"Pasti Bapak juga gak percaya, kan kalo saya masih perawan?"
"Iya saya gak percaya! Sebelum saya menikahi kamu."
_____
Bagi Tasila, Gezze itu menyeramkan. Dia tidak seperti laki-laki baik yang Ia idam-idamkan selama ini. Dia seorang duda kaya raya yang isu-isunya sempat terkena kasus KDRT sebelum bercerai dengan mantan istrinya.
Tapi, dibalik itu Gezze adalah penyelamatnya. Lebih tepatnya mereka saling menyelamatkan satu sama lain.
Gezze menikahi Tasila bukan tanpa sebab melainkan ada sebuah rahasia yang membuatnya tertarik kepada gadis itu.
Begitupun dengan Tasila, walaupun Ia menerima Gezze pada awalnya karena keterpaksaan namun, pada akhirnya Ia pun mulai menjadikan Gezze sebagai sosok pelindungnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Taktik Tasila
"Ta, saya pergi dulu ya,"
"Loh, pergi kemana Mas?" Tasila yang kini sedang menggoreng telor ceplok pun mengecilkan apinya dan berjalan menghampiri sang suami.
"Saya masih harus mengurus kantor cabang karena kantor itu amanat bagi saya,"
"Sebentar ya Mas saya buatkan bekal dulu biar Mas bisa sarapan di kantor." Tasila mengambil kotak bekal dan mengisinya dengan nasi dan telur.
"Ini Mas jangan lupa dimakan," Tasila memberikan kotak bekal itu kepada suaminya.
"Makasih nanti saya makan,"
"Hati-hati ya Mas. Saya gak mau Mas kenapa-kenapa lagi kaya waktu itu."
Tasila teringat waktu pertama kali Ia bertemu Gezze. Laki-laki itu sedang dalam keadaan terluka parah dibagian perutnya akibat tusukan pisau yang dilakukan secara spontan oleh orang misterius yang menerornya.
Waktu itu Gezze baru saja mengecek kantor cabang yang terus-menerus dihantam teror. Setelah selesai dengan pengecekan Gezze pun pulang menggunakan mobil BMW nya. Tanpa Ia sadari didalam mobilnya ada orang tidak dikenal yang menyusup masuk.
Ditengah jalan yang untungnya jaraknya sudah dekat dengan kantor pusatnya, Ia ditusuk dari belakang oleh orang tak dikenal tersebut dan terkena di bagian perut bawahnya. Orang itupun kabur begitu saja dalam sekejap mata bahkan tanpa Gezze tau sosok orang itu.
Gezze yang saat itu terluka parah memutus untuk meninggalkan mobil pribadinya dan berjalan tergopoh-gopoh melewati belakang kantor. Ia sengaja memilih jalan tersebut karena tidak mau semua karyawan melihatnya dalam keadaan seperti itu.
Ia yang sudah sangat lemah karena kehilangan banyak darah awalnya berfikir tidak akan selamat sebelum akhirnya Ia bertemu dengan seorang perempuan yang sedang ikut berteduh di teras kantornya yang ternyata bisa Ia mintai tolong.
Saat dirumah sakit dan Ia sudah sadarkan diri, akhirnya Gezze sadar jika perempuan yang menolongnya adalah perempuan yang selama ini sedang Ia cari.
"Iya sayang," Gezze mendekatkan wajahnya dengan ekspresi menggoda.
"Ih, Mas." Tasila memalingkan wajahnya berusaha menahan senyum.
Sontak hal itu membuat Gezze terkekeh geli dengan reaksi lucu istrinya.
"Baik-baik dirumah ya. Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumsalam." Tasila mencium punggung tangan Gezze sebelum laki-laki itu pergi.
Tasila memperhatikan kepergian Gezze sampai laki-laki itu benar-benar pergi dan tak terlihat lagi oleh pandangan matanya. Setelah dirasa sudah benar-benar pergi Ia pun mulai membuka handphonenya.
"Aku harus kerja disini. Aku harus cari uang sekaligus membantu masalah suami ku." Tasila mengangguk-angguk yakin.
****
"Bagaimana Sidik? Tedy?" Gezze melepas hoodie nya setelah sampai di ruang kantor.
"Berhasil Pak. Kita berhasil mengelabui mereka,"
"Tapi pekerjaan kantor masih tetap berjalan, kan?"
"Bapak tenang aja kita udah handle semuanya seperti yang Bapak minta," Gezze mengangguk-angguk.
"Tapi ingat istri saya tidak boleh sampai tau soal ini. Saya akan memberitahukannya jikalau waktunya sudah tepat dan situasinya sudah aman terkendali,"
"Baik Pak,"
"Saya permisi sebentar ya Pak mau fotocopy dokumen." izin Tedy dan dibalas anggukan oleh Gezze.
"Jadi gimana bro? Lo berhasil melakukan pendekatan sama istri lo?" Sidik mendekati Gezze.
"Berhasil. Gue sama dia makin deket sekarang," Gezze tersenyum mengingat beberapa kegiatannya bersama Tasila yang cukup menyenangkan.
"Cah ilah, baru kali ini gue liat lo senyum. Kayanya udah jatuh cinta akut nih," Sidik terkekeh pelan.
Gezze mendekati Sidik dan merangkul pundaknya.
"Istri gue emang sehebat itu Dik gimana gue gak jatuh cinta coba. 32 tahun gue hidup baru kali ini nemu cewek yang mau diajak susah. Gue kemarin ngasih dia uang 200 ribu__"
"Apa? Tega banget lo! Istri gue udah ngamuk banting galon piring gelas panci wajan kali kalo gue kasih segitu," Sidik menampilkan ekspresi terkejut akut.
"Dia gak marah Dik. Dia nerima dengan lafadz hamdalah,"
"Masyaallah kayanya istri gue harus kenalan deh sama istri lo,"
"Ide bagus tuh. Istri gue juga kayanya gak punya temen sejak aib masalalunya tersebar." Gezze menunduk merasa prihatin.
"Kapan-kapan kita makan bareng bawa istri masing-masing." Gezze mengangguk setuju dengan ide Sidik.
****
"Alhamdulillah aku keterima." Tasila yang kini dengan tampilan remake-nya keluar dari dalam sebuah kantor.
Kulitnya nampak lebih hitam, ada tahi lalat besar di dagunya, serta Ia menggunakan kacamata bulat.
Dahinya mengernyit saat atensinya terarah pada seorang wanita setengah baya yang nampak berjalan seluyugan.
"Astagfirullah Ibu, Ibu kenapa?" Tasila pun langsung menahan tubuh wanita itu dan memapahnya berjalan memasuki kantor.
"Saya gak papa cuma pusing aja. Terimakasih ya sudah membantu saya,"
"Iya sama-sama Bu," Tasila pun mengantar wanita itu hingga sampai di ruang kerjanya.
Tasila mendudukkan wanita itu dengan hati-hati keatas sofa.
"Nama kamu siapa? Pegawai baru?"
"Nama saya Natasila Bu, saya pegawai baru disini. Tapi baru besok mulai kerja di bagian marketing," wanita itu mengangguk-angguk faham.
"Saya Arin owner perusahaan ini tapi suami saya yang mengelola perusahaan ini." Tasila tersenyum sopan dan mengangguk-angguk.
'Jadi dia istrinya Mas Johan?' Batin Tasila.
"Kamu tidak usah bekerja di bagian marketing. Jadi asisten saya saja bagaimana? Saya butuh asisten yang cekatan seperti kamu." Tasila terdiam sejenak dan tersenyum miring dalam hati.
Melihat Tasila diam membuat Arin merasa bingung.
"Bagaimana Tasila?"
"Ah, boleh saja Bu saya apa saja mau yang penting kerja," Tasila menunduk sopan.
"Baik nanti saya beritahu pihak HRD untuk mengganti jabatan kamu,"
"Baik bu terimakasih."