Diana Larasati, harus rela mengorbankan masa mudanya karena menikah dengan cucu dari keluarga konglomerat, Dion Abraham. Diana pikir setelah menikah ia akan mendapatkan nasib hidup yang lebih baik. Namun ternyata sehari setelah mereka menikah, Diana baru menyadari jika dirinya hanyalah istri kedua.
Lantas bagaimana nasib Diana setelah menikah dengan Dion ? Simak ceritanya dalam novel "ISTRI KE DUA" karya Dewi KD, jangan lupa berikan dukungan kalian berupa like dan komentar 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi KD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Pagi harinya, Dion tak sama sekali menyapa Maya. Ia masih begitu kesal dengan Maya yang sama sekali tak bisa memahaminya. Maya merasakan perubahan sikap suaminya tersebut. Ia tak mungkin melepaskan Dion begitu saja. Ia tak ingin kehilangan Dion.
“Dion, maafkan aku.” Kata Maya lemah lembut. Maya meraih tangan Dion, dan Dion menoleh pada Maya. Sebenarnya ia pun tak tega mendiamkan Maya seperti ini. Namun jika Dion tidak bersikap demikian sikap ego dan keras kepala Maya akan terus menjadi-jadi.
“Ayo Kita ke dokter kandungan !” kata Maya mencoba membujuk Dion. Dan membuat jantung Dion berdebar mendengarnya. Selama ini Maya tidak ingin pergi ke dokter kandungan untuk menjalani program kehamilan, karena Maya masih ingin fokus berkarir sebagai seorang artis dan model.
“Maya…”
Maya menganggukkan kepalanya, ia akan melakukan cara apapun untuk membuat Dion bisa selalu dalam genggaman tangannya.
“Aku ingin mengandung anak mu ! Maafkan Aku yang belum sempat mengatakannya, karena Aku harus menyelesaikan kontrak dengan agensi ku terlebih dulu.” Kata Maya pelan, sebenarnya ia hanya berkilah karena memang seperti itulah Maya pintar bicara dan agar bisa membuat hati Dion luluh.
“Kamu serius ?” Dion langsung menangkup wajah Maya yang tersenyum kepadanya.
“Serius, sayang !” kata Maya dan Dion langsung mencium bibir Maya sejenak.
Cup
“Ayo kita ke dokter Liam !” kata Dion mengajak Maya untuk pergi ke dokter kandungan yang merupakan sepupunya sendiri.
“Ayo !” jawab Maya.
Mereka berdua pada akhirnya memutuskan untuk konsultasi ke dokter Liam. Maya diberikan beberapa obat kesuburan rahim dan vitamin yang harus Maya konsumsi agar mereka segera memiliki anak.
Sepanjang perjalanan kembali ke mansion, Dion menggenggam tangan Maya. Namun sebelumnya, Maya ingin pergi berbelanja dan tentu saja Dion menyetujuinya dan menuruti semua kemauan Maya.
Berbeda dengan Diana, ia merasa bosan di apartemen sendirian hanya ada dua orang pelayan yang menemaninya. Mereka Siti dan Sinta, dua orang kakak adik yang bekerja sudah hampir lima tahun di mansion keluarga Abraham.
Diana melihat Siti yang hendak keluar dari apartemen dan Diana ingin ikut kemana Siti pergi.
“Saya mau belanja kebutuhan dapur, Nyonya !” kata Siti
“Aku ikut ya ! Aku bosan disini !” kata Diana dengan sorot mata memohon, dan tentu saja Siti tak enak hati untuk menolak Diana. Siti pun mengiyakan permintaan Diana untuk pergi bersamanya. Tanpa Diana sadari, ia sudah melanggar perintah Dion untuk tidak keluar dari apartemen.
Diana dan Siti pergi ke sebuah mall yang begitu lengkap dimana Siti setiap minggunya sering berbelanja disana bersama kepala pelayan mansion.
“Kenapa belanjanya disini, Siti ?” tanya Diana, ia tahu tempat semacam ini harganya sangat mahal sangat jauh berbanding dengan harga pasar tradisonal.
“Tuan Benu yang selalu memerintahkan Kami untuk berbelanja bahan pokok di sini, Nyonya ! Tidak perlu pikirkan soal harganya, karena keluarga Abraham hartanya pasti tidak akan habis sampai tujuh turunan.” Kata Siti mengajak Diana bercanda.
“Iya, Kamu benar, harta mereka sangat banyak, sampai-sampai bisa membeli Aku !” kata Diana pelan dan membuat Siti tak enak hati mendengarnya.
“Saya minta maaf, Nyonya ! Saya tidak bermaksud begitu !” kata Siti, ia bukan tak tahu bagaimana majikannya tersebut memperlakukan Diana. Siti pun sebenarnya sangat kasihan pada Diana, namun apa yang bisa ia lakukan ia hanya seorang pelayan yang butuh uang untuk makan dan bertahan hidup.
“Tidak apa-apa, Siti ! Ayo kita mau berbelanja apa ?” ajak Diana mengalihkan pembicaraan.
“Ah…iya ini Saya membawa catatan yang harus dibeli.” Kata Siti
Keduanya kemudian berbelanja sesuai catatan yang tertera, setelah mereka selesai. Siti menawarkan Diana untuk makan es krim di lantai empat mall tersebut. Tentu saja Diana menyetujuinya, keduanya kemudian makan es krim. Setelah dari sana Siti mengajak Diana berkeliling Mall, karena Siti yakin Diana tidak pernah pergi ke Mall.
“Nyonya ingin melihat ke dalam ?” Siti menawarkan Diana untuk masuk ke dalam toko bermerek Hermes.
“Memangnya boleh ?” kata Diana yang membuat Siti ingin tertawa mendengarnya.
“Tentu saja boleh, Nyonya ! Kartu hitam yang berikan oleh Tuan Dion itu bisa membeli seluruh barang yang ada di Mall ini !” kata Siti menjelaskan.
Diana membuka dompetnya dimana terdapat black card yang diberikan oleh Dion padanya, Dion mengatakan hal tersebut adalah nafkah darinya.
Keduanya kemudian masuk ke dalam toko tersebut dan melihat-lihat produk yang ada di dalamnya. Saat Diana perlahan berjalan melihat-lihat produk yang terdapat di dalam toko tersebut. Tubuh Diana diam terpaku kala matanya melihat Dion bersama seorang wanita cantik yang pernah ia lihat di televisi.
Dion menoleh, betapa terkejutnya ia melihat Diana. Dion menatap tajam Diana dan tak suka melihat Diana, apa jadinya jika Maya tahu kalau Diana ada di tempat yang sama dengan mereka.
“Sayang…ayo bayar !” kata Maya dengan lembut, dan membuat Diana menoleh pada Maya.
...****************...