Seru Reynald. Suaranya terdengar serak.
Abraham mengerti, Reynald sangat terpukul dengan kehilangan ibunya Rain.
Abraham mengangguk.
"Lagi pula, Rain terbiasa sendiri, walau tanpa seorang ibu," lanjut Reynald.
"Maaf Rey, aku tidak bermaksud mengatur hidupmu, aku hanya ingin, melihat kau bahagia, itu saja." Jawab Abraham.
"Kehadiran Rain, sudah cukup bagiku, Abraham!" Reynald memandang putranya yang sedang asyik bermain game.
*****
Setelah pekerjaan beres, Rey mengajak Rain untuk pulang kerumah, setelah sebelumnya mereka makan diluar
Setelah mandi.dan berganti pakaian, kedua pria tampan berbeda usia itu, asyik bermain kuda-kudaan, Rain bersorak gembira, saat naik ke punggung Daddy nya.
"Daddy, ayo jalan !" Seru Rain,sambil menggoyangkan tubuhnya, seolah seorang joki yang sedang memacu kudanya.
"Sebentar saja ya, Daddy capek !" Rey mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.
"Baiklah Dad,.." Rain turun dari punggung ayahnya.
Saat bersamaan, Daddy Ronald masuk ketempat Rain berada, bersama mommy Jenny. Melihat kedatangan keduanya, Rey menyuruh Rain untuk masuk ke kamar nya.
"Rey! kau jelaskan pada Daddy, siapa anak itu?" tanya Daddy Ronald tanpa basa basi.
"Daddy, namanya Rain, dia putraku dan Zevanya, apa ada masalah?" Rey menatap Daddy nya dengan perasaan tidak suka.
"Kau tidak boleh percaya begitu saja, Rey. Kau harus melakukan tes DNA, bisa saja wanita itu menipu mu."
"Maafkan aku Dad! Aku tidak butuh pendapat Daddy, aku tidak akan melakukan tes apapun, karena aku yakin Rain adalah putraku, orang lain saja, bisa melihatnya Dad, kenapa Daddy masih menyangkalnya." Reynald merasa kesal melihat Dad Ronald.
"Aku tidak mau anak haram mu itu kelak, menjadi pewaris RW Company." Ujar Daddy Ronald angkuh. Rey tampak geram, saat sang Daddy mengatai Rain sebagai anak haram.
"Cukup Dad, keluar dari rumahku! kalau Daddy tidak suka, silahkan ambil semua milikmu, aku tidak butuh." Teriak Reynald marah.
"Berani sekali kau mengusir ku!" Daddy Ronald tidak terima perlakuan putranya.
"Daddy, sudahlah...jangan begitu!" Mommy Jenny mencoba menengahi kedua pria yang dicintainya itu.
"Anak kurang ajar, lihat saja dia berani menentang ku." Daddy Ronald tidak mau kalah.
"Daddy .. aku capek, kau selalu mengatur hidupku, kenapa kalian tidak sadar juga, bahwa apa yang terjadi padaku adalah Karena keegoisan kalian, seandainya saja kalian mau menerima wanita yang kucintai, hidupku tidak akan hancur seperti ini." Teriak Rey sambil memegang kepalanya yang tiba-tiba sakit, Karena emosi.
"Rey.... Kamu sakit !" Mommy Jenny tampak cemas melihat Reynald yang berusaha keras menahan rasa sakit di kepalanya.
"Mom, tolong ajak Daddy pergi dari sini, aku tidak ingin melukainya nanti." Ucap Rey memejamkan matanya. Hatinya geram, kedua buku tangannya mengepal dengan kuat.
Mommy Jenny berdiri dan membawa Daddy Ronald keluar dari Mansion milik putra mereka.
"Dad...kamu pulang duluan saja, aku akan menemani Rey disini, aku takut dia melukai dirinya sendiri," kata mommy Jenny.
Pria tua itu mendengus, marah dan kesal.
Reynald mengamuk di kamarnya, membanting semua yang ada didepannya, Mommy Jenny segera ke kamar Reynald, dia melihat putra semata wayangnya itu duduk dilantai kamar dengan tangan terluka.
"Tolong jangan dekati aku, mom..!" Rey mengangkat tangan kanannya, untuk menahan agar mommy Jenny tidak masuk.
"Daddy....Daddy sakit, Daddy terluka !" Rain yang mendengar suara gaduh dikamar Rey, segera berlari menghampiri pria itu. Dan memeluk Reynald dengan tangan kecilnya erat.
"Rain....!" Rey kaget dengan kedatangan putranya.
"Rain, kamu main di kamar dulu ya!" Reynald melepaskan diri dari pelukan pria kecil itu.
"Daddy, kata Grandma, kalau kita punya masalah, kita harus membaginya dengan yang lain." Kata Rain polos.
Rey memejamkan matanya sejenak, pelukan hangat putranya mampu memadamkan api yang bergejolak dalam dirinya. Setetes air mata jatuh membahasi pipinya.
"Daddy tidak boleh nangis! Kata Grandma anak laki-laki tidak boleh cengeng." Rain mengusap air mata pria itu dengan tangan kecilnya.
Mommy Jenny terenyuh menyaksikan interaksi kedua anak dan ayah itu. Dia ikut menangis. Rain memandang kearah Mommy Jenny.
"Daddy, itu siapa?" Tanya Rain, menunjuk kearah mommy Jenny.
"Ini Grandma juga Rain, mommynya Daddy Rey "kata mommy Jenny tersenyum.
"Grandma? Dad, apakah itu benar?" Tanya Rain lagi.
Reynald mengangguk.
"Rain, kau tidak mau memeluk grandma?"
Mommy Jenny mengulurkan kedua tangannya. Rain tersenyum, masuk ke pelukan wanita didepannya.
"Daddy, aku senang, aku bisa punya Grandma lagi." kata Rain polos menatap wajah Mommy Jenny dengan senyum manisnya.
Rey bangkit dari duduknya dilantai dan berpindah ke atas tempat tidur. Pria tampan itu membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata sesaat, hingga tertidur setelah mengkonsumsi obatnya.
Sementara Rain asyik mengobrol dengan mommy Jenny di kamarnya. Entah apa yang mereka bicarakan, karena pria kecil itu sering membuat Mommy Jenny tertawa, sungguh sesuatu yang baru mommy Jenny rasakan.
Bercengkrama dengan seorang anak kecil, yang bicara layaknya orang dewasa. Hal langka yang tidak pernah dia temui selama ini dalam keluarga kecilnya. Karena sifat Daddy Ronald yang arogan dan pemaksa, membuat hubungan Reynald dan Daddy nya tidak pernah sedekat itu.
Bersambung
Pingin nangis/Sob//Sob/