Menikah dengan seseorang yang di cintai adalah impian semua orang, sama seperti Meta yang akhirnya bisa bersanding dengan lelaki yang ia cintai sejak kecil— Dipta.
Namun setelah menikah sikap Dipta yang dulu hangat, berubah semakin dingin dan tak terjangkau.
Meta tak tahu kenapa!
Namun akhirnya sebuah rahasia besar terungkap, membuat Meta bimbang, haruskah dia melepaskan orang yang ia cintai agar bahagia.
Atau membuktikan pada Dipta bahwa kebahagiaan lelaki itu ada padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berharap
Lauren lalu menceritakan siapa sebenarnya Jelita. Dia berharap sang putra mengerti alasan di balik mengapa dirinya tak merestui hubungan keduanya.
Dipta yang mendengar cerita sang ibu sedikit syok. Dia tak mengira ternyata ayah mertuanya menyimpan rahasia yang cukup besar.
Rahasia itu memang tersimpan rapat-rapat, pantas dulu pernah beredar rumor jika Zaky memiliki putri lain, tapi dia tak menyangka jika itu adalah Jelita.
Namun, sisi hatinya tak bisa menerima hal itu begitu saja.
Dipta merasa jika semua itu bukan salah Jelita. Memang Jelita bisa memilih ingin di lahirkan dari rahim siapa? Begitu pikirnya.
"Mah, itu kesalahan mamahnya Jelita. Bukan salah Jelita. Kami saling mencintai sebelum aku menikah dengan Meta. Aku tak selingkuh di belakang Meta."
Lauren menghela napas kasar, ternyata menyadarkan sang anak sangatlah susah.
"Kalau Jelita gadis yang baik, dia akan menjauh darimu saat tahu kamu sudah mempunyai istri. Percayalah, lambat laun kamu pasti akan mencintai Meta jika tak selalu di ikuti oleh Jelita."
Dipta menghela napas frustrasi. Bukan hanya Jelita yang mengikutinya, melainkan dirinya juga yang selalu ingin berada di samping wanita cantik itu.
"Kamu bisa bayangkan akan sebenci dan setrauma apa ibunya Meta kalau dia harus menghadapi kembali masalah yang sama? Dulu suaminya selingkuh dengan sepupunya. Kini anaknya di sakiti oleh anak tirinya? Tega kamu menyakiti mereka?"
"Kamu tak takut hukum tabur tuai Dip? Kamu saat ini tak merasa bersalah. Tapi apa kamu yakin kalau apa yang kamu lakuin ini ngga menyakiti orang-orang? Lalu apa yang kamu harapkan dari kehidupanmu yang telah menyakiti orang lain akan berkah?"
Di cecar seperti itu Dipta merasa terpojok. Dia tak menyalahkan orang lain. Di sinilah dia yang salah, dulu orang tuanya yang menjodohkannya tapi tak memaksa.
Hanya karena dirinya melihat sang ibu berharap sangat dengan perjodohan itu, dia tak mampu menolak.
Harusnya dulu dengan tegas dia menolak. Karena kebimbangannya, kini dia di hadapkan pada situasi yang lebih sulit dan rumit.
Di mana, sang ibu tak akan menerima Jelita karena masa lalu orang tuanya.
Dipta tidak sadar, memang tak semua anak akan menurunkan sifat orang tuanya. Namun Jelita mungkin salah satu yang menuruni sifat orang tuanya. Yaitu senang merebut milik orang lain.
Lauren tahu dan paham betul karena dulu Liliana, ibunda Meta sering mengeluhkan sifat Jelita yang selalu merasa iri dengan apa yang di miliki oleh Meta.
Liciknya gadis itu, saat di depan orang lain, bahkan orang yang bekerja di rumahnya, Jelita akan bersikap lemah lembut dan terlihat seperti korban.
Entah benar atau tidak, tapi Lauren percaya dengan cerita Liliana.
"Mah?" bujuk Dipta.
"Mau apa lagi Dip? Bukannya mamah udah mengabulkan permintaanmu? Jangan jadi manusia serakah. Kamu berharap semua ada di genggamanmu?"
"Kamu pilih Jelita, maka kamu akan kehilangan Meta dan Mamah."
"Kalau kamu memilih Meta, kamu hanya kehilangan Jelita, silakan pikirkan baik-baik."
"Tapi ingat satu hal, kalau kamu memilih Meta dan berencana tetap berhubungan dengan Jelita seperti saat ini, kamu salah, jelas mamah dan Meta akan membuat syarat yang ngga akan mudah!"
"Namun kalau kamu berpikir jika dengan memilih Jelita maka mamah lambat laun akan menerimamu, kamu salah. Mamah akan pergi jauh, sampai kamu tak bisa menemukan mamah. Kamu tahu bagaimana mamah kan Dip?"
Setelah mengancam sang putra Lauren memilih berlalu. Dia tak menaruh harapan banyak pada sang putra.
Lauren justru lebih merasa bersalah pada menantunya. Setidaknya gara-gara keinginannya, hati gadis baik itu hancur berkeping-keping.
Dipta yang mendengar ancaman sang ibu merasa sangat frustrasi. Dia paham betul bagaimana sang ibu, tak mungkin dirinya sanggup kehilangan sosok ibu yang sangat di cintainya itu.
.
.
Paginya, Lauren memilih pulang kembali ke rumahnya.
Segala perhatian Dipta pagi itu pun tak di acuhkan oleh Lauren yang lebih sering berinteraksi dengan Meta.
"Kenapa nginapnya cuma sehari sih Mah? Kita belum jalan bareng," rengek Meta.
Lauren tak bisa menutupi kesedihannya. Dia melihat sikap Meta yang ceria justru merasa khawatir.
Ya, dia khawatir jika Meta akhirnya juga menyerah dengan putranya.
"Mah?" panggil Meta bingung.
Lauren menggenggam kedua tangan Meta. Air matanya luruh, tapi segera di hapus olehnya.
"Maafkan mamah ya Met," ucapnya sendu.
Meta berpikir mertuanya meminta maaf karena tak bisa mengabulkan keinginannya. Sayangnya pikiran Meta salah, Lauren meminta maaf karena rasa bersalahnya atas sikap anaknya.
"Ngga papa mah, nanti Meta yang kerumah mamah deh."
"Iya mamah tunggu ya Nak. Kalau gitu mamah pamit ya."
Setelah kepergian sang mertua, Meta kembali menunjukkan wajah datarnya.
Dia berlalu dari hadapan Dipta tanpa sepatah kata pun.
Tak lama, dia kembali turun sambil membawa koper, membuat Dipta mengernyit heran.
"Kamu mau ke mana Met?"
"Aku rasa kita sudah selesai sampai di sini Dip. Toh mamah juga sudah tahu kan?"
Malam tadi, Meta terbangun karena haus. Dia lalu panik saat melihat sang mertua tak ada di sampingnya.
Dia lantas mencari keberadaan sang mertua. Tak sengaja Meta mendengar percakapan anak dan ibu itu.
Hatinya sakit karena kini dia tahu siapa Jelita sebenarnya. Pantas saja sang ibu terlihat sangat membedakan mereka dulu.
Meta ingin sekali memeluk sang ibu karena bisa tegar menghadapi ujiannya.
Pantas mamih pergi ke psikiater, ternyata luka yang papih berikan sangat dalam.
Setelah mendengar kisah sang ibu, hati Meta kembali sakit saat mendengar sang suami masih saja membela kakak tirinya itu.
Di satu sisi, Meta merasa senang karena ternyata sang mertua menyayanginya dengan tulus.
Setelah mendengar percakapan keduanya, Meta memutuskan untuk tegas melepas Dipta meski ia masih sangat mencintai lelaki itu.
Dipta yang mendengar ucapan sang istri terkejut bukan main.
"Ka-kamu mendengarnya Met?"
"Tentu, apa lagi yang harus kita pertahanin Dip. Kamu menginginkan Jelita, maka aku akan melepaskanmu. Terima kasih untuk enam bulan ini. Maaf kalau aku jadi penyebab terhalangnya cinta kalian."
Saat Meta akan melanjutkan langkahnya. Dipta kembali mencekalnya.
"Tunggu Met, tolong jangan pergi!" pintanya sungguh-sungguh.
"Apa maumu Dip?"
"Beri aku satu kesempatan lagi."
Meta tersenyum miris, "kamu bertahan denganku karena takut kehilangan mamah Dip?"
"Jangan menyakiti diri kamu sendiri Dip. Benar kata mamah kamu, semua keputusan akan ada konsekuensinya."
"Maka dari itu Met, tolong beri aku kesempatan. Maaf kalau aku enggak tahu malu seperti ini. Izinkan aku membuka hati untukmu, aku mohon."
.
.
.
Lanjut
udahlah meta mending jg pergi ga usah sm si dipta lg laki2 plin plan gitu jgn di arepin
ini belum senjata pamungkas ya 😀
kasihan meta makan janjimu .