Fatan dan Fadil adalah saudara kembar yang memiliki karakter berbeda. Fatan dengan karaktetnya yang tenang dan pendiam. Sedangkan Fadil dengan karakternya yang aktif, usil dan tengil. Namun keduanya sama-sama memiliki kepribadian yang baik. Karena dari kecil mereka sudah dididik dengan ilmu agama.
Suatu saat mereka bertemu dengan jodoh masing-masing.Pasangan keduanya berbanding terbalik dengan karakter mereka. Fatan dengan seorang wanita yang agak bar-bar. Sedangkan Fadil dengan seorang wanita yang pemalu.
Akankah mereka bisa bertahan dengan pasangan masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hotel
Tiga hari berlalu
Selama tiga hari ini, Pak Frans tidak menampakkan barang hidungnya. Namun kerja sama mereka tetap berjalan dengan baik. Asistennya yang mewakili untuk berhubungan dengan Fadil.
"Pak Andre, apa Pak Frans baik-baik saja?"
"Baik Pak Tristan, beliau hanya sedang sibuk. Saya yang akan menggantikannya."
"Oh iya, syukurlah kalau begitu."
Setelah melewati hari yang melelahkan, Fadil dan Abi Tristan pulang ke rumah. Saat sampai di rumah, para istri tidak ada yang menyambut mereka.
"Kemana istri kita, kok nggak ada yang nongol?"
"Mana Fadil tahu bi."
Mereka pun masuk ke dalam rumah. Ternyata Bunda Salwa sedang membuat kue di dapur. Aroma kue yang dioven menyeruak di dalam rumah. Fadil segera manuju ke kamarnya. Ternyata Istrinya juga tidak menunggunya di pintu kamar. Fadil pun langsung masuk ke dalam kamar. Ternyata istrinya sedang shalat Ashar di kamarnya. Fadil menyunggingkan senyumnya.
"Alhamdulillah... cobaanmu akan berakhir dil." Batinnya.
"A' dari tadi datangnya?"
"Baru saja."
Kamelia mencium punggung tangan suaminya, Fadil pun mengecup kening istrinya.
"Maaf a' aku tidak menunggumu, karena baru selesai suci dan langsung shalat."
"Nggak pa-pa neng. Aa' ngerti kok. Ya sudah aa' mau mandi dulu, gerah ini! Bau asem."
"Iya a'."
Seperti biasanya, Kamelia membantu suaminya melepas baju kerjanya.
Setelah selesai mandi dan shalat ashar, Fadil mengirim pesan pada seseorang.
Malam harinya, Fadil mengajak istrinya keluar untuk makan malam. Mereka berdua sama-sama memakai baju santai. Fadil dengan mengenakan celana dan kaos oblong. Sedangkan Kamelia dengan gamis simple dan jilbab segi empat.
Mereka berdua pamit kepada orang tua Fadil. Namun keduanya masih terlihat berkelas karena gamis yang Kamelia pakai adalah kado dari butik Ira.
"Mau ke mana dil?"
"Sekali-kali ajak istri makan malam di luar, Bunda."
"Makan malam saja?" Sahut Abi.
Fadil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sepertinya Abinya sudah tahu rencananya.
"Ya sudah sana berangkat! Biar tidak kemalaman."
"Iya bunda, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Fadil mengendarai sendiri mobilnya. Kamelia pun duduk di samping kemudi. Sejak menikah baru kali ini mereka bisa berjalan berdua.
Tidak lama kemudian, Fadil sampai di sebuah restoran terkenal milik hotel JW Marriot.
"Kita sudah sampai, neng. Ayo turun!"
Kamelia membuka self belt. Fadil membukakan pintu untuk istrinya. Ia juga meraih tangan istrinya bak seorang putri yang baru turun dari kereta kencana. Kamelia hanya bisa tersenyum malu.
Saat masuk, nampak restoran tidak begitu ramai pengunjung. Fadil memang tidak terlalu suka keramaian. Mereka untuk memesan makanan dan minuman yang mereka inginkan.
Sambil menunggu pesanan datang. Fadil mengajak istrinya ngobrol.
"Neng, apa warna kesukaanmu?"
"Hitam a'. "
"Lho kok sama... berarti kita sehati ya?"
Kamelia tersenyum.
"Neng, jangan kebanyakan senyum, nanti aa' diabetes lihat senyummu yang mengalahkan gula batu."
"Aa' suka ngegombal juga ya."
"Aa' nggak pernah ngegombal, emang kenyataannya begitu."
Tidak lama kemudian pesanan datang. Mereka pun menikmatinya. Fadil melihat istrinya kesusahan saat mengiris daging steak. Fadil pun berdiri dan membantu istrinya.
"Ayo aa' bantu."
"Malu a' dilihat orang."
"Nggak ada yang lihat, mereka sibuk sendiri."
Fadil pun menuntun Kamelia sampai bisa.
"Terima kasih a'."
"Iya, sama-sama."
Makanan mereka pun hampir habis. Namun tiba-tiba datang seseorang yang mengenal Fadil.
"Fadil... "
"Eh Om Frans, selamat malam Om."
"Iya, selamat malam. Kamu dengan.. "
"Perkenalkan ini istriku Om, Kamelia."
Kamelia menangkup kan kedua tangannya. Pak Frans hanya meliriknya saja.
"Pa mana meja kita?" Tanya Bu Indri yang baru saja sampai.
"Di sana, Ma!"
"Eh ada Fadil juga?"
"Iya tante, kebetulan sekali."
"Ini.... "
"Dia istriku, namanya Kamelia."
Bu Indri memperhatikan penampilan Kamelia dari tas sampai bawah. Kamelia ingin bersalaman dengan Bu Indri, namun Bu Indri segera menarik tangannya.
"Oh ini istrimu, dil?"
"Ma, Pa, kita duduk di mana?" Tanya Livi yang baru saja sampai bersama adiknya.
Livi yang melihat Fadil pun menyapanya.
"Hai kak Fadil."
"Hai Livi."
"Ini istri Kakak?"
"Iya... "
Livi pun melakukan hal yang sama seperti Mamanya. Namun Livi masih mau menjabat tangan Kamelia.
"Fadil, kami ke sana dulu."
"Iya, silahkan."
Kamelia merasa ada yang aneh dengan orang-orang itu. Namun ia tidak berani bertanya kepada suaminya.
Di meja Pak Frans mereka sedang berkomentar tentang Kamelia.
Fadil segera membayar tagihannya kemudian mengajak istrinya keluar dari restoran. Ternyata sudah ada yang menunggunya. Dia adalah Yogi, teman Fadil semasa SD dulu namun sekarang sudah menjadi asisten pribadi Fadil sejak tiga hati yang lalu.
"Bos, ini pesananmu." Yogi memberikan sebuah paperbag ukuran besar.
"Terima kasih bro."
"Iya sama-sama. Ngomong-ngomong aku nggak dikenalin sama Nyonya Bos nih?"
"Ah iya aku lupa... Neng kenalin ini namanya Yogi, teman sekaligus asisten aa'."
"Salam kenal bang Yogi." Kamelia menangkupkan kedua tangannya.
"Salam kenal juga Nyonya bos."
Yogi pun pamit undur diri karena tidak ingin mengganggu keduanya.
"A' kita mau ke mana lagi?"
"Ehem... ayo ikut aa' masuk ke sana."
Kamelia mengira suaminya sedang ingin menemui seseorang di hotel tersebut. Sampai di resepsionis, ternyata Fadil sedang mengambil kunci kamar yang sudah dipesan sore tadi.
"A' kita nggak pulang?"
"Sekali-kali kita nginep di hotel."
"Tapi Bunda... "
"Aku sudah memberitahunya."
Dag dig dug
Tiba-tiba jantung Kamelia berdetak begitu kencang. Sepertinya ia sedang membayangkan sesuatu.
Mereka diantar oleh seorang pelayan.
"Terima kasih."
"iya, sama-sama tuan."
Fadil menuntun tangan istrinya untuk masuk. Tangan itu terda sangat dingin.
"Neng, tanganmu dingin sekali?"
"Hah... i-iya a'."
"Kenapa, hem? Neng gugup? Tenanglah, kita ini suami istri bukan pasangan mesum."
Kamelia melihat isi kamar itu. Di atas tempat tidur ada hiasan angsa dari handuk dengan taburan kelopak mawar merah. Di dinding juga ada hiasan tulisan. Suasana kamar yang begitu romantis dengan lilin-lilin yang berjejer di bawah saat lampu dimatikan. Sepertinya Fadil sengaja menyiapkan semua ini.
"Kerja bagus, Yogi." Batinnya.
"Ehem... kamu suka neng?"
"Aa' yang menyiapkan semua ini?"
"Tentu saja aku minta tolong seseorang, hehe... "
"A' kita belum shalat isyak."
"Di paperbag ini ada mukenah juga. Ayo kita shalat."
Fadil menyalakan kembali lampu kamar. Mereka shalat isyak berjama'ah. Setelah selesai berdo'a Fadil mengajak istrinya untuk shalat sunnah. Setelah selesai, Kamelia membuka mukenahnya.
"A', aku nggak bawa baju tidur."
"Di paperbag itu juga sudah ada baju tidur, itu yang di dalam kotak."
Kamelia membuka kotak tersebut untuk mengambil baju tidurnya. Namun saat kotak tersebut dibuka ia malah shock melihatnya.
"A'... ini baju... "
"Ehem, itu baju tidur ala pengantin baru. Ingin dapat banyak pahala kan?"
Kamelia mengangguk.
"Pakailah!"
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Next ya kak...
Jangan lupa support author😍😘
selamat menempuh hidup baru semoga samawa
aamiin
siap" kondangan 🤭
Si pendiam ketemu bar bar, rame lah hidup lebih berwarna
Otw resepsi bersana Aa' Fadil & neng Karmeila /Angry//Angry//Angry/ Aa' Fadil dan Abang Fatan doa kalian diijabah /Pray//Kiss//Kiss/