NovelToon NovelToon
Ours Time

Ours Time

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Anak Yang Berpenyakit
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Musim_Salju

Siapa sangka, Vanya gadis cantik yang terlihat ceria itu harus berjuang melawan penyakitnya. Dokter mengatakan jika Vanya menderita penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) yang terjadi akibat gangguan pada saraf motoriknya.

Segala pengobatan telah di upayakan oleh keluarganya, namun belum ada cara untuk bisa mengobati penyakit yang di derita Vanya. Ia yang sudah ikhlas menghadapi penyakit yang ia derita hanya bisa tersenyum di hadapan keluarganya. Walaupun begitu Vanya tetap melakukan aktivitas seperti gadis lainnya agar keluarganya tak terlalu mengkhawatirkan dirinya.

Siapa sangka pertemuannya dengan seorang pemuda bernama Shaka yang memiliki sikap dingin yang jarang berinteraksi dengan teman-temannya jatuh hati saat pertama kali melihat Vanya. Tanpa ia sadari wanita yang ia sukai sedang berjuang melawan penyakitnya.

Mampukah Shaka menjadi penyemangat Vanya di saat ia mulai down? Yuk nantikan kelanjutannya.

Siquel dari Novel yang berjudul "Cerita Kita"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

"Sudah setahun kita kembali ke Indonesia, Vanya sudah tampak terlihat ceria kembali mas. Khalisa harap, penyakit Vanya tidak akan kembali lagi. Khalisa tidak kuat harus melihat putri kita berjuang melawan penyakitnya." Seorang ibu mana yang sanggup melihat putrinya melawan penyakit yang ia derita bertahun-tahun lamanya.

Daffa mengelus bahu sang istri lembut. Mereka telah banyak menghabiskan waktu di negeri orang untuk pengobatan Putri mereka. Berharap penyakit itu tidak akan kembali menggerogoti putri mereka.

Putri mereka yang sedang mereka bicarakan terlihat tersenyum mendekat bersama kembarannya. Khalisa langsung menghapus bulir bening yang sempat jatuh di pipinya. Ia tak ingin putrinya malah bertanya yang tidak-tidak. Apalagi Vanya sangat tidak suka melihat ummahnya bersedih. Bahkan jika sang baba yang membuat ummahnya menangis, ia akan memarahi babanya dan menceramahi sang baba panjang lebar. Tentu saja Daffa hanya akan diam saja menerima omelan putrinya.

"Ummah... Baba... sedang ngobrolin apa, seru sekali. Baba minggir dulu, Anya mau di dekat ummah." Daffa hanya bisa mengalah. Padahal di sebelah kiri sang istri masih kosong. Sang kembaran yang bernama Vanka pun ikut nimbrung dan duduk di samping ummahnya. Mereka menggandeng sang ummah bersamaan.

"Hei, istri baba kenapa jadi rebutan kalian. Sana jauh-jauh dari istri baba. Sedari tadi baba mengalah sama kalian tahu." Tentu saja Daffa hanya bercanda mengatakannya. Mereka memang selalu seperti itu. Khalisa sang ibunda selalu menjadi rebutan dua anak dan ayah itu.

Vanya berbalik menatap ayahnya dan gantian memeluk sang ayah. Ia juga begitu mencintai sang ayah. Baginya, ayahnya adalah cinta pertama untuknya. Daffa mengelus lembut kepala sang putri dan mengecupnya dengan sayang.

"Baba jangan cemburu dong," Kekehan terdengar dari mulut Vanya. Khalisa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat putrinya dan suaminya. Mereka bercengkrama sore itu. Kebetulan hari itu hari libur.

Kebersamaan seperti ini selalu mereka luangkan berkumpul bersama keluarga setiap akhir pekan. Itu juga karena permintaan Vanya yang tak ingin ayahnya terlalu sibuk bekerja dan kembarannya yang terlalu sibuk di luar sejak kuliah. Apalagi sebelumnya Vanya berobat di LN hanya bersama ke dua orang tuanya meninggalkan sang kembaran yang harus melanjutkan kuliahnya yang sudah semester empat memasuki semester lima.

Sedangkan Vanya yang harus melakukan pengobatan dua tahun terakhir otomatis harus kehilangan waktu untuk ia kuliah. Ke dua orang tuanya hanya ingin putrinya fokus berobat.

"Ummah, baba, Anka, Anya mau berbicara serius kali ini. Tolong jangan memotong pembicaraan Anya dan melarang keinginan Anya kali ini." Ia menatap satu persatu keluarganya. Ummah, Baba dan Abang kembarnya menatap Vanya serius. Apa yang ingin di minta gadis berusia dua puluh tahun tersebut. Karena selama ini Vanya tak pernah meminta apapun kepada mereka selain untuk tidak bersedih dengan penyakitnya.

"Apa sayang? Anya mau bilang apa? sepertinya sangat serius." Daffa mewakili pertanyaan ke duanya. Vanya tampak menarik nafas dan tersenyum lembut.

"Vanya mau kuliah seperti Anka, boleh ya. Anya janji akan menjaga diri Anya. Ummah, baba dan Anka lihat sendiri, sudah setahun ini penyakit Anya tidak kambuh lagi." Ia menatap penuh permohonan dengan keinginannya. Ia ingin seperti gadis lainnya yang bisa berkuliah dan melanjutkan cita-cita. Walaupun ia tak tahu akan sampai di mana usianya.

Sebenarnya mereka pernah mendengar pertanyaan ini sebelumnya. Tepatnya satu tahun lalu saat mereka masih di USA. Vanya meminta untuk di izinkan kuliah jika mereka kembali ke Indonesia. Baik ummah dan babanya waktu itu tak menganggap permintaan putri mereka serius. Namun kini mendengar kembali permintaan itu membuat mereka tak kuasa menolak permintaan Vanya.

"Anya jangan buat ummah dan baba bingung. Anya tahukan kenapa..." Belum selesai Vanka berbicara, Vanya langsung memotong perkataan Abang kembarnya.

"Maaf Anka jika Anya memotong perkataan Anka. Anya tahu, Baba, ummah dan Anka jangan menghawatirkan kondisi Anya. Cukup dukung permintaan Anya kali ini. Kalian tahu, Vanya selalu iri dengan gadis-gadis di luar sana yang bebas melakukan apapun yang mereka inginkan. Ya walaupun ummah dan baba juga tidak membatasi aktivitas Anya selama di rumah. Tapi Anya juga ingin merasakan kehidupan normal kembali. Kalian janji akan menepati permintaan Anya di usia Anya yang ke dua puluh tahun jika Anya berhasil melawan penyakit Anya."

Vanya menggenggam tangan ummah dan babanya. "Jangan khawatir kan Anya. Ada Anka, Abi dan Hanan yang akan menjaga Anya di kampus. Anya akan kuliah di kampus Anka. Please... Anya janji tidak akan sakit lagi. Anya gadis yang kuat, Anya mohon Ummah, Baba. Anka ayo bujuk ummah dan baba." Vanya tak tahu lagi harus memohon seperti apa.

Vanka juga tidak tega melihat permohonan adik kembarnya. Ia tahu apa yang di rasakan oleh sang kembaran. Pasti di hati mungil Vanya, ia juga ingin bisa melakukan aktivitas seperti dirinya. Ia menatap ummah dan babanya memohon untuk Vanya. Ia berjanji akan menjaga Vanya di kampus nanti. Tatapan Vanka terlihat memohon. Namun sepertinya Baba dan ummah mereka harus mempertimbangkan kembali permintaan putri mereka.

Allahuakbar... Allahuakbar...

Suara azan berkumandang, membuat obrolan mereka harus tertunda. Vanya menunduk meninggalkan ummah dan babanya setelah mencium tangan mereka. Di susul oleh Vanka yang terlihat ingin menyemangati sang kembaran. Ia merangkul adik kembarnya hingga mereka tiba di depan kamar masing-masing.

"Jangan sedih Anya-nya Anka. Anka janji akan bantu Anya bujuk ummah dan baba." Vanka mengacungkan jari kelingkingnya. Vanya terlihat bersemangat kembali. Ia menautkan jari kelingkingnya dengan jari sang kembaran. Seketika senyuman manis Vanya kembali terlihat. Vanka mengelus kepala adiknya dengan sayang dan menyuruh adiknya untuk segera mengambil wudhu. Seperti biasa mereka akan shalat berjamaah.

"Udah sana wudhu. Kasian ummah dan baba nungguin kita." Vanka membukakan pintu untuk adik kembarnya. Vanya terlihat hormat kepada sang kembaran.

......................

Paginya mereka sudah di meja makan. Setelah semalaman Daffa dan Khalisa berdiskusi bersama Vanka untuk keinginan Vanya, akhirnya mereka memutuskan untuk mendaftarkan Vanya di kampus yang sama dengan Vanka dan dua sepupunya.

"Anya, setelah baba, ummah dan Vanka berdiskusi, kami memutuskan untuk mengizinkan Anya kuliah." Vanya langsung tersenyum lebar dan berdiri memeluk baba dan ummahnya secara bergantian.

"Terimakasih ummah, baba, muachh..." Ia mengecup pipi ummah dan babanya karena kesenangan.

"Tunggu dulu sayang, ada syaratnya. Anya tidak boleh menyembunyikan apapun dari kita semua jika Vanya tiba-tiba merasakan sakit." Vanya mengangguk semangat. Ia senang sekali akhirnya bisa kuliah, walaupun ia harus tertinggal empat semester dari kembarannya.

"Ummah sama baba saja ni yang mendapatkan terimakasih. Anka loh yang membujuk ummah sama baba." Vanya langsung mendekati Vanka dan memeluk kembarannya. Ia juga mendaratkan kecupan sayang di pipi Vanka. Ummah dan baba mereka hanya tersenyum melihat kedekatan ke dua anak mereka. Mereka berhasil mendidik keduanya menjadi saudara yang saling menyayangi. Bahkan Vanka akan menjadi orang pertama setelah ke dua orang tua mereka yang akan menangis jika tahu Vanya kenapa-kenapa. Apalagi saat Vanya berjuang melawan penyakitnya dua tahun lalu. Ia bahkan tak bisa berkonsentrasi belajar selama kuliah.

......................

Assalamualaikum sahabat Salju 🤍

Akhirnya siquel "Cerita Kita" hadir dengan cerita yang berbeda. Jangan lupa subscribe, like dan tinggalkan komentar ya. Agar author semangat untuk melanjutkan bab berikutnya. Terimakasih 🤗

1
Sulastri Oke86
bagus ceritanya
Sulastri Oke86
lanjut kak
Nurgusnawati Nunung
Siapa ya.. pria misterius itu.
Nurgusnawati Nunung
Vanka seperti baba Daffa, penyayang.
kalau shaka anak siapa ya thor?
Musim_Salju: Hayo anak siapa? nanti akan di spill ya kak🥰
total 1 replies
Sulastri Oke86
lanjut kak
Musim_Salju: di tunggu ya kakak cantik 🤗
total 1 replies
Nurgusnawati Nunung
lanjut thor..
Nurgusnawati Nunung
Alhamdulillah... semangat thor
Musim_Salju: always kakak🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!