NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Asri

Mengejar Cinta Asri

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Poligami
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Arya wijaya

Mengambil sebuah keputusan membuat cinta terpisah antara Sam dan Asri, adalah suatu kesalahan besar yang di lakukan Sam, saat sudah tak ada beban dalam hidupnya kini Sam berusaha mengejar cinta sejatinya, begitu banyak rintangan yang di lalui tak lupa juga saingan besar untuk memperoleh kembali cinta Asri yang sempat hilang 6 bulan lamanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arya wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RESMI BERCERAI

Tini mengamuk, lalu berteriak mengatakan,

"Tidak, pak hakim, tidak.. jangan ketuk palu itu"

Sam hanya memandangi Tini dari kejauhan, Ia sungguh berharap bahwa perceraiannya selesai hari ini, Sam menggenggam tangannya dan berdoa dalam hati.

"Ya Allah, apapun kehendak mu, Aku pasrahkan seluruhnya padamu"

Lalu Pak hakim mengatakan,

"Maaf Bu tolong kondisikan Putri anda, sepertinya Putri anda membuat kegaduhan di raung persidangan ini"

Bu Heni meminta maaf atas tindakan putrinya yang tak bermoral, Bu Heni pun segera memanggil Security untuk membawa Putrinya keluar sementara.

"Mah.. Gak Mah.. Sam tolong jangan ceraikan Aku"

Tini berteriak mengatakan hal itu sambil dirinya di geret keluar oleh satpam.

Karena kondisi kini mulai tenang, lalu Pak hakim bertanya sekali lagi soal kehamilan Tini.

"Pak Ray Sam sekali lagi Saya bertanya, apakah istri anda sedang hamil?"

Bu Heni langsung menyahuti,

"Pak hakim, sudah Saya bilang Putri Saya sedang sakit, Dia hanya belum bisa menerima keadaan ini"

Sam menatap wajah Bu Heni, lalu Bu Heni menganggukkan kepalanya, tanda bahwa Sam harus mengiyakan perkataannya.

"Iya Pak.. Istri Saya tidak sedang hamil"

Pak hakim kini sudah mendengar kesaksian dari kedua pihak, lalu di putuskan bahwa Sam resmi bercerai dengan Tini saat ini juga, pak hakim mengetuk palu tanda bahwa perceraian hari ini selesai.

"Terimakasih Pak hakim"

Sam begitu bahagia telah lepas dari cengkraman Tini, Ia pun menangis kecil, mengaminkan doanya telah terkabul.

Lalu Sam menoleh menatap Bu Heni, tiba-tiba Sam memeluk mantan mertuanya itu.

"Mah.. Makasih banyak atas bantuannya, Aku gak tahu seperti apa kondisinya tadi, jika Mamah ga membantu Aku"

Bu Heni pun menangis lalu berkata,

"Aku hanya seorang ibu, yang ingin Putrinya kelak bahagia, begitu juga Bu Fatma, mungkin dari dalam lubuk hatinya Bu Fatma ingin melihat Kamu bahagia, dan Saya tahu kebahagiaan Kamu bukan pada Tini, tapi ada pada orang lain"

Sam sungguh bahagia Ia tak tahu harus bagaimana mengucap rasa syukur atas bantuan yang Bu Heni lakukan.

"Mamah Heni, sampai kapanpun Sam akan tetap menghormati mamah Heni, jika mamah Heni butuh bantuan jangan sungkan Aku pasti bisa membantu mamah, dan benar apa kata mamah, bahwa Tini bukan kebahagiaan Aku, semoga kelak Tini mendapatkan lelaki yang tulus mencintainya"

Setelah selesai obrolan yang mengharukan ini, Sam kini pamit untuk kembali ke kantornya, saat bertemu dengan Tini di luar ruang persidangan, Tini menghampiri Sam.

"Sam.. Kita belum bercerai kan?"

Tanya Tini dengan menangis tersedu-sedu, Sam sebenarnya tak tega namun sungguh hatinya ingin lepas dari Tini selamanya.

"Maafkan Aku, tapi Kita bukan suami istri lagi"

Tini menangis sejadi-jadinya, Ia sungguh lemah tak berdaya saat ini.

"Sam Kamu jahat.. Kamu tega Sam, Kamu menceraikan Aku hanya untuk perempuan murahan itu"

Sam sungguh tak suka dengan perkataan Tini lalu Ia menjawab,

"Cukup Tini, bahkan Aku dan Asri sudah berbulan-bulan tidak pernah bertemu, Aku tidak tahu dimana Asri berada, jadi tolong jangan Kamu sangkut pautkan masalah perceraian kita dengan Asri"

"Tapi dia selingkuhan Kamu, dia yang merebut Kamu dari Aku"

Sam kini menjadi marah, lalu Sam menegaskan pada Tini supaya menjaga ucapannya.

"Cukup Tini, Kamu bahkan tahu kita menikah tanpa cinta, Kamu bahkan tahu, Aku tidak pernah mencintai Kamu, dan Kamu bahkan tahu berkali-kali Aku mencoba menceraikan Kamu, dan tolong kali ini biarkan Aku tenang"

Bu Heni hanya menyimak percakapan Sam dan Tini dari tadi, akhirnya Bu Heni mendekati Tini lalu memeluknya dengan erat.

"Sudah Tini cukup.. Semuanya sudah selesai, pernikahan Kamu, cinta Kamu sudah selesai"

Tini masih terus menangis dalam pelukan Ibunya, lalu Bu Heni memberi isyarat pada Sam untuk pergi segera dari sini.

Sam mengerti maksud isyarat itu, Sam pun meninggalkan Tini dengan diam-diam, Bu Heni pun ikut bersedih atas apa yang terjadi pada putrinya saat ini.

Ketika ingin pulang ke jakarta Tini pingsan di jalan, Bu Heni panik, lalu dengan segera Bu Heni memangil Security untuk menggendong Putrinya ke dalam mobil.

"Terimakasih Pak sudah membantu Saya"

Pak satpam pun kembali ke tempat kerjanya.

"Ya ampun, Saya harus bawa ke Rumah sakit terdekat saja deh, kalau ke jakarta terlalu jauh, Aku takut sesuatu terjadi pada Tini"

Bu Heni sungguh khawatir dengan kondisi Putrinya, lalu Ia menelepon seseorang untuk mengambil mobil Tini dan membawanya Ke Jakarta, tak lupa Bu Heni memberi kabar kepada suaminya tentang kondisi Tini saat ini.

"Pingsan Mah.. kenapa bisa"

Bu Heni kini menjelaskan bahwa hari ini persidangan perceraian Tini, dan kini hakim sudah mengetuk palu mengesahkan bahwa Tini dan Sam resmi bercerai, pak Herman semakin membenci Sam, karena dialah kondisi Putrinya menjadi seperti ini.

"Sekarang Mamah mau ke Rumah Sakit di Cirebon, kalau ke Jakarta terlalu jauh Pah, mamah ingin Tini mendapatkan pertolongan pertama"

Pak Herman pun segera menyusul ke Rumah Sakit itu.

Namun ketika hendak ingin pergi, polisi yang selalu mengawasi pak Herman di kantor melarang Pak Herman keluar dari kota.

"Maaf tidak bisa Pak, kalau di luar kota"

"Tapi Putri Saya masuk Rumah Sakit Pak"

"Tetap tidak bisa Pak Herman, tolong Pak taati peraturannya, bapak disini bebas bersyarat, jadi patuhi peraturan yang ada"

Merasa kecewa karena polisi tak memberinya izin, kini Herman semakin membenci Sam, karena sudah membuat hidupnya susah.

Pak Herman marah di dalam ruangan lalu Ia menghentakkan tangannya di atas meja dengan kuat.

Rahma yang sedang berbaring di kamar sudah tak sabar menunggu surat dari Rumah sakit.

"Kenapa belum datang juga yah suratnya, Aku sungguh penasaran dengan hasilnya"

Bu Yanti melihat Putrinya sedang resah, lalu Ia bertanya apa yang membuatnya menjadi resah.

"Surat dari Rumah Sakit belum juga datang Mah, katanya dua hari sudah selesai penelitiannya"

"Sabar dong Rahma, mungkin masih di jalan"

Selang beberapa menit, akhirnya surat itu pun datang.

"Ini Mbak paketnya"

Rahma segera mengambil sebuah surat yang di berikan kurir tersebut.

"Terimakasih Pak"

Kurir pun pergi, dan kini Rahma membuka surat tersebut, sambil berdoa Rahma membuka pelan-pelan surat itu, dan ketika tahu hasil lab kesehatannya, ternyata Rahma di vonis mengidap kanker rahim.

Rahma bersedih air matanya menetes dengan deras, Ia Tak menyangka jika dirinya mengidap penyakit ganas dan mematikan.

"Ya Allah, gak mungkin"

Rahma menangis tanpa suara, Bu Yanti yang melihatnya kini penasaran dengan hasilnya.

"Coba sini Mamah lihat"

Begitu terkejut Bu Yanti saat tahu bahwa Dokter memvonis Rahma mengidap kanker rahim, Bu Yanti memandangi Putrinya merasa tak percaya akan semua ini.

"Ya Allah Rahma, jadi benar dugaan Dokter"

Bu Yanti langsung memeluk sang Putri yang masih tengah menangis tersedu-sedu.

"Mah Aku takut Chandra meninggalkan Aku karena Aku punya penyakit ini"

"Rahma jaga bicara Kamu, Chandra gak seperti itu, sudah tenangkan diri Kamu"

Sebenarnya perasaan Bu Yanti juga sama dengan Rahma, apa Chandra akan menerima keadaan Istrinya, atau malah meninggalkan Putrinya.

Makmun melihat jam tangannya, Dia membereskan meja kerjanya untuk segera pergi menjenguk Kasih, tak lupa Ia mengabari Lia bahwa dirinya akan lembur sebentar hingga jam 8 malam.

"Hmm... rasanya bosan sekali di rumah terus menerus, Aku jadi kangen tempat kerja, kalau saja masih ada Asri disini, Aku pasti gak akan kesepian, Asri.. Kamu dimana ya sekarang?"

Lia kini menjadi rindu dengan Asri, hari-harinya hampa setiap hari, walaupun saat ini Lia memang sudah punya segalanya, tapi rasanya kurang lengkap jika belum ada anak dalam pernikahannya.

Lia kini berfikir untuk mengikuti program bayi tabung, tapi sebelum itu Ia ingin periksa terlebih dahulu, tentang kesehatannya dan kesehatan Makmun, supaya program bayi tabung berjalan dengan lancar.

Makmun kini sampai di apartemen alamat tempat tinggal Kasih.

"Sepertinya ini benar, jl. Kebayoran lantai 13"

Makmun pun turun dari mobil, dan langsung naik lift menuju kamar Kasih, setelah sampai Makmun memencet bel dan memangil Kasih.

"Kasih.. Kasih"

Kasih yang sedang tiduran kini beranjak bangun membuka pintu, betapa Ia terkejut dengan kedatangan Makmun di apartemennya.

"Mas Makmun, ingin apa kesini?"

Tanya Kasih dengan suara lemas dan wajah yang cukup pucat.

"Jadi benar Kamu tinggal disini, apa tempat ini pemberian Andi"

"Bukan Mas, apartemen ini milik Sam, Andi membelinya waktu itu, tapi Aku tidak tahu apakah sudah lunas atau belum, Karena Sam juga tidak mempertanyakan tempat ini"

"Memangnya keluarga Andi belum ada yang tahu kalau Andi sudah maaf meninggal"

Kasih menggelengkan kepalanya lalu Ia mengajak Makmun untuk masuk dan bicara di dalam.

1
Nur Yawati
lnjut
Arya wijaya: Thank you Kaka atas like nya di setiap episode.. terimakasih banyak sudah mampir terus.. 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!