NovelToon NovelToon
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: julius caezar

Kisah cinta anak SMA terhadap seorang dokter tampan yang baru saja dikenalnya di sebuah pesta ulang tahun temannya. Sonia demikian mabuk kepayang dan jatuh cinta pada dokter Monark, tanpa dia menyadari bahwa dia menjadi target sang dokter. Segala nasehat kakaknya tentang pribadi sang dokter, sama sekali tidak didengarkan. Tapi situasi bisa saja berubah. Bagaimana kelanjutan cinta Sonia dengan dokter Monark?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julius caezar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16 : ISENG

    Esoknya, anak anak asyik membicarakan suara gitar semalam. Mereka yang kamarnya di sebelah barat, telah melihat siapa pemainnya. Ternyata Doni, si pemuda nyentrik. Seperti kata Idham, dia bisa bermain gitar semalam suntuk. Jam berapa ya semalam dia pulang?

    "Mungkin nanti malam dia akan main gitar lagi," kata Zaza geli. "Sayangnya dia tak tahu kamar Nia ada di sebelah sana, bukan menghadap ke halaman depan.

    "Tapi dari kamarku suara gitar itu masih terdengar jelas kok," kata Kirana.

    Ketika Shisi mengajak semuanya menengok Sonia, merekapun membicarakan pelukis (atau pemain gitar?) nyentrik itu. Sonia membuat pengakuan yang mengejutkan.

    "Orang itu gila barangkali. Mungkin karena seniman. Atau pelukis sungguhan. Yang pasti, sinting! Hiii! Aku takut sekali padanya. Kan kemarin aku iseng lewat di depan rumahnya. Kebetulan dia sedang bermain bola dengan anjingnya di halaman. Aku dipanggilnya masuk. Karena memang sedang iseng, aku mau saja. Aku diajak ke ruang tamunya yang luas. Suasananya seperti di dalam kapal. Dindingnya di cat hitam putih, belang belang mirip zebra. Lampu lampunya temaram. Walaupun hari agak gelap, dia tidak mau menyalakan lampu utama yang terang. Lebih aneh lagi, semua kursinya terbuat dari bantal air! Ha, kalian tidak percaya? Sudah pernah lihat? Pasti belum! Kalau diduduki rasanya kita melesak ke dalam. Lalu dia duuduk didekatku. Makin lama bergeser makin dekat. Aku ya mulai takut dong? Ketika pembantunya membawakan minuman bewarna biru, kontan aku lari ke luar. Dia kaget tentu saja. Lalu mengejarku. Aku berusaha lari lebih cepat. Aduuh, rasanya aku bisa mati ketakutan waktu itu. Setiap saat terasa akan terpegang olehnya. Untung hujan mulai turun. Lebat! Rupanya dia takut air dan tak berani mengejar lebih lanjut. Akhirnya aku selamat juga ketemu rumah kosong."

    Ketika mendengar kisah itu, semuanya sepakat untuk memberi pelajaran kepada Doni. "Supaya nyentriknya bisa hilang," kata Shisi. Sonia belum mereka beritahu dulu tentang rencana ini. Nanti saja kalau sudah berhasil.

    Seharian itu hujan turun terus menerus. Mereka kuatir rencana akan gagal. Untunglah menjelang sore, langit berhenti juga menangis.

    Di halaman depan yang luas, terdapat empat buah selang air. Masing masing dengan kepala dari logam yang dapat diatur arah pancarannya.

    Semua pipa itu diangkat dari tempat semula di sudut sudut kebun, lalu dipindahkan ke tempat yang strategis, tersembunyi di balik semak semak. Kursi kebun diletakkan di tengah, dikerumuni oleh empat selang air. Bila nanti kran airnya dibuka.......nah! Shisi tersenyum penuh makna.

    Yang ditunggu pun tidak mengecewakan. Doni muncul dengan gitar dalam tentengannya. Semua gadis sudah tak sabar menunggu di kamar Shisi. Lampu sengaja dipadamkan, jadi mereka leluasa menengok ke bawah tanpa ketahuan.

    Kali ini sang gitaris datang lebih dini. Hari baru pukul sembilan malam. Di ruang bawah, Kirana, Monark dan Idham masih menonton TV.

    Gitarpun bersenandung pelan dan syahdu. Zaza meraba raba lengannya sambil berbisik, "Merinding bulu badanku!"

    Mereka biarkan gitar berdendang dulu satu lagi. Ketika mulai lagi ke dua, Shisi cepat cepat turun ke bawah. Dia menyelinap ke luar tanpa dilihat siapapun, melalui pintu belakang. Di pojok kebun diputarnya kran air sampai maksimal. Lalu dia bergegas lagi naik ke lantai dua. Belum lagi dia tiba di kamar, sudah didengarnya pekik kaget dari Doni. Terbirit birit dia masuk kamar, lalu menerjang ke jendela, ingin menyaksikan.

    Doni sedang mencak mencak sambil berteriak teriak seakan melihat hantu. Rupanya dia benar benar takut air. Mungkin keturunan kucing yang jarang mandi!

    "Ai ai, wow wow wow! Apa ini?! Hujan dari mana ini?! Aw aw air dari mana ini? Aduuh, aduh basah aku! Mati aku!"

    Semua yang menonton terpingkal pingkal dan terpaksa menutup mulut dengan tangan agar suara mereka tidak terdengar. Doni akhirnya berhasil keluar dari lingkaran pancuran air. Gitarnya yang basah disekanya dengan bajunya yang juga sudah kuyup.

    Dia memandang ke sana kemari. Akhirnya terlihat olehnya ke empat mata air rahasia itu. Dia menggeram. Dengan langkah langkah panjang dia menuju ke pintu depan. Bel ditekan tanpa dilepas, sehingga yang di dalam merasa bising. Bel baru dilepas setelah pintu dibuka oleh Monark.

    "Ada apa?" tanyanya keheranan melihat seorang laki laki basah kuyup. Rupanya pengamen yang kehujanan, pikirnya. Tapi hujan kan sudah lama berhenti? Tentu saja Monark belum mendengar siapa Doni.

    "Maaf, kami tidak ingin mendengarkan musik," katanya dan sudah mau menutup pintu kembali.

    "Tunggu dulu!" hardik Doni sambil menyelipkan gitarnya hingga pintu tak dapat ditutup. "Lihat baju saya! Basah kuyup! Apa apaan saya diguyur kayak kambing begini?" Dia melotot sehingga bola matanya sama besarnya dengan piring terbang di angkasa.

    Kirana dan Idham yang muncul di belakang Monark tak dapat menahan geli melihat keadaan Doni yang betul betul lepek kayak kucing kecemplung got.

    "Lho? Siapa yang mengguyur?" tanya Monark heran. "Memangnya saudara ada di mana?"

    "Mari saya tunjukkan," ajaknya dengan nada memaksa. Monark menatapnya, lalu berbalik memandang Kirana dan Idham seakan minta persetujuan atau penjelasan. Sambil menggerakkan bahu dan mengedip, diikutinya Doni ke halaman. Kirana dan Idham tertawa geli di belakang pintu. Mereka belum tahu apa yang telah terjadi, tetapi melihat Doni kayak cucian basah sungguh lucu.

    Di halaman, ke dua orang itu tidak melihat apa apa. Doni celingukan seolah mencari ular yang tadi memagutnya.

    "Apa yang mau anda tunjukkan pada saya?" tanya Monark.

    "Aneh! Aneh!" gumam Doni penasaran., tapi Monark sudah berbalik lagi ke arah rumah. Doni kelihatan mencak mencak lagi. Rambutnya di acak acak. Dia memandang berkeliling. Diperiksanya setiap sudut gelap. Dirabanya kursi yang basah. Tapi dia tidak bisa menemukan sumber air yang tadi mengguyurnya. Dengan uring uringan terpaksa dia berlalu. Sesekali dia masih menoleh ke belakang, sementara mulutnya komat kamit sendirian, penuh heran dan bingung.

    "Memang sinting orang itu!" tukas Alia dari tempat pengamatan.

    "Nyentriknya kebangetan!" kata Zaza. "Gitarnya dipeluk kayak bayi."

    "Yang begitu mau naksir Nia?" Shisi kegelian. "Hihihi, lucu!"

        Mendadak pintu kamar dipentang dan lampu dinyalakan. Gadis gadis itu gelagapan diterjang cahaya silau dengan tiba tiba. Semua menoleh ke pintu. Monark berdiri di situ bersama Idham dan Kirana.

    "Boleh aku tahu, kalian sedang main sulap apa di dalam gelap begini?" tanya Monark dengan serius.

    Shisi mengikik geli. "Kami baru saja memandikan kucing belang!"

    "Itu sangat tidak sopan." Monark berusaha menyembunyikan geli hatinya.  Tetapi Idham dan Kirana sudah tertawa ngakak.

    "Habis! Doni itu mau memperkosa Sonia, tahu!" seru Shisi seakan membela diri. "Sampai dia lari berhujan hujan dan jatuh sakit."

    "Haa? Mau diperkosa?" seru Kirana kaget setengah mati.

    "Bicara yang jelas!" perintah Monark penuh wibawa. Shisi meleletkan lidah. Monark adalah anak pamannya, mana dia takut padanya. Dengan ramuan berbagai bumbu yang berlebihan, diulangnya apa yang diceritakan Sonia tadi pagi. Semua orang melongo. Termasuk teman temannya sendiri. Bukan main pandainya Shisi. Kisah yang tidak berbahaya itu berhasil direkayasa hingga terdengar seperti percobaan pemerkosaan yang menyeramkan.

    "Kenapa tidak kau katakan kepadaku sebelumnya?" tanya Kirana. "Biar aku labrak orang itu!" Monark menoleh, memandangnya dengan aneh. Sikapnya yang melecehkan amat menyakitkan hati Kirana. Tanpa komentar lagi, Monark meninggalkan kamar itu, turun ke bawah.

    Anak anak berebut saling mendahului ke kamar Sonia untuk melapor. Kirana berpandangan dengan Idham, menggeleng. Dasar bocah!

1
Siti Khalimah
beneran tamat ni???
julius: Baca karyaku yg terbaru ya kak? Ketika Secuil Cinta itu Tumbuh. Terima kasih 🙏🙏🙏
julius: iya kak hehehe. Tunggu cerita berikutnya ya? Tidak kalah menarik kok. Jangan berhenti dukung author ya? 🙏🙏🙏
total 2 replies
Siti Khalimah
eh tambahdeh penggemar sonia
julius: dukung terus ya kak 🙏
total 1 replies
Siti Khalimah
moga kirana balikan sama ? monark
julius: sabar ya kak? up date nya sedang dikerjakan 🙏
total 1 replies
Siti Khalimah
uhh sakit
Siti Khalimah
ok semangatttt
julius: terima kasih kak
total 1 replies
Siti Khalimah
waduh gawat!!!!dendam den#am
Siti Khalimah
lanjuuutttt
Siti Khalimah
kenapa langsung kecantolya sonia?
julius: Hehehe, mungkin karena cinta monyet ketemu karisma dokter ganteng kak. Mohon terus dukung author ya kak...
total 1 replies
Morna Simanungkalit
tetap semangat ya thor
julius: Terima kasih. Terus dukung ya kak....
total 1 replies
Sunshine🤎
Semangat trs untuk authornya. 1🌹 for you sering² interaksi dan tinggalkan jejak di karya author lain dan promosiin karyamu Thor /Ok/
julius: Terima kasih. Dukung kami terus ya kak 🙏🙏🙏
total 1 replies
°·`.Elliot.'·°
Gila seru!
julius: terima kasih. dukung terus ya kak 🙏
total 1 replies
Haruhi Fujioka
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
julius: Sabar ya kak, tiap saat pasti di update koq. Terima kasih dukungannya 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!