Sekuat apa pun aku bertahan, nyatanya aku tidak bisa sekuat itu," ucap Vira.
Dunia Vira seakan runtuh saat tahu jika suami yang sangat ia cintai sudah menikah siri secara diam-diam dengan sahabatnya sendiri. Faktor belum dikaruniai keturunan yang membuat Yusuf tega mengkhianati cinta Vira.
Akankah Vira bertahan dengan pernikahannya atau kah memilih menyerah dan melanjutkan hidup sesuai takdir yang sudah dituliskan oleh Allah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16 Tegar
“Tidak sayang, aku tidak akan pernah mau bercerai denganmu,” seru Yusuf dengan wajah yang sedihnya.
“Kenapa? Apa Mas mau membuat aku lebih menderita lagi?” tanya Vira dengan nada yang terdengar menahan emosi.
“Sayang, aku tidak bermaksud membuatmu menderita. Aku sadar kalau kemarin-kemarin aku membentak kamu karena aku panik saja bukan berarti aku membenci kamu.” Yusuf berusaha merengek namun Vira sudah tidak mau tertipu lagi oleh Yusuf.
“Bukan saja membentak, selama 3 hari Mas sudah tidak pulang ke rumah bahkan sekedar memberi kabar pun tidak. Mas malah bermesraan di rumah sakit tanpa memikirkan perasaanku!” bentak Vira histeris.
“Bermesraan apa, aku sama sekali tidak mengerti.” Yusuf terlihat bingung karena Kalila mengambil foto itu saat Yusuf sedang tidur.
“Aku sudah tidak percaya lagi dengan ucapan Mas. Mas sudah terlalu banyak berbohong, Mas selalu bilang kalau Mas cinta sama aku dan tidak mencintai Kalila tapi buktinya apa? Lagipula, Mas sudah tidak percaya lagi kepadaku lalu apa yang harus aku pertahankan.” Air mata Vira terus saja mengalir, begitu pun dengan Yusuf yang mulai meneteskan air matanya.
“Aku mohon sayang, jangan bicara cerai lagi karena sampai kapan pun aku tidak akan menceraikanmu. Jika kamu ingin menenangkan diri dulu, aku akan mengizinkannya supaya otak dan hati kamu dingin tidak emosi seperti ini.” Yusuf berusaha membujuk Vira.
“Selama 3 hari ini aku sudah memikirkannya bahkan aku sudah shalat istikharah untuk meminta petunjuk dari Allah, dan akhirnya aku mendapatkan jawabannya. Keputusanku sudah bulat, aku tidak sanggup melanjutkan pernikahan ini lagi,” seru Vira mantap.
“Sayang, tapi Allah sangat membenci kepada orang-orang yang bercerai-berai.”
“Aku tahu, tapi jika beban yang kita pikul sudah sangat berat maka kita sebaiknya melepaskannya walaupun itu berat,” sahut Vira.
Yusuf menundukkan kepalanya, air matanya terus mengalir. Yusuf sangat mencintai Vira, dia tidak mau berpisah dengan Vira. “Tapi aku tetap tidak mau bercerai denganmu. Kalau kamu mau aku akan menceraikan Kalila tapi aku mohon kamu harus tetap berada di sampingku.” Yusuf terus memohon kepada Vira supaya Vira mau membatalkan rencananya itu.
“Jangan menambah dosa Mas, Kalila itu ibu dari anakmu sedangkan aku hanya seorang wanita yang cacat karena tidak bisa memberikanmu keturunan.”
“Aku mohon, aku tidak mau sampai kehilangan kamu, sayang.” Kali ini Yusuf bersujud di hadapan Vira.
Vira semakin terisak, dia juga sangat mencintai Yusuf tapi Vira tidak bisa melanjutkan pernikahan itu karena akan membuat dia semakin sakit. “Sekuat apa pun aku bertahan, nyatanya aku tidak bisa seikhlas itu, Mas. Aku bukan istri Rasulullah yang mempunyai hati yang sabar, aku hanya seorang manusia yang mempunyai sikap egois,” seru Vira dengan deraian air mata.
Vira bangkit dari duduknya, dia mengambil koper yang sudah dia isi dengan baju dan barang-barang pribadi dia. “Kalau Mas tidak mau menceraikanku, biar aku yang menggugat Mas.” Vira menggeret kopernya, sedangkan Yusuf masih dalam posisi sujud dengan tangisan yang tidak bisa dia hentikan.
Vira segera memesan taksi dan pergi dari rumah Yusuf. Yusuf baru sadar dan langsung mengejar Vira, namun terlambat karena Vira sudah pergi. Yusuf sangat sedih, kali ini Vira benar-benar pergi meninggalkannya.
Vira pergi ke pondok pesantren, Hamid dan Aisyah sampai terkejut melihat Vira datang dengan membawa koper. “Maafkan Vira, Vira tidak tahu harus pergi ke mana. Hanya ke sini, satu-satunya tempat pelarian untuk Vira,” seru Vira dengan deraian air mata.
Aisyah memeluk Vira. “Tidak apa-apa, Umi sudah tahu kalau kamu pasti akan datang ke sini,” sahut Umi Aisyah.
“Vira sudah tidak kuat, Umi. Maafkan Vira karena Vira lebih memilih menyerah.” Vira menangis sesenggukan dipelukan Aisyah.
“Tidak apa-apa, kalau tidak kuat tidak usah dilanjutkan,” sahut Umi Aisyah.
Aisyah membiarkan Vira menangis sepuas-puasnya sedangkan Hamid hanya terdiam. “Vira sangat mencintai Mas Yusuf, Umi. Vira tidak ingin berpisah dengan Mas Yusuf, tapi Mas Yusuf sudah membuat Vira sakit hati. Padahal, dulu Vira sangat berharap kalau Mas Yusuf bisa menjadi imam yang baik untuk Vira dan menjadi jodoh terakhir untuk Vira, tapi nyatanya Vira salah.”
“Kalau ada manusia yang ditakdirkan oleh Allah menyakiti kita, itu tandanya Allah sedang menanti kita untuk kembali kepadanya. Selama ini, kamu terlalu berharap kepada manusia sehingga Allah membuat kamu sakit hati oleh manusia itu. Jangan terlalu mencintai sesuatu secara berlebihan, karena Allah akan menguji kita dengan sesuatu yang kita cintai itu.” Abah Hamid memberikan nasehat kepada Vira dan itu membuat Vira terdiam.
Hamid dan Aisyah memberikan waktu kepada Vira untuk memikirkan semuanya, takutnya itu hanya emosi sesaat. Hamid dan Aisyah tidak mau sampai Vira menyesali keputusannya. Jadi Vira harus benar-benar memikirkannya dengan matang.
***
Waktu berjalan dengan sangat cepat. Satu bulan pun berlalu, semenjak Hamid dan Aisyah memberi waktu, Vira tetap keukeuh ingin bercerai. Selama proses persidangan, Vira tidak pernah hadir sama sekali dan menyerahkan semuanya kepada Pengacara hingga gugatan cerai pun dikabulkan dan saat ini Vira sudah resmi bercerai dengan Yusuf.
“Vira, apa kamu baik-baik saja?” Aisyah menghampiri Vira yang saat ini sedang melamun sembari melihat buku cerai yang baru saja dia terima.
“Insya Allah, Vira baik-baik saja, Umi. Walaupun dalam hati Vira masih belum bisa menerima semua ini.” Vira tersenyum ke arah Aisyah.
“Belajarlah untuk menerima dan Ridho atas segala ketentuan yang Allah berikan dan jangan pernah membenci keadaan. Kamu tahu, malam itu dia gelap tapi saat dia ikhlas dan Ridho menerima kegelapannya, Allah kemudian menghadirkan bintang dan bulan yang bisa menerangi kegelapan itu. Jadi, kamu juga harus belajar menerima dan ikhlas untuk melepaskan.” Aisyah kembali memberikan nasehat kepada Vira.
“Kamu juga harus tahu, segala sesuatu yang ditakdirkan untukmu, pasti akan datang kepadamu dan segala sesuatu yang tak ditakdirkan untukmu, tidak akan pernah menjadi milikmu,” sambung Abah Hamid.
Vira memeluk Aisyah, sungguh saat ini Vira sangat bersyukur mempunyai orang-orang yang sayang dan peduli kepada dirinya. “Umi, Abah, Vira ingin mencari kerja ya? Malu kalau terus-terusan Vira numpang makan dan tidur di sini,” seru Vira dengan melepaskan pelukannya.
“Boleh, tapi Umi sarankan lebih baik pada saat masa idah kamu berakhir biar nantinya tidak ada fitnah. Jadi sebelum masa idah kamu selesai, kamu di sini saja dulu bantu-bantu Umi ngurus pondok.” Aisyah memberikan saran untuk Vira.
“Baiklah, Umi.”
Vira sudah memberitahukan juga masalah perceraiannya kepada Mamanya yang ada di kampung. Mamanya sangat sedih tapi ia juga tidak mau memaksakan semuanya, ia yakin kalau anaknya sudah memikirkannya secara matang-matang. Justru, ia menyuruh Vira untuk pulang ke kampung saja dan pindah ke sana.
