NovelToon NovelToon
Berdua : Menjadi Penakluk Bersaudara

Berdua : Menjadi Penakluk Bersaudara

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Reinkarnasi / Cinta Terlarang / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Alif R. F.

Dua bersaudara kakak beradik yang sudah lama memainkan MMORPG menggunakan kapsul DDVR (Deep-Dive Virtual Reality) tiba-tiba berpindah dunia disaat mereka sedang menunggu tutupnya server.

Adik perempuan yang bernama Rena sudah bertahun-tahun menggunakan kapsul DDVR yang sekaligus digunakan sebagai penunjang kehidupan karena dirinya yang mengalami koma akibat kecelakaan di masa lalu, akhirnya bisa mengalami dunia nyata meskipun dengan tubuh yang berbeda dan di dunia yang berbeda pula.

Berbeda dengan kakak laki-lakinya, Reno, yang sudah mempersiapkan pernikahannya sementara semua impiannya hampir sudah tercapai semua kini harus dihadapkan dengan situasi yang berbeda, di dunia dan dengan tubuh yang berbeda, sama sekali tidak memiliki jalan untuk kembali.

Apakah Reno akan mengalah dengan adiknya, Rena, dan hidup di dunia baru sebagai seorang Penakluk? atau dia akan tetap berusaha mencari jalan pulang sementara meninggalkan adiknya di dunia yang asing dan kejam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif R. F., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#12 – Kemenangan Tipis III

Pasukan pemberontak yang dari arah Kelemborr kini sudah mundur jauh karena prajuritnya yang berkurang hampir setengah, begitu juga pasukan Durrand yang menyerang sisi Barowind hampir kehilangan setengah dari prajutinya hanya dalam satu setengah jam pertempuran.

Kini dua belah pihak memutuskan istirahat. Begitu juga dengan pasukan pemberontak yang berada di Barowind meski mereka sempat memenangkan pertempuran yang hampir mengalahkan keseluruhan pasukan Durrand jika saja pasukan nya yang menyerang mereka benar-benar dikalahkan.

Kini Durrand berada di dalam tenda besar nya dengan para komandan dari masing-masing regu, dengan Terry yang mulai membacakan komandan mana saja yang gugur.

"Tuan Eadbhert dari rumah Aelfstan, Aedelwulf dari Hereweald …." Satu persatu komandan yang telah gugur pun disebutkan oleh Terry yang berdiri di sebelahnya. Sementara Durrand, hanya bisa terdiam dan berakhir melamun.

"…. Yang mulia … yang mulia?" Terry memanggil Durrand berkali-kali sampai akhinyra Durrand pun tersadar dan langsung menoleh.

"Terry? Ah, maafkan saya," ucap Durrand, kemudian menunduk dan menatap pin Randall yang ada di genggamannya. "Terry, apakah ada kabar dari bala bantuan? Bagaimana dengan para utusan yang kita kirim tiga minggu yang lalu?"

Durrand kemudian menoleh dan menyaksikan Terry yang hanya menggelengkan kepala dan terdiam.

"Tampaknya mereka tidak punya waktu untuk menarik pasukan mereka dari pengepungan Everion, yang mulia," balas salah satu Komandan bernama Aelfred. "Kebanyakan pasukan kita adalah orang-orang dari wilayah utara, Tuan mereka juga para bangsawan dari utara, bahkan anda sendiri adalah bangsawan dari utara. Semua pasukan yang terlibat dalam kampanye ini adalah para Bethelian dari bagian utara, karena mereka yang terdekat dari Everion. Dan saya khawatir, jika pun bala bantuan pada akhirnya datang, itu semua sudah terlambat, yang mulia."

"Lalu … lalu apa kemungkinan terburuknya?" tanya Durrand yang terus tertunduk, memandangi pin Randall yang masih berlumuran darah kering.

Para komandan pun hanya bisa saling tatap satu sama lain sesaat mendengar pertanyaan yang cukup bodoh tersebut.

"Saya baru berumur 18, tahun ini, dan saya masih memiliki terlalu sedikit pengalaman untuk sekadar menjadi komandan, apalagi seorang—"

"Yang mulia! Apa yang anda katakan?!" ucap Terry memotong sambil memegang bahu nya.

"Yang mulia," ucap komandan lain yang terlihat paling tua bernama Hector. "Raja kita adalah sosok yang bijak. Pilihannya pun tidak pernah salah. Saya adalah saksi hidupnya. Jadi, jika anda meragukan diri sendiri, itu berarti sama saja anda telah meragukan mendiang Paduka."

Bijak? Dia menunjukku hanya karena dia belum punya keturunan, sementara aku adalah orang satu-satunya yang memiliki hubungan darah dengannya. Itu bukan pilihan bijak, tapi pilihan terpaksa.

Randall sudah berkali-kali memiliki Ratu, namun setiap sang Ratu melahirkan, mereka akan langsung meninggal, lalu diikuti oleh sang bayi yang juga ikut meninggal setelahnya.

"Dan mungkin … para Dewa punya rencana lain untuk anda. Tolong jangan pernah berkecil hati, yang mulia," tambah Hector.

Kemudian tiba-tiba seorang Prajurit pun memasuki tenda nya dengan terengah-engah. "Yang mulia mohon maaf atas interupsinya, kami ingin memberitahu bahwa kami melihat ada ratusan kesatria berzirah hitam yang bergerak ke arah kemah!"

"Kenapa kamu panik begitu, mereka hanya berjumlah—"

"Arghhh!" tiba-tiba suara teriakan terdengar dari luar.

"Serangan! Serangan!" sahut beberapa prajurit lain.

"Karena … karena mereka berlari dengan begitu cepat!" jawab sang Prajurit.

Durrand pun langsung bangkit dari kursinya sambil mengeluarkan pedang dari sarung nya. "Siapkan senjata kalian! Siapkan prajurit kalian!"

"Siap!" jawab para komandan dengan serentak.

Durrand dan para komandan nya pun keluar dari tenda dan menyaksikan para prajurit nya yang sedang lengah kini tampak terbantai satu-persatu oleh para kesatria berzirah hitam yang hanya berjumlah ratusan itu.

"Angkat perisai kalian! Tahan!" teriak salah satu komandan.

Apa-apaan ini? Kenapa mereka kuat sekali?! Pikir Durrand tertegun melihat para kesatira berzirah hitam yang dengan cepat dan kuatnya mengalahkan setiap prajurit infanteri nya.

Terlihat para kesatria berzirah hitam dengan santai dan remehnya mengayunkan pedang mereka yang mampu memotong zirah dan perisai para prajurit dengan begitu mudah.

"Apa yang … apa yang terjadi?!" ucap Terry terkejut dengan matanya yang terbelalak. "Mereka padahal hanya sedikit, kenapa prajurit kita banyak yang dikalahkan. Tak hanya itu, mereka juga …."

"Pemanah! Tembaki mereka!" teriak komandan lain dari pasukan Infanteri pemanah.

Namun, tak satupun anak panah yang mampu menembus zirah atau bahkan sela-sela zirah para kesatria berzirah hitam tersebut. Sementara itu, satu persatu pasukan infanteri Durrand terus berguguran dengan tubuh mereka yang terpotong bersamaan dengan zirah yang mereka kenakan.

"Kepung! Kepung mereka!" komandan lain memerintahkan regunya untuk mulai mengepung, lalu diikuti dengan regu lain yang ikut mengepung.

Kini, para kesatria berzirah hitam pun terkepung dalam area lingkaran yang besar. Dengan para kesatria hitam yang juga mulai kehabisan tenaga, mereka pun perlahan tampak berhimpitan satu sama lain, menjauh dari garis kepungan.

Lalu di tengah lingkaran kepungan yang mulai mengecil, gemuruh langkah lari kuda pun terdengar.

"Kavaleri!" teriak komandan lain, dan membuat pasukan nya memutar tubuh mereka dan menjadi lengah untuk sesaat.

Dari sana, kesatria hitam pun mulai kembali menyabetkan pedangnya ke para pasukan yang melingkarinya. Pasukan Durrand pun kembali berguguran, sementara pasukan kavaleri musuh sudah mendekat dan langsung menabrak barisan prajurit ifanteri yang kebingungan dengan posisi mereka.

Dari sana, tidak ada sedikit pun perlawan yang berarti, sementara pasukan Durrand terus mempertahankan kemah mereka. Lalu beberapa menit kemudian, pasukan inafanteri musuh pun sudah sampai dan kini saling beradu perisai dengan pasukan nya.

Di sisi lain, ratusan kesatria hitam tampak mundur dari medan pertempuran dan membiarkan prajurit leguler menerjang pasukan nya, yang saat ini, benar-benar memiliki formasi yang kacau.

Ada yang diserang dari belakang, ada yang di serang dari samping, ada yang diseruduk kavaleri, dan bahkan ada pula yang melarikan ke dalam hutan hutan. Sementara itu Durrand langsung menaiki kudanya, melompat ke barisan terdepan dan langsung menyerang setiap infanteri musuh dari atas kudanya.

Dengan tangguh dan penuh amarah, Durrand pun terus menyabetkan pedangnya, menggorok setiap prajurit musuh dengan presisi. Lalu di saat dirinya sedang dipenuhi adrenalin yang terpompa, kudanya pun gugur dengan gorokan di lehernya. Sedang dirinya langsung terjatuh ke samping, di antara kerubungan musuh.

"Yang mulia!" teriak Hector yang regunya berada di dekatnya. "Lindungi pangeran! Lidungi pangeran mahkota!" hector dan prajuritnya terus menerobo pasukan musuh, dan menyelamatkan Durrand untuk berdiri.

Durrand sementara itu sempat tertegun dengan nafasnya yang memburu. Kini pikirannya hanya ada keputusasaan yang dipenuhi dengan amarah dan dendam. Matanya yang buram hanya bisa melirik ke segala arah seakan sedang mencari sesuatu.

Di tengah itu semua, Durrand menoleh ke arah kudanya yang mati, melihat ke arah tas yang ada di pelana kuda nya. "Hector! Lindungi aku!"

"Yang mulia--- baik yang mulia!" ucapnya, sementara melindungi Durrand dari serangan musuh bersama dengan regunya.

Sesampainya di mayat kuda nya, Durrand pun langsung merogoh tasnya, dan dengan terburu-buru berusaha mencari sesuatu, mencari dua vial pemberian Randall.

"Yang mulia! Apa yang anda lakukan?! Kita tidak bisa menahan lebih lama lagi!" ucap Hector sementara terus menangkis siap serangan musuh bersama dengan para prajuritnya.

Durrand pun berhasil menemukan dua Vial-nya dan langsung segera membuka Vial berwarna bening sementara menyimpan yang berwarna merah di kantong kecilnya, lalu meminum vial ramuan berwarna putih.

Ketika sudah menenggak habis vial ramuan berwarna putih, cahaya biru pun mengelilingi tubuhnya dan langsung memberikan gelombang kejut yang mementalkan para prajurit tanpa pandang bulu, entah itu kawan maupun lawan.

Ledakan gelombang-nya begitu besar sampai-sampai terdengar sampai ke kastil Kelemborr.

Lalu di saat semuanya terbaring jatuh, Durrand berdiri di tengah-tengah itu semua, dengan nafas yang terus mengeluarkan asap.

Apa-apaan ini? Apa yang terjadi? Tubuhku … tubuhku terasa begitu ringan dan … dan kuat.

"Hiyaaat!" salah satu prajurit musuh yang jatuh di dekatnya bangkit dan berusaha menusukkan pedang pendeknya, namun dengan santai Durrand memegang pedang tersebut tanpa melukainya sedikitpun.

Durrand dengan jelas dapat merasakan kekuatan fisiknya bertambah, tak hanya itu, seluruh indera nya juga dipertajam sepuluh kali lipat. Persepsi waktunya juga seakan diperlambat sesaat musuh barusan menyerangnya. Kini ia bahkan masih memegang bilang pedang prajurit yang hendak menusuknya.

Durrand kemudian menoleh, menatap prajurit musuh. Dan dengan bilah yang masih ia genggam, ia pun dengan mudah membengkokkannya. Lalu dengan tangan satunya, ia mengangkat sang prajurit dan melemparnya sejauh 10 meter ke depan.

Kini ia merasa sangat kuat dan percaya diri. Sementara seluruh prajurit yang menyaksikannya tampak tertegun, dengan pasukan nya yang tampak kagum dan pasukan musuh yang mulai terintimidasi.

Durrand kemudian memungut pedang nya, lalu melompat sejauh 10 meter ke depan dan langsung menebas lima prajurit musuh yang berdiri di depannya dengan begitu mudah melalui sela-sela antara zirah dan helm mereka.

Seluruh orang yang menyaksikan itu pun kini berdiri dan terdiam, sementara pedang Durrand tiba-tiba patah karena tidak kuat menahan tenaganya.

"Serang dia, dia tidak bersenjata!" teriak prajurit musuh.

"Jangan biarkan mereka mendekati yang mulia!" teriak Hector.

Durrand yang berada di dekat beberapa prajurit musuh pun langsung menangkap salah satu dari mereka dengan memegang kepala mereka. Dan dengan helm yang menutupi kepala sang prajurit, Durrand pun meremasnya sampai helm itu penyok dan membuat kepala sang prajurit musuh retak dan hampir benar-benar hancur.

"Apa yang baru saja aku saksikan? Yang mulia … apa yang terjadi kepada anda? Kekuatan apa itu?" gumam Hector memandang punggung Durrand.

Dari sana Durrand pun terus membunuh prajurit musuh dengan tangan kosong dan pedang yang terus ia gonta-ganti dengan yang berserakan.

Lalu empat jam kemudian, Durrand kini duduk di atas tumpukan ratusan ribu mayat prajurit musuh, sementara dirinya sudah bertelanjang bulat karena pakaian dan zirahnya yang hancur.

"Entah kenapa dengan terus membunuh mereka, aku bisa merasakan kekuatanku terus bertambah … meski sangat sedikit sekali, yang bahkan aku sendiri tidak menyadarinya jika tidak mencoba mencari tahu aspek apa yang bertambah kuat. Haa … kekuatan apa ini? Apakah mereka benar-benar Dewa dan Dewi yang turun ke dunia?" ucapnya bertanya-tanya sambil memandang telapak tangannya yang penuh dengan darah musuh, sementara dirinya tidak terluka sama sekali.

****.

Bersambung ….

****.

1
arfan
semangat up bos
Alif R. F.
thank you /Pray/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!