Mengejar Cinta MAS Ojol

Acara demi acara pun sudah dilewati, kini tinggallah beberapa orang yg masih setia berada di tempat itu. Termasuk Yoga, yang masih bersama Iwan. Sementara Agung sudah pulang bersama kekasihnya.

Tampak diantaranya ada yg memulai acara barbeque, mengisi kegiatan malam ini.

" Kamu sering ikutan acara begini Ga?" Tanya Iwan kepada Yoga disebelahnya. terlihat Yoga sangat akrab dengan beberapa gadis yg masih tersisa. Dan beberapa remaja lelaki menemani.

" Sering pak, ga mau ketinggalan kalau kaya gini. Apalagi ceweknya cakep cakep lagi. Sekalian cuci mata. Siapa tahu ada yg nyantol"

" Udah ada yg nyantol?"

" Belum pak. Hehe" Sahut Yoga, sepertinya memang agak pilih pilih.

Yoga pun bercerita, jika biasanya bukan acara ulang tahun. Tapi malam minggu pertama setiap bulannya. Malah kadang setiap dua minggu sekali. Dan itu Yoga ceritakan mengalir begitu saja.

Tak lama kemudian, Yoga pun menyingkir. Mengikuti acara teman lainnya. Karena Winda datang menemui Iwan. Penampilan sexi Winda menarik perhatian Iwan. Apalagi rok pendek sebatas paha atas, Winda pakai malam ini. Belahan dadanya yg montok terlihat jelas. membuat Iwan panas dingin dan kepala nyut nyutan. Walau sudah seringkali melihat dan merasakan milik Sheila dan Riska, namun kenyataannya, Winda malam ini sangat menantang.

Adik kecil Iwan sebenarnya sudah tidak tahan. Namun karena keberadaan anak buahnya yg ada saat ini, membuatnya menahan diri.

" Malam pak, eh mas. Kalau diluar mas aja ya pak Iwan?" Ucap Winda manja, sambil menyalami Iwan, duduk sendirian.

Keduanya berada dipojok teras yg remang remang. Karena cahaya lampu di arahkan ke tempat acara barbeque.

" Senyamannya kamu ajalah. Oh ya selamat ulang tahun ya Win. Semoga panjang umur dan sukses selalu. Lekas dapat jodoh, biar kita dapat undangan makan makan lagi" sahut Iwan sambil tersenyum. Kemudian keduanya pun duduk di bangku panjang berdua.

" Makasih mas. Makasih juga kadonya, jadi special nih" Sahut Winda sambil mengeringkan matanya menatap Iwan.

" Sama sama. Oh ya, kamu sendirian dirumah. Kok engga kelihatan saudara atau orang tuamu?" Tanya Iwan kepada Winda.

" Orang tua sudah ga ada"

" Maaf"

" Ga papa mas, pinginnya sih engga sendirian kalau mas Iwan mau menemani" Sahut centil Winda, kembali mengedipkan mata sebelahnya. Iwan hanya tersenyum biasa.

" Ada kakak saya, tapi sering di apartemen. Daripada disini. Kalau sini kan rumah pribadi saya"

" oh begitu. Engga takut sendirian?" Tanya Iwan.

" Takut sih, pinginnya ditemenin kamu. Mau yah?, hehe canda" ucap Winda.

" Emang cowok kamu?"

" Belum punya, cariin apa mas. Yg mirip mas Iwan begini, yg ganteng dan tentu......perkasa" Sahut Winda sambil tersenyum, kemudian menggigit bibir bawahnya yg agak basah.

" Coba deh entar kalau ada?, saya kenalin" Sahut Iwan. Kemudian mengambil rokok dan menyulutnya. Grogi.

" Maunya mas Iwan sendiri lho"

" Kalau saya mah udah kenal" Sahut Iwan.

" Pacarnya engga diajak kesini mas?" Ucap Winda kepada Iwan.

" Ga mau ikut. Situ kan ngundangnya cuma saya. Ya mau bagaimana lagi.." Sahut Iwan, sengaja menuturkan tentang undangan dari Winda ini.

" Ya sorry, kan saya mau ngobrol berdua begini" Sahut Winda.

" hemm, ada perlu apa sampai titip pesan secara khusus?" Tanya Iwan, kini menatap Winda. Winda gelagapan karena ditatap Iwan seperti itu. Apalagi jaraknya yg sangat dekat. Winda sengaja mendekat dan berjejer dengan Iwan.

" ga papa, sih. Cuman pingin ngobrol sama kepala produksi yg tampan ini" Sahut Winda, gemas. Tangannya sudah meremas rok mininya. Keringat dingin pun mengalir di keningnya. Mata Winda kini menatap Iwan secara intens.

kedua mata pun bertemu, semakin lama semakin mendekat. Iwan sadar, jika ditempat ini masih banyak anak buahnya.

" Banyak orang, jangan lakukan " ucap Iwan berbisik ditelinga Winda. Ia tahu, kalau Winda sudah bersiap mencium bibir Iwan. Dengan matanya yg terpejam, dan bibirnya sudah terbuka sedikit demi sedikit.

Namun Winda kemudian tersadar, dengan ucapan Iwan ini. Hingga ia pun membuka matanya dan menutup mulutnya dengan tangan. Ia pun tersenyum.

" Berarti kalau ga ada orang ga papa ya mas?" Sahut Winda berbisik. Iwan tidak menjawab pertanyaan Winda. Kemudian Iwan mengalihkan perhatian Winda dengan hal yg lainnya.

" Kakakmu engga kesini?"

" Kenapa?, penasaran ya?" Sahut Winda.

" Engga juga sih. Cantiknya sama engga sama kamu?" ucap Iwan merayu Winda. Winda malu malu, karena mendapatkan pujian dari Iwan.

" Ya hampir mirip sih. Kakak adik soalnya" kemudian Winda bercerita keberadaan kakaknya. Dan tentang kakaknya itu.

" Ohhh.." Sahut Iwan.

" Di apartemen sama siapa?"

" Sendiri lah, masih singel ini. Padahal usia 28 tahun lho.." Sahut Winda.

" Kamu?"

" 23 tahun. Kalau mas Iwan?"

" emmm, berapa ya?" Sahut Iwan sambil memikirkan usianya sendiri. Dan menunjuk jarinya di pipi.

" Isss, 24 tahun ya?"

Winda menebak usia Iwan saat ini. Memang orang akan mengira usianya segitu. Karena dari raut mukanya yg tampak dewasa.

" Ya segitulah" Sahut Iwan tersenyum, padahal usianya baru 22 tahun saat ini.

" Kenalin dong, dengan kakakmu, siapa namanya?" Ucap Iwan berbisik kepada Winda.

" Tia, isss, malah nanyain kak Tia. Ini adiknya di abaikan gitu?" Ketus Winda, Iwan tersenyum melihat tingkah Winda. Apalagi bibirnya yg menggoda.

" Aduh, bibirnya, pingin dicium tuh" Sahut Iwan menggoda Winda, karena sejak tadi, sepertinya memang menggodanya. Iwan paham akan hal itu. Sudah biasa dengan wanita wanita yg ditemui.

" maunya dicium mas Iwan. Yuk"

" Kenapa?" Sahut Iwan perlahan, menggoda Winda kembali. Ia tahu tidak mudah untuk mendapatkan informasi tentang Suhendar dari Winda. Alangkah baiknya bertanya langsung kepada kakaknya.

Namun untuk ketemu dengan Tia, kakaknya Winda tentu tidak mudah. Apalagi Winda menginginkan dirinya. Dengan menuruti kemauan dari Winda, kemungkinan bisa bertemu dengan Tia akan sangat mudah nantinya.

Terlebih setelah mendengarkan cerita dari Agung dan Yoga tadi. Karena Tia adalah wanita panggilan, setelah ketahuan menjadi simpanan dari Ajisaka. Kemudian dipindahkan diperusahaan bagian belakang sana.

" Mau aja, sama orang tampan disebelahku ini ?" Sahut Winda, Iwan menggelengkan kepala. Sebab, otomatis mereka tahu apa nantinya yg terjadi. Dan Iwan menolak jika ada berita yg tidak baik di kemudian hari.

Winda masih terus memperhatikan Iwan, Iwan sebenarnya kikuk atas perilaku dari Winda. Namun demi bisa mengorek informasi yg diinginkan, Iwan membiarkan saja dahulu.

" Sepertinya dah malam, saya mau pamit. Tapi numpang toilet dulu dong" ucap Iwan sambil melihat jam tangannya, serta melihat ponselnya. Ada nama Sheila yg mengirimkan pesan.

" Buru buru sih mas. Yuk saya antar ke belakang"

Winda pun akhirnya mengantar Iwan ke kamar mandi di dalam rumah. Iwan pun mengikutinya, sambil tegur sapa dengan anak anak yg sedang bakar bakar.

Rumah minimalis, dan kamar mandi nyempil di belakang. Tidak ada orang disana, hanya Winda seorang diri penghuninya. Sementara teman yg lain berada di teras rumahnya dengan acara anak muda.

" Kamar mandi dan toilet jadi satu mas. Mau ngapain?, pipis atau pipis enak?" Celetuk Winda, Winda menarik Iwan perlahan lahan menuju kamar mandi, tubuhnya yg seksi menggemaskan menurut Iwan. Walau sudah mempunyai Sheila, ia tetap tergoda oleh Winda saat ini.

" Pipis enak gimana caranya?" Tanya Iwan, mengeringkan matanya, menggoda Winda.

" Mau saya bantuin sini !"

...****************...