NovelToon NovelToon
Nafkah Lima Belas Ribu

Nafkah Lima Belas Ribu

Status: tamat
Genre:Tamat / Janda / Selingkuh
Popularitas:2.4M
Nilai: 4.6
Nama Author: Mama nayfa

"Mas,minta uang boleh gak tiga ratus ribu,untuk beli kebutuhan dapur dan sabun sudah pada habis! " ucap ku lembut

" Uang aja kamu nih,gak mikir apa yang cari susah,kamu kan tau sekarang nih sulit cari uang taunya minta aja, mana banyak lagi." omel mas Riyan sambil membanting gelas di hadapannya.

" Tapi ini tanggung jawab mu mas,mama juga jarang minta minta uang segitu kalo gak bener-bener habis semua mas." jelasku, agar mas Riyan berfikir kebutuhan habis semua.

Ranita putri dulu adalah seorang janda mempunyai anak satu laki-laki bernama Anwar, ranita putri mengenal Riyan ketika ranita merantau kekota dan menikah.niat hati merubah nasip namun naasnya kehidupannya sangat jauh ketika dirinya masih sendiri apakah ranita mampu melewati semua dan meraih kebahagiannya kelak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Izin pulang kampung

Tak terasa 10 menit berlalu dan kini sudah sampai rumah mba Dina.

" Assalamualaikum." ucapku sambil ku ketuk pelan pintu rumah mba dina, dan benar saja langsung ada jawaban dari dalam rumah sepertinya suaranya dari dapur karena tidak terlalu jelas.

" Sudah nit kedokternya?" tanya mba ina saat sudah membuka pintu dan memintaku masuk kedalam untuk duduk.

" Ya mba makasih, oh iya ini untuk deni dan Raka." ucapku tak lupa ku sodorkan kantongan berisi cemilan untuk anak mba Dina.

" Lah kok malah repot-repot nit, sebentar tak ambilkan minum pasti haus.

" jawab mba dina hendak melangkahkan kaki namun aku suara lagi hingga menghentikan langkahnya.

" Duduk sini mba, aku mau ngomong sebentar." tanyaku sambil ku tepuk-tepuk sofa di sampingku.

" Ada apa nit, kok kayanya mau ngomong serius." tanya mba dina sambil menjatuhkan bokongnya di sofa yang ku tepuk.

" Begini mba, mba tadi gak ada ngomong-ngomongkan soal aku yang sekarang sama ibu salma,jujur mba aku harap mba aja yang tau takutnya klo banyak yang tau keluarga suamiku bakal mengganggu aku terus seperti beberapa bulan lalu sebelum aku berhenti kerja." ucapku taku-takut karena walau mba dina bukan tipe bermulut ember tapi rasa takut ketahuan itu ada.

" Gak lah nit insyaallah aku bisa menjaga ceritamu ini." kata mba dina membuatku bersyukur bisa sedikit tenang.

" Mba hari ini aku mau langsung pulang mba ke kampung, soalnya dapat tiket ya hari ini." kataku membuat mba dina sedikit kaget.

" Kok cepet nit, apa gak besok-besok aja, emang kalo hari ini tiketnya jam berapa kamu berangkat?" tanya mba dina.

" Jam 3 sore mba, tapi aku pergi jam 1 siang ini toh sekarang juga masih ada banyak waktu, rencana habis dari sini lngsung jalan sih mba soalnya aku juga sudah siapin semua dari beberapa hari lalu takut kalo dadakan aku repot." kataku kemba dina dan ku lihat wajah sedikit lega, karena mungkin dengan keadaan ku hamil takut terburu-buru dan membahayakan kehamilanku.

" Suami tau kalo kamu mau pulang?" tanya mba Dina.

" Sudah mba tapi aku gak bilang hari ini, soalnya dari semalam mas riyan gak ada pulang dia tidur tempat ibunya dari pulang kerja, jadi baru tadi pagi aku minta izinnya." jelasku panjang lebar.

" Trus riyan izinin gak?" ucapan mba dina seperti mewakili hatiku, ya dari nada bicara mas riyan tadi pagi antara tidak di izinkan ,tapi kalo keluargaku yang ngasih ongkos mau gak mau di izinkan,dari cara bicaranya mas riyan sudah berat keluarga dana lebih dari semestinya.

"" Ya, kalo di bilang izinin atau gak aku juga bingung tapi dari ucapan mas riyan dia gak bakal keluar dana untuk ku lebih dari yang semestinya yang ku terima, tapi kalo dari keluargaku katanya boleh pergi." jelasku bercerita soal pembicaraanku tadi pagi dengan mas riyan karena sudah beberapa hari setiap ingin ngobrol dengan mas riyan kalo orangnya gak di rumah ya sibuk sama duninya sendiri.

"Suami sableng." omel mba Dina aku hanya bisa tersenyum dengan ucapan mba Dina yang reflek.

" Ya sudah kalo kamu mau pulang kamu hati-hati di jalan kabari mba kalo udah sampai ya, soalnya mba bakal kesepian beberapa hari ini gak ada temen ngobrol lagi." ucap mba lagi pasti sedih ya mba dina seseringan ngobrol denganku, begitu juga dengan ku yang sudah sangat akrab seperti adik kakak.

" Pasti mba, ya udah mba aku mau pamit mau ganti baju dan siap-siap aku ambil anwarnya ya mba." pamit ku ada rasa sedih meninggalkan mba dina tapi mau di kata apa, aku tetap harus pulang kampung dulu.

" kakak anwar ayo nak kita pulang sudah siang." ucapku memanggil Anwar.

" Nit jangan lupa loh ya kabar-kabar." kata mba Dina mengingatkanku lagi.

" Siap mba, yuk kak pulang pamit dulu sama tantenya." pintaku ke anakku.

" Tante anwar pulang dulu nanti anwar main lagi sama Damar dan adek raka." kata Anwar dengan jelas.

" Ya, kamu gati-hati ya nit." ucap mba dina sedih terlihat jelas di matanya sudah berembun.

"Assalamualaikum." ucap kami berdua sebelum meninggalkan rumah mba dina.

" Wa'alaikumsalam, hati-Hati loh nit." ucap mba dina jangan lupa nit kasih kabar mba Yo.

" Ya mba." kata ku sambil ku langkahkan kakiku meninggalkan rumah mba Dina menuju rumah kontrak, setelah sampai ku pinta anwar mandi dan pakai baju yang tadi sengaja ku beli, karena emang baju anakku sudah tidak ada yang cocok untuk di pakai jalan, aku pun memakai pakaian terbaikku.

" Sudah selai belum kak." suaraku sedikit berteriak karena posisi anwar da di kamar mandi.

" Sebentar lagi ma." jawabnya dari dalam sedikit berteriak.

" Ok," ucapku singkat

" Ma,anwar sudah selesai bajunya mana?kita mau kemana ma?" tanyanya lagi.

" Kita mau jalan kerumah mbah uti sama Kakung anwar mau gak?" jawabku ya ku lihat Anwar langsung kegirangan sambil berloncat-loncat dan jalan menuju kamar aku pun menunggunya di depan pintu kamar.

*******

" Yan, tadi ranita bagaimana?" tanya ibu Ratmi ke anak lelakinya.

" Bagaimana-bagaimana gimana Bu?" tanya balik riyan hanya melirik ke kaca kemudinya.

" Ya maksud ibu ranita tanya gak kamu gak pulang semalam gitu?" kata ibu ratmi.

" Gak bu, sepertinya ranita sudah tau aku tidur di rumah ibu, tapi tadi pagi ranita minta izin katanya mau pulang kampung." ucap riyan menceritakan soal obrolannya sebelum pergi.

" Hah" teriak ibu darmi hingga membuat seisi mobil yang pada tertidur terbangun karena terkejut dengan suara lengkingan ibu darmi.

" Apaan sih bu berisik banget gak bisa apa kalo gak teriak-teriak sehari aja." omel reni kepada ibu ratmi.

"Reja ,kamu gantian gih bawa mobil, kalo riyan terus yang bawa nanti dia kecapean, yang ada malah kita semua kenapa-napa." omel ibu Ratmi ke menantunya agar mau bergantian karena ibu ratmi mau bertanya lebih ke anak lelakinya karena penasaran.

" Ya bu, kita istirahat di warung di sana sekalian isi perut ini sudah mau siang." jawab reza ke ibu mertuanya reza terpaksa ikut karena tak ingin mendengar suara cerewet Reni padahal reza masih kerja hari ini tapi terpaksa libur hingga beberapa hari, termasuk suami yanti pun ikut.

" Yan kenapa kamu tadi pulang gak ajak ranita sekalian,disini kamu loh yang gak ada istri." ledek mas diman ke riyan.

" Ngapai bawa dia mas, yang ada kita yang malu bawa gembel, udah dekil, miskin pula." omel reni ke kakak iparnya.

" Dekil dan gembel itu tergantung dari suaminya ada merawatnya gak? jangan mengatai orang lain belum tentu kita sendiri baik." ucapan reza telak membuat mata reni membulat dan langsung marah.

" Kenapa jadi kamu belain itu si babu mas, kamu lihat itu bajunya itu-itu aja gimana coba gak di bilang seperti gembel." omel dan hinaan Reni untuk ranita.

" Sudah lah percuma ngomong sama kamu dek." ucap reza mengalah dan berlalu pergi entah kemana.

Kini keluarga ibu ratmi sedang di sebuah warung persinggahan untuk para travel atau para pengemudi lainnya untuk beristirahat sebelum melanjutkan ke kota yang di tuju.

" Yan, tadi kamu bilang ranita ingin pulang kampung?" tanya yanti saat ini yanti bergabung dengan ibu dan adik-adiknya tak lupa suami dan anak-anak mereka.

" Ya mba" jawab singkat Riyan dan sambil menyeduh kopinya.

" Jangan bilang kamu kasih uang ranita untuk mudik?" jawab ibu ratmi dengan sedikit dongkol pikirannya jika benar riyan memberi uang ongkos pulang kampung ranita.

" Ya gak lah bu,aku gak kasih dia uang aku hanya bilang jika keluarganya transfer uang ongkos ya silahkan pulang tapi aku gak kasih ongkos apa pun itu jika dia tetap ingin pulang kampung." ucap riyan panjang lebar ke keluarganya.

"Kalo di transfer lumayan dong pastinya kan keluarga istrimu itu budenya punya sawah berhektar-hektar belum lagi ternaknya bisa lebih dari ongkos itu istrimu yan." ucap mba yanti berbinar membayangkan jika ranita dapat transferan dari kakak sepupunya itu yang sayang banget dengan ranita.

" Betul banget mba, trus klo transfer kemana? Kan ranita gak ada rekening? selidik reni sambil melihat ke arah kakaknya yang sedang asik memakan gorengan.

" Ya kerekening ku lah ren, masa kerekening tetangga gak mungkin lah coba aja nanti kita lihat ranita pasti nelpon mint rekening kalo dia ngomong sama keluarganya ingin pulang." kata riyan dengan pedenya mengucapkan itu semua riyan dan keluarganya belum tau aja kalo ranita sudah semingguan terima transferan dari kakak sepupunya dan sudah bersiap pulang kampung.

" Mita yang banyak mas kalo keluarganya mau transfer, nanti mas Kasikan aja uang kusus ongkos ranita sisanya buat kita-kita, kan lumayan mas kalo di transfer 5 jutaan kita kasih 1 juta aja untuk ranita kita suruh naik kapal pulangnya ranita kan orangnya penurut aja apa kata kakak." kata reni dengan santainya tanpa mereka sadari ada 4 pasang mata yang tak suka dengan prilaku mereka dan tanpa di sadari ibu ratmi dan riyan bahwa yanti dan reni sebenarnya sudah di kurangi jatah bulanan oleh para suami mereka sejak tau prilaku reni dan yanti yang tidak pernah mau berubah selalu menghasut riyan untuk berbuat zalim ke ranita.

"Ya lah, anggap aja uang administrasi." ucap riyan sombong.

" Ya Allah kasihan banget mba ranita mereka kok segitunya tak suka dengan ranita tapi kalo materinya di ambil paksa percuma aku menasehati istriku jika ternyata masih saja begini." batin reza sambil mengelus dadanya seolah semua nasehatnya ke reni tak ada satu pun yang di pakainya.

" Kasihan sekali ranita,ketemu keluarga toxic orangnya di benci tapi materinya mau,gak salah kata bapak dan ibu ku dulu,sayang sekarang aku sudah punya anak 2 kalo gak ku tinggal yanti ini, capek juga nasehatin Yanti ternyata masih saja begini." kata batin mas diman suami yanti. dulu orang tua diman gak setuju karena ibu ratmi yang sombong dan angkuh serta ibu ratmi selalu memandang rendah kepada orang lain yang menurutnya bukan levelnya.

1
anastasia awi
Ranita syg ew
Lilijani Martini
ya ,emg hrs berani ambil langkah , sebelum lebih menyesal, krn makin lama
Kutipan Halu
hai kak mampir y kak ke cerita terbaru aku AIR MATA PERNIKAHAN !!!.
jangan lupa saling dukunggg
Anonymous
ok
Anonymous
keren
Anonymous
kenapa
Erha Print
Luar biasa
Mely Susilawati
Dia pikir makan itu murah!
Parmi Suji
Luar biasa
syamsul anam
jgn" bu ratmi ada kelainan..pikiran nyimpang jauh bnget..gk cpek apa..
Fajar Ayu Kurniawati
.
Misaza Sumiati
bodoh ranita
Syafrita Sembiring
untung kamu bukan lakik ku yan,klau benar ia udah ku kubur kau hidup2..greget aku dg mu dan keluarga toksis mu itu
Ficky Amalia
emosi bgt aq bacanya.. 😂😂🤭
eva Sekayu123
emosi si liat ri ranita karakter nya
Yuli Nar
tingggalin aja si Rian kampret itu.
Anonymous
8
Dewi Anjasmaraa
ceritanya muter2 belum lagi typonya yg agak amburadul bikin agak bingung bacanya
Dewi Anjasmaraa
jangan lupa bawa surat2 penting biar gampang klo mau ceraikan si suami zolim
Dewi Anjasmaraa
400 juta waaawww... bisa2 pingsan klo suami ipar mertua tau ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!