NovelToon NovelToon
Rahasia Pesugihan Pamanku

Rahasia Pesugihan Pamanku

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Dendam Kesumat / Tumbal
Popularitas:59.6k
Nilai: 4.7
Nama Author: ummiqu

Ruci tak percaya mendapati kenyataan paman kesayangannya menempuh jalan yang salah.

Hanya karena jenuh menjalani hidup miskin dan susah, Dirga pun memilih mengambil jalan pintas untuk meraih kekayaan. Meski jauh di lubuk hatinya Dirga sadar jalan yang dia pilih akan membawa kesengsaraan untuknya kelak, tapi nampaknya Dirga tak peduli.

Dirga hanya ingin membungkam mulut orang-orang yang selalu menghina kemiskinan dan ketidak berdayaannya. Dia ingin membuat orang-orang yang menghinanya itu bertekuk lutut dan memohon di hadapannya seperti yang pernah dia lakukan dulu.

Apakah setelah membalas dendamnya Dirga merasa cukup dan berhenti bersekutu dengan iblis ?.

Haruskah Ruci menyingkap tabir rahasia kelam sang paman untuk mengakhiri penderitaannya ?.

Jawabannya hanya ada di dalam novel ini.

Penasaran ... ?

Simak kisah selengkapnya yuuk ....

( Kisah ini hanya fiktif dan buah pemikiran Author. Mohon bijak membaca dan berkomentar. Terimakasih ... 🙏😊)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummiqu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Jeritan Mirip Suara Eli ?

Yasin yang sedang bekerja pun terkejut mendengar berita tentang kepindahan Murad dan keluarganya yang mendadak itu.

"Yang bener Bund. Kamu kata siapa?" tanya Yasin tak percaya.

"Kata Ruci Yah," sahut Nia sambil melirik kearah Ruci yang saat itu sedang bersiap pergi ke kampus.

"Terus Ruci tau darimana?" kejar Yasin.

"Dia bilang ga sengaja denger pembicaraan bang Murad sama Dirga kemarin," sahut Nia.

"Aku ga percaya kalo ga liat langsung pake mata kepalaku sendiri Bund. Kalo gitu aku cek ke sana aja biar ga penasaran," kata Yasin.

"Iya Yah, aku setuju. Hati-hati, ga usah ngebut ya," pinta Nia.

Yasin pun mengiyakan sebelum mengakhiri pembicaraan mereka.

Setelah minta ijin pada atasannya, Yasin pun bergegas pergi ke rumah Murad untuk melihat apa yang terjadi. Tiba di rumah Murad dia melihat Dirga sedang memberi arahan kepada beberapa orang tukang. Nampaknya Dirga ingin merenovasi beberapa bagian rumah.

"Assalamualaikum ... " sapa Yasin sambil mendekati Dirga.

Dirga pun menoleh lalu tersenyum melihat kedatangan Yasin.

"Eh, Bang Yasin. Tumben masih pagi udah ke sini. Emangnya Abang ga kerja ya?" tanya Dirga.

Yasin mengabaikan pertanyaan Dirga dan langsung mengejarnya dengan pertanyaan beruntun.

"Ada apa ini, kamu ngapain di sini, siapa mereka dan dimana bang Murad?" tanya Yasin.

"Wow ... satu-satu lah nanyanya Bang," sahut Dirga sambil tertawa.

"Aku serius Dirga. Dimana bang Murad ?!" tanya Yasin lantang.

Dirga pun menghentikan tawanya lalu menarik Yasin agar menjauh dari para tukang yang akan mulai bekerja.

"Ga usah teriak-teriak Bang, aku ga tuli. Bang Murad dan keluarganya baru aja pergi," kata Dirga.

"Pergi kemana?" tanya Yasin.

"Mana kutau. Waktu aku dateng bang Murad udah ga ada di sini. Rumah ini juga udah kosong," sahut Dirga sambil menggedikkan bahunya.

Yasin nampak mengusap wajahnya dengan kasar usai mendengar jawaban Dirga.

"Apa yang terjadi Dirga. Kenapa kamu merenovasi rumah bang Murad tanpa seijinnya. Gimana kalo pas dia pulang dia ngeliat ini. Kita tau betapa berartinya rumah ini untuk bang Murad, dia pasti kecewa nanti Dir," kata Yasin sesaat kemudian.

"Aku ga perlu ijinnya karena ini kan rumahku Bang. Mau aku apain rumah ini ya terserah aku dong," sahut Dirga santai.

"Apa maksudmu Dirga?" tanya Yasin tak mengerti.

"Rumah ini dijaminkan saat bang Murad pinjem uang untuk biaya pengobatan istrinya itu. Selama ini mereka ga membayar sepeser pun walau dengan cara mencicil. Dan sekarang udah jatuh tempo. Sesuai kesepakatan, bang Murad harus angkat kaki dari rumah ini kalo ga bisa melunasi hutangnya sampai batas waktu yang ditentukan," sahut Dirga.

"Astaghfirullah aladziim ... setega itu kamu sama kakakmu sendiri Dirga. Kasih dia waktu sebentar lagi untuk membayar hutangnya kan bisa. Dia lagi berduka karena kehilangan istrinya. Kok bisa-bisanya kamu nambahin penderitaannya dengan mengambil rumah ini. Bang Murad itu abang kita, dimana hati nuranimu Dirga ?!" tanya Yasin gusar.

"Jangan ngebahas hati nurani sama aku Bang. Tanya sama bang Murad dan istrinya yang udah mati itu. Apa mereka pake hati nurani waktu aku datang memohon bantuan. Mereka yang ngajarin sama aku gimana harus bersikap. Jadi tolong ga usah ikut campur dan jangan menghakimiku terus!" sahut Dirga lantang.

Yasin tersentak kaget mendengar ucapan Dirga. Keduanya saling menatap sejenak. Saat itu lah Yasin melihat sejumput duka dan dendam di kedua netra Dirga. Yasin tahu, Dirga terluka dan sakit hati akan sikap Murad dan istrinya.

"Maaf. Aku ga bermaksud ikut campur Dirga. Aku hanya ... " ucapan Yasin terputus karena Dirga memotong cepat.

"Gapapa Bang. Aku maklum kenapa Abang begini," sahut Dirga sambil melengos.

Untuk sesaat Yasin dan Dirga membisu seolah sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Jadi apa rencanamu dengan rumah ini?" tanya Yasin setelah terdiam beberapa saat.

"Mau aku jual. Aku juga ga sudi nempatin rumah yang punya kenangan buruk di dalamnya. Dan supaya harganya naik, aku terpaksa melakukan perombakan di beberapa bagian karena kondisi rumah ini juga ga bagus-bagus amat. Memang terlihat kokoh dari luar, tapi ternyata banyak yang lapuk dan harus diganti. Mungkin karena kak Eli terlalu sibuk ngumpulin harta dan pamer sana sini, makanya dia jadi lupa untuk merawat rumah kebanggaan suaminya ini," sahut Dirga sambil mencibir.

Yasin hanya tersenyum kecut mendengar jawaban sang adik. Tak lama kemudian Yasin pun pamit meninggalkan Dirga yang berdiri sambil menatap rumah itu dengan tatapan kosong.

\=\=\=\=\=

Murad nampak mematung di depan rumah yang akan dia tempati. Di saat semua orang sibuk menurunkan barang dari truk dan mengatur letaknya, Murad hanya diam tanpa melakukan apa pun.

Rumah itu adalah rumah yang disewa Murad dengan uang duka yang dia terima kemarin. Letaknya hanya satu kilometer saja dari rumah lama Murad. Berukuran kecil dengan satu kamar tidur, dapur dan kamar mandi. Tak ada ruang keluarga dan garasi apalagi taman seperti rumah miliknya dulu. Murad nampak menghela nafas panjang beberapa kali untuk mengurangi beban yang menghimpit dadanya.

"Kenapa jadi begini. Kenapa?" batin Murad sambil menatap nanar kearah rumah di hadapannya.

"Papa ... " panggil Majid hingga membuat Murad menoleh.

"Iya, kenapa Bang?" tanya Murad sambil berusaha tersenyum.

"Papa yakin mau tinggal di sini. Kenapa ga tinggal di apartemenku aja Pa?" tanya Majid.

"Papa lebih nyaman tinggal di sini karena letaknya ga jauh dari rumah lama kita. Papa ga bisa pergi terlalu jauh karena terlalu banyak kenangan yang tertinggal di sana. Selain itu Papa juga ga tega ninggalin mama kamu. Arwahnya pasti masih berkeliaran di rumah kita. Kasian kalo dia dateng tapi ga ngeliat kita di sana," sahut Murad dengan suara bergetar.

"Bukan mama yang harus dikasihani tapi Papa. Mama udah tenang di pangkuan Ilahi, tapi Papa justru masih sibuk menyesali diri. Jangan kaya gini dong Pa. Ayo bangkit dan lanjutin hidup Papa. Masih ada Aku, Mieke, Mila dan menantu Papa juga calon cucu Papa yang sebentar lagi lahir. Kami sangat menyayangi Papa dan rindu sama Papa yang dulu," kata Majid sambil menggenggam erat jemari sang papa.

Ucapan Majid membuat Murad terharu. Dia pun menangis terisak hingga membuat Majid iba.

Majid pun bergegas memeluk sang papa sambil mengusap punggungnya dengan lembut.

" Maafin Aku ya Pa. Sebagai anak sulung dan anak laki-laki tunggal di dalam keluarga, aku ga bisa membantu Papa sama sekali. Maaf karena udah bikin Papa kehilangan rumah kita," bisik Majid dengan nada suara penuh sesal.

Murad makin mengeraskan tangisnya. Semua orang yang melihat Murad menangis pun ikut bersedih namun mereka tak bisa berbuat apa-apa.

"Bukan salah kamu Majid. Ini salah Papa. Andai Papa ga membiarkan mama kamu melakukan kesalahan yang akan berakibat fatal kaya gini, pasti semua akan baik-baik aja dan kita masih bisa tinggal di rumah itu," kata Murad sambil terisak.

Majid pun mengeratkan pelukannya. Dia tahu tak ada gunanya meratapi rumah yang kini telah berpindah tangan itu. Dia hanya berharap sang papa bisa ikhlas dan merelakan semuanya.

\=\=\=\=\=

Malam itu adalah malam pertama Murad tinggal di rumah kecil itu. Dan entah mengapa meski malam telah larut Murad masih terjaga.

Sejak istrinya meninggal dunia, Murad memang tak pernah bisa tidur nyenyak. Dia selalu terbangun tiba-tiba karena terusik dengan suara jeritan yang entah darimana datangnya. Anehnya suara jeritan itu mirip suara Eli, istrinya.

"Ah ... sakit ... ampun ... !"

Lagi-lagi suara jeritan itu membuat Murad merinding. Dia bangkit dari duduknya lalu berjalan kearah jendela. Murad mengamati jalan kecil berupa gang di depan rumahnya itu dengan seksama seolah ingin memastikan bahwa suara itu bukan berasal dari sana.

Murad menghela nafas panjang lalu kembali menutup tirai jendela. Dia pun kembali mengedarkan tatapannya ke seluruh penjuru ruangan.

"Ga mungkin itu suara Eli kan. Ah, pasti itu hanya halusinasiku aja. Mungkin karena aku terlalu kangen sama Eli dan belum benar-benar ikhlas dengan kepergiannya makanya aku selalu mendengar suaranya," gumam Murad sambil tersenyum getir.

Setelahnya Murad melangkah ke kamar. Dia bermaksud mengecek Mieke yang tidur di sana. Malam ini adalah malam terakhir Mieke tinggal bersamanya karena besok dia harus kembali melanjutkan pendidikannya di luar negeri.

Murad memang tak menerima tawaran Majid atau Mila untuk tinggal bersama mereka karena dia tak ingin mengganggu kebahagiaan anak-anaknya. Selain itu Murad butuh waktu untuk merenungi semua yang terjadi.

Setelah memastikan si bungsu tidur nyenyak, Murad pun keluar dari kamar sambil menutup pintu.

Kemudian Murad melangkah ke sofa dan berbaring di sana. Murad kembali mengamati ruangan yang terasa sesak karena dipenuhi perabotan itu. Setelah menghela nafas dan berdoa, Murad pun mencoba memejamkan mata.

Namun baru beberapa detik memejamkan mata, tiba-tiba Murad terbangun karena mendengar jeritan itu lagi. Kali ini sangat jelas seolah Eli berada dekat dengannya.

"Sakit ... ampun ..., tolong aku Bang Murad. Tolong ... !" rintih suara itu.

Murad pun bangkit lalu menatap nanar ke sekelilingnya.

"Eli, itu Kamu bukan?. Eli ... !" panggil Murad lantang.

Hanya hening dan angin dingin yang menyapa hingga membuat Murad bergidik. Murad pun meringkuk sambil merapat di sofa. Dan Murad terus dalam posisi seperti itu hingga pagi hari.

Di saat yang sama Ruci juga masih terjaga di kamarnya. Dia masih sibuk mengerjakan tugas yang diberikan dosen.

Sesekali Ruci melirik keluar kamar dan tersenyum saat mengetahui sang kakak masih terjaga dan sedang asyik menonton televisi. Ruci memang sengaja membuka pintu kamarnya agar bisa melihat Yudhistira yang duduk di ruang keluarga itu. Keberadaan Yudhistira membuat Ruci tenang dan bisa mengurangi rasa takutnya akibat suara-suara asing yang didengarnya beberapa hari ini.

Ternyata tak hanya Murad yang diganggu dengan suara jeritan mirip suara Eli itu. Ruci pun harus menanggung rasa takut karena mendengar suara yang sama. Ruci tak menceritakan hal itu pada orangtua dan kakaknya karena menganggap dirinya hanya berhalusinasi akibat kelelahan.

Tapi malam ini Ruci tak lagi kuasa menahan rasa takut.

Saat sedang fokus dengan tugas kuliahnya, tiba-tiba Ruci dikejutkan dengan suara lirih seorang wanita.

"Sakit ... ampun ... tolong Ruci. Tolong ... !" kata suara tanpa wujud itu.

Sontak Ruci melompat dari duduknya lalu lari keluar kamar dan menghambur ke pelukan sang kakak. Yudhistira yang sedang asyik menonton pun ikut terlonjak dari duduknya saking terkejutnya.

"Ada apaan sih Ci. Ngagetin tau ga?!" kata Yudhistira lantang.

"I-itu Mas ... " sahut Ruci sambil menunjuk ke kamarnya dengan kepala yang dibenamkan di pelukan sang kakak.

"Itu apaan ?. Yang jelas dong kalo ngomong!" kata Yudhistira kesal.

"A-ada hantu di kamarku Mas," sahut Ruci dengan wajah pucat seputih kapas.

Mendengar ucapan Ruci membuat Yudhistira makin kesal. Tapi saat merasakan tubuh Ruci yang bergetar dan melihat wajahnya yang pucat pasi, Yudhistira pun iba. Dia memeluk sang adik sambil mengusap kepalanya dengan lembut untuk menenangkannya.

"Sssttt ... tenang ya Ci. Ga ada hantu di rumah ini. Mungkin cuma perasaan kamu aja. Kita semua capek, makanya wajar kalo kamu jadi berhalusinasi," kata Yudhistira.

"Aku ga berhalusinasi Mas. Aku jelas denger suara perempuan yang manggil namaku," sahut Ruci sambil mengurai pelukan sang kakak.

"Suara perempuan siapa Ci. Ga ada siapa-siapa di sini," kata Yudhistira.

"Mmm ... suaranya sih mirip sama ... " Ruci sengaja menggantung ucapannya hingga berhasil membuat Yudhistira bergidik.

"Suara bude Eli," tebak Yudhistira.

"I-iya Mas," sahut Ruci sambil mengangguk.

"Kamu yakin Ci. Kan bude Eli udah meninggal dan dikuburin," bisik Yudhistira mengingatkan.

"Itu dia yang bikin aku takut Mas. Kita tau bude Eli udah meninggal, tapi kenapa masih bisa nyebut namaku sambil minta tolong segala," sahut Ruci gusar.

Jawaban Ruci membuat tubuh Yudhistira membeku sejenak. Apalagi dia juga melihat sebuah siluet mirip Eli baru saja melintas di belakang Ruci.

\=\=\=\=\=

1
Laila Zayn
wiiiih karya ummiqu...... mampir lagi ya, mi..... udh lama ga mampir ditempat ummi ini 😄😘
any Sulistiani: Alhamdulillah ..., pa kbr say. Met gabung yaaa .. 🙏🤗
total 1 replies
Ade Wati
di tunggu klanjutanya y ka
any Sulistiani: yup, kelanjutannya udh up say. judulnya 'Kereta Api Misterius'.
Silakan mampir, mksh 🙏😘
total 1 replies
Ade Wati
bagus
any Sulistiani: Alhamdulillah ..., mksh supportnya say 🙏😊
total 1 replies
Siti Yatmi
Thor up nya kapan ini???keburu lupa alur nya
any Sulistiani: udh up say ..., cb dicek yaa 😊
total 1 replies
INDRA
thor mana kelanjutanya
any Sulistiani: lagi proses kak, blm di acc kayanya🤗
total 1 replies
siscapucinoo
makasih untuk cerita yg luar biasa. ditunggu karya selanjutnya Thor
any Sulistiani: sama" say. insyaa Allah siaaappp, mksh 🙏😊
total 1 replies
Ali B.U
oke aku tunggu kak
any Sulistiani: insyaa Allah siaappp, mksh kak 🙏😊
total 1 replies
Siti Yatmi
sudah end aja,,,,lanjut ya Thor di judul yg lain, aku pada mu Thor
any Sulistiani: insyaa Allah siaappp ..., Alhamdulillah. mksh say 🙏😊
total 1 replies
INDRA
ditungu thor
any Sulistiani: insyaa Allah siaappp 👌😊
total 1 replies
Wisell Rahayu
okeee thooor aku suka dgn alurny gk berbelit² aku tunggu kelnjtanny thor di cerita Eza sma Rhea
any Sulistiani: Alhamdulillah ..., insyaa Allah siaappp. mksh 🙏😊
total 1 replies
Ali B.U
next.
Ali B.U
next
Wisell Rahayu
kenapa Diki hrs meninggl thor uhhhh nyesek aku thor😭😭😭😭
Ali B.U
next
Ali B.U
next.
Ali B.U
next
Siti Yatmi
makasih ya Thor sudah up...rajin2 ya Thor....NT dimakan loh sama rayap kalo ga rajin up ...
Arieee
😢😢😢😢😢😢😢😢😢
Wisell Rahayu
wahhh semkn seram aj Nih siluman Rayap ny tp jgan gentar Ruci,yudis,kenzi lawan trs sampai titik penghabisan..semnggt thooorrr..ku tunggu upny lagi..
Wisell Rahayu
hayo Ruci lawan semua rayap² siluman itu..bawa Diki pergi..semg erman sadar akn semua keslahan nya..dan tdk meneruskn perjanjian dengn siluman Rayap hayoo Yudis ama Kenzi Ruci bantai semua siluman Rayapny ..
karyaku: hi kk, "transmigrasi menjadi istri mafia" jangan lupa mampir y
karyaku: hi kk, "transmigrasi menjadi istri mafia" jangan lupa mampir y
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!