Saksikan perjalanan seorang gadis yang tidak menyadari apa yang telah disiapkan takdir untuknya. Seorang gadis yang berjuang untuk memahami konsep cinta sampai dia bertemu 'dia', seorang laki-laki yang membimbingnya menuju jalan yang lebih cerah dalam hidup. Yuk rasakan suka duka perjalanan hidup gadis ini di setiap chapternya.
Happy Reading 🌷
Jangan lupa likenyaa💐💐💐
Semoga kalian betah sampai akhir kisah Alsha🌷 Aamiin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Eliyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Perubahannya
...Assalamualaikum guys!! Sebelum baca, bantu support yaa dengan follow, Like dan komen di setiap paragraf nya!! Karena support kalian sangat berarti bagiku💐Makasiiii!🌷...
...••••...
...🌷Happy Reading 🌷...
...•...
...•...
...•...
...Kebencian adalah cinta yang terlalu ragu untuk menunjukkan rasa sayangnya...
...°°°°...
Hari ini, setelah upacara selesai, seluruh siswa SMAN Cendana masih diminta untuk berkumpul di lapangan. Pak Iwan menyampaikan bahwa ada pengumuman penting.
Kami sudah menunggu lama sekali, sekitar 15 menit, sebenarnya sudah waktunya untuk kelas pertama. Namun karena ada pengumuman penting, jam pelajaran pertama jadi free. Padahal jamkos itu akan lebih menyenangkan di kelas, bukan di lapangan. Iya kan?
"Pengumuman apa ya?"
"Bilangnya sih kejutan."
"Wah kejutan apanih."
"Kejutan sih kejutan, tapi kita udah kek ikan asin disini. Panas woy!" Keluhan anak-anak yang sedari tadi menunggu 'kejutan' dari Pak Iwan.
Tiba-tiba segerombolan siswa laki-laki mendekat.
"Hai neng Alsha." sapa Abhi dulu, yang kemudian ditarik bajunya oleh Nevan, "Lo di sini aja, ngapain berdiri di samping Alsha." Membuat Abhi mundur beberapa langkah
"Ya elah, kan gue cuma mau nyapa doang."
Mata Nevan seolah memberi isyarat, 'ada Keenan'
"Eh, pak ketua. Silahkan pak ketu." tangan Abhi menyambut langkah Keenan yang menuju ke arahku. Aku menggeleng pelan. Ada-ada saja.
"Bro, hari ini bener-bener panas parah ya, gue rasa kita bisa masak telur di disini." ucap Abhi
"Iya nih, udaranya kayak lagi ngegas di sauna, tapi tanpa akses gratis air minum." sahut Nevan
"Gue jadi mikir, mungkin kita perlu bikin gerakan 'Lapangan Sekolah Adem' dengan nambahin pohon-pohon rindang." sahut Abhi lagi
"Atau kita bisa bikin acara 'Festival Es Krim Abadi' di sini, biar ada yang bisa bikin adem pas panas kayak gini."
"Keren tuh! Kita bisa jadi influencer es krim nomor satu di sekolah!"
"Deal! Gue bikin es krim, besok lu bawa payung stylish biar tetep kece di bawah terik matahari."
"Siap! Kita jadi duo penyelamat dari cuaca panas di sekolah ini!"
Aku menggelengkan kepalaku, obrolan mereka mulai kemana-mana. Tapi lucu juga.
Eh? "Ngapain tangan kamu gitu, Keenan?" Aku terkejut ketika melihat tangan Keenan yang menutupi kepalaku
"Biar gak panas."
Aku tertawa kecil, "Tapi tangan kamu yang kepanasan nanti." ucapku, sambil mendongak ke arah laki-laki pemilik wajah tegas itu.
Dia menatap balik ke arahku, "Panasnya gak bakal seberapa kalo udah ngeliat senyum kamu, Sheena."
Aku tertawa, dia selalu saja bisa bikin mood ku membaik.
"Ah elah, Kalo gini ceritanya, bukan cuma badan gue yang kering, tapi gigi gue juga." ucap Abhi, membuat kami tertawa
"Yang Jones minggir jauh-jauh!" sahut keenan
"Weh, bos?" Abhi memegang dadanya, "Kit! tau digituin."
Kami kembali tertawa. Abhi, dia ada aja kelakuannya.
"Nanti malem sibuk gak?" tanya Keenan padaku
Nanti malem? "Gak tau" jawabku, karena gak ada Aline, aku jadi ngerasa..
"Yaudah." ucapnya, aku mendongak, "Nanti malem aku bakal ke rumah kamu." ucapnya lagi
Mataku membesar, sendirian?
"Bareng anak-anak, tenang aja." tambahnya lagi, sambil tersenyum.
Aku tidak merespon, pikiranku saat ini kemana-mana. Aline, coba aja dia ada disini.
"Kita gak bakal ngapa-ngapain Lo, kok All" sambung Kafka, sepertinya dia memperhatikan obrolan kami
Aku tersenyum, "Oke."
"Kamu takut sama aku?" tanya Keenan
Eh? Kenapa Keenan bilang gitu?
"Aku ke rumah kamu buat mastiin, kamu aman." bisik Keenan, aku menoleh, aman?
"Aku gak mau terjadi apa-apa sama gadisku." tambahnya lagi, aku melotot, tapi dia malah terkekeh pelan.
Baik anak-anak, perhatikan sebentar, maaf jika sudah menunggu lama.
Tiba-tiba pak Iwan datang, anak-anak berhu pelan, kami sudah lama disini.
Kami ingin mengumumkan beberapa hal penting terkait agenda sekolah kita. Yang pertama, pemilihan umum ketua OSIS akan dilaksanakan Minggu depan, dan sosialiasi program kandidat ketua OSIS dan Wakil ketua OSIS akan dimulai lusa.
Anak-anak ber-oh pelan. Jadi ini, katanya ada kejutan. Tapi anak-anak tetap senang, karena kami paham, setiap ada sosialisasi program kandidat OSIS, jam pelajaran akan dikosongkan, dan artinya itu berlangsung selama seminggu.
"Party kita bro!" ucap Abhi
"Ini nih yang paling gue suka, jamkos!" ucap Nevan dengan menekankan kata 'jamkos' nya.
"Sekali-kali otak kita emang butuh di refresh dari tekanan pelajaran, ya gak?" tambahnya lagi
"Kayak yang belajar aja, Lo!" sahut Kafka, yang disahuti cengingisan. Aku melihat ke arah Keenan, dia dari tadi menatapku?
"Kamu kenapa menatapku seperti itu, Keenan." aku mengalihkan pandanganku ke depan. Dia malah terkekeh pelan.
"Turunin tangan kamu, nanti ketahuan pak Iwan" tegurku
Eh? Dia menurunkannya, tumben nurut.
"Tuh kan tangan kamu merah, kamu sih ngeyel." omelku sambil memegang lengannya, tangan kami gak bersentuhan langsung, aku cuma menyentuh jaket jeans nya.
"Cie perhatian cie." sahut Abhi
"Cium aja All, biar merahnya ilang" sahut Nevan
Aku melotot ke arahnya, "Canda All" ucapnya lagi
yang diikuti ketawa kami.
Tolong perhatikan lagi, ada satu kejutan untuk hari ini.
"Wah, ini nih kejutannya!"
"Apa yaa kira-kira?"
"Apakah pak Iwan akan mentraktir kita selama seminggu?"
kalimat random yang dilontarkan anak-anak kelas sebelah
Kami akan memberikan apresiasi kepada siswa yang berprestasi selama satu semester berturut-turut karena telah mengharumkan nama sekolah ini. Dimohon kepada siswa yang dipanggil namanya, maju kedepan.
Arshaka Najendra kelas XI IPA 1 dan Alshameyzea Afsheena kelas XI IPA 2.
Wah? Aku? Coba ada Aline, pasti dia akan jingkrak-jingkrak seperti biasanya.
Kangen Aline.
Ucapan selamat dari teman sekelas membuatku senang, termasuk Keenan.
"Selama neng Alsha! Kita bangga banget!" ucap Abhi
"Selamat All" ucap Nevan dan Kafka barengan
"Selamat, Sayang." kata Keenan sambil tersenyum padaku. Temen-temennya tertawa pelan, memperhatikan kami berdua.
Ucapan selamat darinya membuatku tidak aman, aku segera maju ke depan, mencoba menyelamatkan diri.
Sesampainya di depan, ternyata malu juga dilihat oleh seluruh siswa SMAN Cendana, apalagi harus berdiri bersama--
"Kenapa lo di situ? Jauh amat dari gue." Aku tidak menggubris nya. Terserahku lah.
"Jangan jauh-jauh Alsha, sinian." ucap Pak Iwan
"Lo gak denger?" ucapnya lagi
Aku mendekatkan diriku, selangkah. Tapi posisi kami tetep masih jauh.
"Lo kenapa sih? Apa perlu gue rangkul?"
Aku melotot, heh! dasar! Aku mendekat ke arahnya, tepat disampingnya, jarak kami hanya setengah meter saat ini. Dengan disaksikan oleh seluruh siswa SMAN Cendana. Sebagai siswa berprestasi. Bukan yang lain.
Mereka ini berhasil membawa nama baik sekolah ini di ajang OSN (Olimpiade Sains Nasional) dan OMN (Olimpiade Matematika Nasional). Dan sama-sama meraih medali emas dan juara umum tingkat Nasional.
Suara tepuk tangan memenuhi lapangan sekolah kami. Sorakan demi sorakan bisa aku dengar. Kalian keren!
Selamat ya buat Arshaka dan Alsha, kalian emang luar biasa! Terima kasih juga buat semua yang udah dukung perjalanan sekolah kita sampai sejauh ini.
Kemudian pak Iwan dan Bu Sri memberikan medal ribbon pada kami. Setelah dokumentasi selesai, siswapun dibubarkan dari lapangan.
Ketika aku mau ke kelas, langkahku terhenti.
"Sayang, ini buat kamu." Seorang siswi cantik dengan gaya rambut terurai menyodorkan satu buket ke cowok itu.
Oh iya, aku lupa satu hal. Di sekolah kita, selain Deket dengan toko buku, ada juga toko yang khusus buat gift, bisa buket, barang berharga, dan lainnya. Jadi kami gak perlu pusing-pusing mikirin mau kasih kado apa misal ada yang ultah.
Pacarnya?
Aku tau siapa dia, Clarabella Belvani, dia juga kepilih jadi kandidat OSIS, kami pernah bertemu saat dipanggil oleh pak Iwan. Penampilannya sangat menarik, sepertinya dia jago dalam dunia fashion.
"Makasih."
"Senyum dong sayang, kamu kan baru saja dapet medali." Cowok itu hanya mengangguk pelan, tersenyum tipis, tapi ke arah ku. Aku langsung mengalihkan pandangan setelah mata kita bertemu. Takut ketahuan.
"Kita foto berdua yuk!" ajak Clara, dia memegangi lengan cowok itu dari tadi.
"Nanti aja. Gue mau ke kelas." Cowok itu melepas tangan Clara, melangkah pergi, bukan ke kelas, tapi..
"Buat Lo."
Mataku membesar, kenapa dia malah ngasihkan buket nya ke aku?
"Loh! sayang, kan itu dari aku, kenapa di kasihkan ke dia sih!" ucap Clara, dia menatapku dengan kesal
"Buket itu udah milik gue, dan gue berhak mau ngasih ke siapapun." Dia memaksaku menerima buket itu, lalu pergi lebih dulu. Clara pun ikut pergi, mengejar cowok itu.
Aku gak habis pikir dengan kejadian barusan. Aku masih mematung. Diam di tempat. Sampai gak sadar, ada tiga pasang mata yang sedang menatapku tajam dari kejauhan.
Tatapan tidak suka.
----
Huft! Aku menghela napas panjang, mencoba melupakan kejadian tadi. Lalu mataku menatap bangku kosong di sebelahku, 'Gak ada Aline, sepi juga.'
Aku ber-hm pelan, mencoba cari kesibukan biar gak sedih. Hey Alsha! Kamu baru aja dapet medali, kenapa malah sedih sih!
Tanganku mengeluarkan buku paket IPA, aku mengerjakan soal-soal latihan, supaya sedihku hilang.
Tiba-tiba Keenan datang, dia menatapku sebentar lalu melewatiku. Pandanganku mengikuti langkahnya, laki-laki pemilik wajah tegas itu mengambil tasnya, hendak keluar kelas.
"Kamu mau kema--" dia sudah pergi tanpa menatapku sama sekali. Eh? dia nyuekin aku?
Aku mengejarnya, dia tetap jalan dengan langkah cepat. Aduh, aku juga bakal sia-sia kalo ngejar dia. Pengalaman ngejar cowok aneh itu.
Tapi, Keenan.. dia baru kali ini nyuekin aku. Aku tetap berusaha mengejarnya. Sampai kami berada di kantin. Laki-laki pemilik wajah tegas itu duduk di salah satu meja kosong, dia meletakkan tas yang baru saja ia sampirkan di salah satu bahunya, ke atas meja. Dengan seragam putih abu-abu yang tidak ia masukkan ke dalam celananya, ditambah jaket jeans berwarna hitam, membuat dia semakin digilai sama adek kelas. Aku melihatnya tadi ketika dia berjalan menuju kantin, beberapa pasang mata memperhatikannya, kagum. Keenan, dia emang setampan itu. Keenan Aksara. Pemilik wajah tegas tapi kalo tersenyum membuat yang melihatnya langsung pusing.
Aku mencoba memberanikan diri untuk menghampirinya, ditengah-tengah banyaknya siswi di kantin yang sebenarnya juga mau menemani dia. Siapa yang tidak jatuh cinta dengan laki-laki pemilik wajah tegas itu? Punya segudang prestasi di bidang non-akademik ditambah lagi ayahnya sebagai donatur utama di sekolah ini.
Aku hendak duduk di depan dia, sebelum itu aku melihat Abhi dan Nevan yang hendak menghampiri kami, tapi Kafka mencegahnya, mereka bertiga memilih duduk jauh dari meja kami. Aku Menghela napas panjang, mencoba bicara.
"Keenan?"
Dia tidak menoleh sama sekali, tangannya sibuk dengan handphone yang ia pegang.
"Keenan, kamu kenapa?"
Satu menit aku menunggu respon Keenan. Nihil. Dia tetap asik dengan handphone nya.
"Keenan? Apa aku ngelakuin kesalahan, sampe kamu cuekin aku?" ucapku dengan nada sedikit sedih. Dia memasukkan handphonenya ke saku, menatapku, dengan tatapan yang tidak seperti biasanya.
"Jangan ganggu gue." dia kemudian mengambil tasnya lalu pergi meninggalkan aku sendirian.
Deg!
Ini beneran Keenan yang aku kenal? Dan aku gak salah dengar kan barusan? Gue? Biasanya dia pake 'aku-kamu'. Mataku mulai nanar.
Terasa seperti berat di dada, aku kesulitan bernafas ketika melihat sikapnya hari ini.
Kenapa aku menangis?
"Yang sabar All, nggak usah terlalu dipikirin kata-katanya." ucap seseorang, aku menunduk, berusaha menghapus air mataku.
"Kalo Lo mau cerita, cerita ke gue. Gue siap dengerin keluhan Lo tentang Keenan. Karena gue yang paling kenal dia di antara yang lainnya." ucapnya lagi
Aku mendongak, menatap laki-laki yang suka memakai Hoodie ke sekolah, dengan earphone yang melekat di telinganya.
Aku tersenyum tipis, berusaha menahan air mataku. "Thanks, Kafka."
Dia mengangguk pelan, "Sama-sama."
---
Aku berjalan gontai menuju gerbang sekolah, ini sudah waktunya pulang. Setelah kejadian di kantin tadi, pikiranku kembali dipenuhi oleh namanya.
TIN!
Suara klakson motor mengagetkanku. Aku menatap kesal ke siswa laki-laki itu, dia gak liat? Perasaan aku jalannya di tepi deh.
"Buket yang tadi gue kasih, mana?" Aku menoleh, mendengus kesal. Dia lagi.
Laki-laki dengan pakaian yang tetap rapi meskipun ini udah jam pulang sekolah. Aku jadi inget Keenan, mereka bertolak belakang sekali.
Cowok itu membuka helm full face nya, membuat rambutnya berantakan, tapi tetap saja wajahnya berhasil membuat para siswi yang masih di area sekolah tergila-gila padanya. Dia cowok populer nomor 1 di sekolah, setelah Keenan. Arshaka Najendra.
"Lo budeg?"
Aku melotot ke arahnya, anak ini, udah berapa kali bilang aku budeg. Pengen ku getok rasanya tuh jidat.
"Kenapa nanya-nanya." cetusku
"Takut Lo buang."
"Emang kenapa kalo dibuang?"
"Ya berarti Lo gak menghargai pemberian dari gue."
"Heh! Kalo mau dihargain balik tuh harus menghargai orang lain dulu!"
Cowok itu kemudian turun dari motornya, ia menghampiriku dengan tatapan tajam. Aku menelan ludah, apa kalimatku ada yang salah?
Dia menunduk, mendekatkan wajahnya ke arahku "Maksud Lo? Gue gak menghargai orang lain gitu?"
"Pikir aja sendiri!" sahutku, aku melanjutkan langkahku, meninggalkan cowok aneh itu.
"KALO LO PERGI, ITU ARTINYA LO JUGA GAK NGEHARGAIN ORANG YANG UDAH BELA-BELAIN TURUN DARI MOTORNYA!" teriak cowok itu, membuat langkahku berhenti, apa sih maunya nih cowok! Aku membalikkan badan dengan wajah kesal.
Dia menghampiriku. "Buketnya mana?"
"Di tas." Jawabku singkat
"Alamat rumah Lo di mana?"
"Hah?" Aku melotot bingung padanya, tiba-tiba banget nanya alamat rumah.
"Alamat rumah Lo dimana?" ucapnya lagi
"Ngapain nanya-nanya?"
"Suka-suka gue lah.",
"Yaudah, aku gak mau jawab."
"Lo it-"
"Hey! Kalian ngapain berduaan dipinggir jalan?" teriak laki-laki yang baru saja menghentikan motor sport nya di dekat kami. Dia turun sambil membuka helm nya. Tersenyum padaku, aku membalas senyuman nya. Aku ingat laki-laki ini, siswa paling ramah yang pernah aku temuin setelah Keenan.
Rey Algara. Pemilik wajah kalem yang membuatnya semakin terkesan ramah. Manis. Beda jauh sama saudaranya yang satu ini. Eh? Mereka beneran saudaraan? Kata Aline sih gitu. Tapi kenapa mereka jauh sekali ya perbedaannya, yang satu ramah yang satunya lagi galak banget kek singa.
"Lo yang ngapain disini!"
"Eh" Rey cengingisan, "Gue ngeliat Lo disini, jadi gue berhenti deh."
"Halo Alsha! Lo Alsha kan?" Dia tersenyum ramah padaku
Aku mengangguk, membalas senyumnya.
"Sendirian aja, mana Aline?" tanya Rey
"Dia sakit." jawabku
"Sendirian dong di rumah? Gak takut?" tanya Rey lagi
Eh? Dia tau kalo aku tinggal sendirian? Pasti Aline yang ngasih tau.
"Udah biasa." jawabku, membuat Rey menatap laki-laki yang sedari tadi memperhatikan obrolan kami. Dia diam sejak tadi.
"Lo kenapa diem?" tanya Rey ke saudaranya itu
"Lo tinggal sendirian?" laki-laki itu malah bertanya padaku
Aku mengangguk.
"Orang tua Lo dima--" tiba-tiba suara hp ku berbunyi, memotong kalimat cowok aneh itu.
Nevan: "All, Keenan kecelakaan, skrg kita di RS."
Deg!
Nek.. jadi begini rasanya jatuh cinta?
...BERSAMBUNG...
#alshameyzea
#alsha
#keenan
#aboutme
#fiksiremaja
#arshaka
------
Assalamu'alaikum, Hellow guys!! Bantu support yaa dengan follow, Like ❤️ dan komen di setiap paragraf nya!! Makasiiii!🌷💖
Mari kepoin cerita kami di ig: @_flowvtry
Salam kenal dan selamat membacaa. Semoga betah sampai akhir kisah Alsha! Aamiin.💖
Komen sebanyak-banyaknya yaaa!!!
Eh? Kalian mau kasih saran dan kritikan? Boleh banget!!
Thanks udah mau bacaa bab iniii sampe akhir!!💐
jd pengen baca terus menerus.
ditunggu updatenya kaak