Cinta Suci Bilqis

Ketika Cathrine tengah beradu pendapat dengan satpam yang berjaga di depan gerbang rumah, mereka dikejutkan oleh suara interupsi yang mana suara tersebut berasal dari Herlambang yang nampak heran ketika melihat Cathrine tengah beradu argumen di depan gerbang rumahnya. Cathrine langsung memasang wajah ramah pada Herlambang namun pria tua itu nampak skeptis dengan apa yang dilakukan oleh Cathrine di rumahnya apalagi sampai wanita itu berteriak dan memaki satpam yang berjaga.

"Apa yang membawa kamu ke sini?"

"Saya ingin menemui tuan Rendi."

"Mau apa kamu bertemu anakku di rumah?"

Herlambang menanyakan itu bukan karena tanpa alasan, ia memang tak mengetahui hubungan rahasia yang terjalin antara Rendi dan Cathrine hingga hari ini.

"Apakah anda tak mengetahuinya, Tuan Herlambang?"

"Apa yang sedang kamu bicarakan ini, Cathrine?"

"Yang saya bicarakan di sini sebenarnya adalah-"

"Sayang, kenapa kamu bicara dengan wanita ini?"

Belum sempat Cathrine mengatakan semuanya justru Ayumi muncul dan menginterupsi pembicaraan mereka.

"Cathrine katanya hendak mengatakan sesuatu padaku."

"Apa? Mengatakan apa? Sudahlah lebih baik jangan dengarkan apa yang hendak ia bicarakan. Akan jauh lebih baik kamu masuk saja ke dalam."

Tentu saja sikap Ayumi yang seperti ini malah membuat Herlambang menjadi penasaran, pria itu merasa kalau ada sesuatu yang terjadi dan Ayumi tahu sesuatu.

"Kamu sedang mencoba menyembunyikan sesuatu dariku?"

"Sayang, kamu ini bicara apa? Tentu saja aku tak sedang menyembunyikan apa pun darimu. Aku kan hanya mengatakan kalau akan jauh lebih baik kalau kamu masuk saja ke dalam rumah dan istirahat."

Sebenarnya Herlambang belum puas dengan jawaban yang Ayumi berikan barusan namun ia tak membantah apa yang Ayumi katakan. Herlambang menghela napasnya panjang dan kemudian gegas saja ia masuk ke dalam rumah. Setelah dirasa aman dari sang suami yang sudah masuk ke dalam rumah maka Ayumi langsung menatap galak pada Cathrine.

"Ikut denganku!"

Ayumi langsung menyuruh Cathrine ikut dengannya untuk agak menjauh dari rumah.

****

Ayumi dan Cathrine ada di taman dan Ayumi langsung mengumpat Cathrine dengan kata-kata yang pedas. Ayumi mengatakan bahwa Cathrine tak waras karena mau mencoba memberitahu suaminya mengenai hubungan antara dirinya dan Rendi. Cathrine mengatakan kalau ia tak punya pilihan lain karena merasa kalau Herlambang tahu semuanya maka pasti Herlambang akan mau menikahkan mereka. Ayumi yang mendengar semua itu sontak saja tertawa, Ayumi mengatakan kalau Cathrine terlalu yakin kalau Herlambang akan mau mendengarkan apa yang Cathrine katakan.

"Tentu saja Nyonya, karena Rendi adalah ayah dari calon anak kami."

Tawa Ayumi seketika terhenti ketika mendapati Cathrine mengatakan sesuatu hal yang tak masuk akal baginya.

"Apa maksudmu? Anak?"

"Iya aku hamil!"

Cathrine kemudian memberikan foto hasil USG yang dilakukannya beberapa waktu yang lalu. Di dalam foto USG itu ada janin yang merupakan calon anak Cathrine dan Rendi. Ayumi nampak tak percaya dengan semua ini, ia sama sekali tak menyangka kalau Rendi bisa berbuat sejauh ini.

"Saya bersumpah bahwa tak ada rekayasa dalam foto ini, kalau memang anda tak percaya kalau saya hamil maka ayo kita periksakan ke dokter."

Kepala Ayumi mendadak pusing mendengar semua kenyataan ini, ia tak menyangka kalau Rendi akan berbuat sampai sejauh ini bahkan menyebabkan sampai Cathrine mengandung anaknya.

****

Ayumi langsung saja menarik Rendi ketika anaknya itu sudah kembali ke rumah untuk membahas soal hasil USG Cathrine. Rendi tak memercayai kalau Cathrine mengandung anaknya dan kemudian Rendi berniat untuk melabrak wanita itu namun ditahan oleh mamanya.

"Jawab dengan jujur apakah kamu sampai berhubungan badan dengan Cathrine?"

"Iya, kami memang melakukan itu beberapa kali."

Ayumi memegangi kepalanya, rasanya mendengar kejujuran Rendi makin membuatnya yakin bahwa Cathrine mengandung cucunya. Di satu sisi tentu saja Ayumi bahagia karena akan mendapatkan cucu namun di sisi lain ia merasa khawatir kalau sampai Cathrine nekat memberitahu suaminya.

"Ada apa, Ma?"

Ayumi menghela napasnya panjang kemudian menceritakan apa yang Cathrine lakukan barusan pada Herlambang yang mana mendengar cerita dari sang mama membuat Rendi murka bukan main.

"Berani sekali wanita tak tahu diri itu!"

Rendi hendak melabrak Ayumi lagi namun sang mama kembali menahannya, ia ingin supaya Rendi tenang dulu sebelum mengambil keputusan.

"Dia sudah keterlaluan, bagaimana bisa kita diam saja!"

"Nikahi Cathrine."

"Apa maksud Mama?"

"Apakah yang Mama katakan barusan tak cukup jelas?"

"Tapi kenapa Mama meminta aku menikah dengannya?"

"Karena dia mengandung anakmu."

"Bagaimana kalau dia mengandung anak orang lain?"

"Mustahil! Mama sudah membuntuti dia selama ini untuk memastikan dia tak punya hubungan dengan wanita lain dan faktanya memang benar kok dia tak ada hubungan dengan pria lain kecuali kamu!"

****

Ayumi mendatangi sang suami dan ingin mengatakan kejujuran pada sang suami. Ia tahu bahwa cepat arau lambat Herlambang akan tahu semua ini maka sebelum semua terlambat maka ia harus mengatakan semuanya.

"Ayumi."

"Sayang."

"Ada apa?"

Ayumi nampak gugup sekali ketika hendak mengatakan ini pada sang suami namun tentu saja ia harus mengatakannya bagaimanapun caranya.

"Apa? Kenapa hanya diam saja?"

Ayumi mencoba untuk mengumpulkan semua keberaniannya bicara pada sang suami. Maka Ayumi pun mengatakan semuanya pada sang suami mengenai apa yang terjadi. Seperti yang sudah ia duga sebelumnya bahwa sang suami sangat shock dan tak memercayai apa yang barusan ia katakan.

"Apa maksudmu?"

"Itu semua benar suamiku."

Herlambang menuntut lebih jelas mengenai Ayumi mengatakan semua itu maka Ayumi pun mengatakan semuanya tanpa ada yang ia tutupi. Herlambang tentu saja kecewa dan marah pada Ayumi karena sudah membuat hal seperti ini. Ayumi meminta maaf atas apa yang sudah ia lakukan.

"Aku minta maaf suamiku."

Herlambang mencoba meredam emosi yang mendadak ingin meledak saat ini juga, ia mencoba untuk mengendalikan diri dan tak melakukan hal-hal yang malah akan membuat situasi akan semakin buruk.

"Di mana anak itu? Aku mau bicara dengannya."

****

Bilqis menghela napasnya panjang, beberapa waktu belakangan sang bunda tak mengusik hidupnya lagi dan sejujurnya Bilqis senang akan hal itu namun ia juga tak bisa menampik bahwa ada rasa khawatir mengenai apa yang terjadi pada sang bunda. Bilqis menelpon Eny dan mencari tahu bagaimana kondisi sang bunda, Eny mengatakan kalau Putri saat ini sedang sakit yang mana Bilqis merasa harus menjenguk sang bunda nanti ketika sudah selesai mengajar. Seperti yang sudah ia rencanakan sebelumnya maka kini Bilqis langsung menuju rumah Eny yang mana juga menjadi tempat sang bunda tinggal.

"Masuk, Nak. Bundamu ada di dalam kamarnya."

"Terima kasih Bibi."