Si Cupu Kesayangan Mr. Mafia

Alvin kembali menggelengkan kepalanya, dia ingin menghargai Calya dengan baik. Dia tidak ingin mengotori cintanya dengan hal kotor seperti itu, Alvin mengusap kepala Calya sekali lagi.

“Alvin, aku mohon!” Calya kembali merengek dan hampir menangis, Alvin menghela nafas berat. Dia mengecup bibir Calya dengan lembut dan perlahan, Calya dapat merasakan sentuhan lembut yang memabukkan itu.

Alvin menanggalkan satu demi satu pakaiannya, suasana menjadi panas seketika. Alvin menyentuh bagian yang sangat dia dambakan sejak lama. Perlahan Alvin menyentuh dua gundukan besar di dada Calya.

“Emh…” Suara lengg*uhan terdengar dari bibir Calya, Alvin tak kuasa menahan hasratnya lagi. Dia melemparkan kain sari yang di pakai oleh Calya dan mengecup leher Calya dengan ganas.

Bercak kemerahan berupa tanda kepemilikan dia tinggalkan di sana, lengan Alvin mulai turun hingga menyentuh bagian bawah perut Calya yang sedikit di tumbuhi bulu-bulu halus.

Bibir Alvin turun setelah puas drngan leher jenjang itu, dia menyingkirkan Br*a yang di kenakan Calya, hingga dua gunung terlihat montok dan mempesona itu terpampang tengah turun naik mengikuti hembusan nafas Calya yang berat.

Alvin mengecup dada itu lembut, dia menyjulurkan lidahnya hingga menyentuh put*ing yang berwarna kemerahan itu, perlahan Alvin bermain dengan lidahnya sebelum akhirnya sebuah hisapan keras mampu membuat Calya meng*erang kenikmatan.

Tangan Alvin yang sebelah lagi mengusap bagian inti tubuh Calya, hingga menemukan sebuah benda kecil dan memainkannya secara perlahan. Calya membiarkan pria itu menggila segila-gilanya.

Lidah Alvin terus bermain hinga setelah puas dengan dua gunung itu, dia menuruni bukit dan sampai di lembah surgawi. Alvin mengulurkan lidahnya dan menyentuh lembut bagian itu, Calya menjambak rambut Alvin hingga pria itu tersenyum sejenak dan benar-benar melepaskan seluruh pakaiannya.

Alvin menodongkan senjatanya dengan hati-hati, Calya memejamkan matanya saat rasa perih memenuhi bagian inti tubuhnya. Selaput darah yang dia jaga selama ini mulai terkoyak secara perlahan.

Alvin melihat adanya cairan yang menetes dari sudut mata Calya, Alvin mengecup bibir Calya lembut untuk memalingkan rasa sakit yang kini di rasakan Calya.

Hingga sebuah hentakan mampu menenggelamkan seluruh tongkat Alvin, Calya mengigit bibir bawah Alvin saat merasakan perih dari inti tubuhnya.

“I Love you, Calya.” Bisik Alvin, Calya tak merespon ucapan Alvin dan permainan mereka terus berlanjut saat tubuh Alvin sudah turun naik dengan perlahan, kemudian mulai cepat hingga Tor*pedo miliknya akhirnya menyembur di rahim Calya.

.

.

.

Pagi akhirnya tiba, Calya membuka matanya perlahan saat dekapan hangat Alvin masih dia rasakan. Dia enggan bangkit dan memilih kembali terlelap, sedangkan Alvin yang masih tertidur tak menyadari pergerakan Calya.

Hinga siang hari tiba, ponsel Calya bergetar hingga sebuah pesan dari Rach muncul yang membuat Calya bangkit dari tidurnya dan tersenyum kecut pada Alvin.

Dia menulis sebuah catatan kecil dari kertas dan membiarkannya di atas nakas, sebelum akhirnya dia memunguti semua pakaiannya dan akhirnya pergi.

Alvin terbangun tak lama setelah Calya pergi, dia mendapati bercak merah di seprai yang dia tempati sudah jelas itu adalah bercak milik Calya, Alvin tersenyum dan mencari keberadaan Calya yang kala itu sudah tak ada di sampingnya.

“Calya?” Alvin membuka kamar mandi dan tak mendapati Calya di sana, Alvin membuka ruangan berikutnya dan tetap tak ada. Hingga dia sampai di balkon villa tersebut dan mendapati sebuah pandangan yang tak pernah di harapkan oleh Alvin.

Calya nampak tengah berpelukan dengan Rach, Alvin mengepalkan tangannya sendiri dan membuang muka. Dia pergi menuju kamar yang semula dia tempati dan mendapati sebuah kertas yang merupakan pesan dari Calya.

‘Aku menemukan jalan ku, sekarang kamu pergilah.’ Isi surat itu, Alvin menjambak rambutnya sendiri.

Setelah di pakai dengan puas kini Alvin di buang begitu saja. Apa Calya kurang jelas mendengar ucapannya semula, dia seorang pria yang lebih kejam dari mafia. Mendapatkan titah semacam itu, Alvin tak menggubrisnya sama sekali.

Alvin menunggu Calya di kamar itu, namun Calya tak kunjung kembali. Alvin menghubungi seorang Hotrlier yang bertugas di Vila itu dan mengatakan bila Calya telah pergi dari sana.

Alvin menyeringai keji, Calya saat ini sudah menjadi wanitanya. Dia tak akan menyerahkan Calya pada pria manapun meski dia Rach, cinta pertama Calya sekalipun.

Alvin keluar dari Villa itu dan datang ke apartemen yang di tinggali oleh Calya, nahas tempat itu nampaknya kosong. Kata sandi apartemen itu juga tidak di ubah oleh Calya.

Alvin memukul tembok apartemen itu dan akhirnya pergi menuju ke apartemen lamanya, dia tak mendapati Calya di apartemennya juga.

“Pak, apa anda melihat Calya datang ke mari siang ini?” Tanya Alvin pada seorang keamanan apartemen.

“Tidak, saat terakhir kali bertemu mungkin sekitar satu minggu ke belakang.” Ucapnya, Alvin mengepalkan tangannya dan mulai berfikir dengan tidak waras.

“Kodoi, cari keberadaan Calya!” Panik Alvin saat memanggil Kodoi dari ponselnya.

“Hah?” Kodoi terperangap, setelah dia melihat sensasi galau Tuannya kemarin, kini Alvin ingin mencari Calya lagi.

“Kamu gak salah Vin?” Tanya Kodoi memastikan, karena sebelumnya Alvin sempat menarik semua pasukan yang di perintahkan berjaga di sekitar Calya dan tidak lagi mengawasi Calya satu hari sebelum Calya menikah, mungkin Alvin melakukan itu karena berusaha menerima kenyataan. Namun saat ini, Alvin justru panik sendiri.

Alvin pergi ke Perpustakaan Negara, karena dulu saat Calya di usir dari keluarganya. Wanita itu masih sempat berfikir mengenai pekerjaan.

“Permisi, apa Calya masuk kerja hari ini?” Tanya Alvin pada salah satu rekan Calya.

“Maaf, tapi Calya sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya satu minggu lalu.” Ucapnya, Alvin semakin mengepalkan tangannya. Alhasil dia mengerahkan semua komplotannya untuk mencari keberadaan Calya di seluruh india.

“Temukan Calya, meski berada di sarang semut sekalipun!” Perintah Alvin pada anak buahnya, Alvin tidak akan menyerah begitu saja saat ini. Meski dia harus merebut Calya dari Rach atau pria manapun.

Alvin pergi menuju perusahaan A, dia memerintahkan sekretarisnya untuk memanggil Rach. Selain untuk memberikan surat pemecatan, dia juga akan memastikan pria itu menderita di sisa hidupnya.

Setelah waktu kerja usai, Rach di panggil dan datang ke ruangan Presdir. Ruangan yang selama ini haram di pijak oleh seluruh pekerja di sana, mata Rach terbelalak saat melihat Alvin di sana.

“Taun Presdir, orang yang anda minta telah berada di sini.” Ucap sekertaris Alvin memberikan kode pada Rach agar masuk ke dalam rungan Alvin.

"Halo Rach?" Alvin berdiri dari duduknya, dia menyisir rambutnya dengan jari dan duduk di atas meja dengan sombongnya.

"Di mana Calya?" Tanya Alvin, Rach nampak kebingungan sejenak.

"Apa maksud anda?" Tanya Rach, siang itu Rach memang sempat bertemu dengan Calya. Namun pertemuan itu tidak berlangsung lama, Rach hanya meminta maaf.

"Siang tadi, bukankah kau pergi dengannya?" Kini tatapan Alvin berubah kejam, Rach menjadi merinding melihatnya.

"Tidak, saya memang menemuinya sebentar untuk meminta Maaf dan berharap agar dia memberikan harapan kedua. Namun Calya menolaknya, dia berkata bila dia telah menemukan jalannya dan itu bukan saya." Alvin terperanjak mendengar itu, hatinya berubah menjadi panas seketika.

"Argh! Kemana dia sebenarnya! Panggil Kodoi ke mari!" Perintah Alvin pada sekretarisnya, dia berencana akan membuat gempar seluruh India demi menemukan Calya.