Ketidaksengajaan nya bertemu seorang pria di sebuah pesta danca membuat nya terpaksa mengakui pria itu sebagai pacarnya, padahal dia tidak mengenal sama sekali pria tersebut.
Hingga dia dibuat terkejut ketika mengetahui bahwa pria yang dia sewa sebagai pacar semalamnya adalah Presdir diperusahaan tempatnya bekerja........
Aluna Agung Santoso, usia 25 tahun. Cantik. Periang. Somplak. Lucu dan ceroboh dia harus terikat hubungan dengan Presdir nya sendiri.
Alvaro Radiana Putra Zein, Pria matang berusia 30 tahun. Dia Presdir diperusahaan milik keluarga nya sendiri. Dia pria dingin tak tersentuh. Tak pernah tersenyum. Terkesan cuek dan sombong. Pertemuannya dengan seorang gadis mengubah segalanya, dia menjadi pria yang bucin tingkat dewa.
Bagaimana kah kisah mereka?
Yuk simak.
Ini sekedar hiburan jadi mohon bijak dalam menanggapi bacaan.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FitrianiYuriKwon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacarku Presdir-17
Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Setelah makan mereka berkumpul diruang keluarga. Sambil menikmati cemilan yang disiapkan oleh para pelayan.
"Gimana kerjaan kamu Lun?". Tanya Zein sambil mengambil satu cake dalam piring diatas meja
"Lancar Dad". Sahut Aluna ikut mencopot kue yang sama dipiring itu.
"Wah bagus. Daddy dengar kamu lolosin proposal senilai 5 M ya bareng Andre?". Imbuh Zein sambil mengunyah. Dari dulu dia memanh dekat dengan Aluna.
"Rencana sihhh Dad. Proyeknya mau diselesain selama tiga bulan. Saya sama Pak Andre yang hold semuanya". Jelas Aluna menyinggung Alvaro dan melirik kearah pria yang terlihat tenang-tenang saja.
"Hebat kamu". Puji Zein terkekeh. Aluna memang selalu bisa diandalkan "Baru kali ini lho Daddy dengar orang bisa nyelesain proyek selama tiga bulan". Tutur Zein lagi.
"Saya juga baru kali ini Dad. Impossible emang. Tapi nothing impossible kalau memang dikerjain". Timpal Aluna.
Jane memutar bola matanya malas. Selalu saja membahas pekerjaan.
"Apa gak ada pembahasan lain? Masa kerjasama mulu sihhh". Protes Jane pada Aluna dan Zein. Sementara Alya asyik dengan ponsel ditangannya dan Alvaro hanya menyimak.
"Hehehe. Maaf Mom". Aluna merasa kikuk.
"Gak perlu minta maaf sayang. Kamu gak salah. Mending kita bahas kapan kalian nikah aja". Seru Jane dengan semangat.
"Nikah?". Ujar Aluna dan Alvaro serentak.
"Nahhh benar tuhhh.... Kak Al dan Kak Na kan cocok banget serasi malah. Cepatin donk diresmiin hubungannya". Sambung Alya.
"Anak kecil diam". Hardik Alvaro menatap Alya tajam.
Alya mencebik kesal "Kapan lagi Kak. Kakak tuhh udah tua. Masa aku harus nungguin Kakak sampe nenek-nenek. Aku juga pengen nikah". Omel Alya. Peraturan dikeluarga mereka harus yang lebih tua menikah duluan baru disusul yang muda.
Aluna menelan ludahnya kasar. Jangan sampai ketahap yang lebih serius. Mati kutu dia. Apalagi derajat mereka yang jauh berbeda. Akan membuat perbandingan yang jauh.
"Iya Al. Apa yang dibilang Mommy dan adik kamu benar. Kalian juga sudah sama-sama dewasa". Tungkas Zein menyambung. Kali ini dia setuju karena Aluna memang menantu idaman.
"Secepatnya". Jawab Alvaro singkat. Dia menatap Aluna yang sudah salah tingkah "Bukan begitu sayang??". Alvaro merangkul bahu Aluna. Tak lupa mengedipkan mata jahil kearah gadis itu.
"Nahhh gitu donk". Seru Jane semangat.
"Gimana sayang? Apa kamu setuju kalau kalian tunangan dulu. Atau mau langsung nikah?". Cecar Jane tak sabar menatap calon menantunya
Mereka menatap Aluna menanti jawaban dari gadis cantik itu.
"Hemm. Gini Mom. Sebenarnya gak apa-apa kita tunangan. Tapi kita kan baru pacaran. Maksud Aluna gini, kita jalanin dulu. Kenalan dulu, terus kalau emang yakin gak salah buat lanjut ke tahap yang lebih serius". Jelas Aluna sedikit pelan takut menyinggung.
Jane dan Zein tersenyum bangga. Alvaro memang tidak salah pilih. Aluna pasti gadis baik-baik yang tidak mengincar hartanya saja.
Sedangkan Alvaro menatap datar. Kenapa dia kecewa dengan jawaban Aluna? Ada apa dengan hatinya?
"Ya udah gini aja Kak Na. Kak Al dan Kak Na, tunangan aja dulu. Nikah nya ntar aja kalau udah yakin. Gimana?". Saran Alya.
"Boleh juga". Sahut Zein dan Jane bersamaan.
"Gimana?". Tanya Jane menatap Aluna dan Alvaro yang hanya diam membisu.
"Aku setuju Mom". Jawab Alvaro yakin.
"Aluna?".
Mereka menatap Aluna dengan senyum penuh harap. Sudah lama menantikan calon menantu keluarga Zein ini
"Aluna juga setuju". Sahut Aluna pelan hampir tak terdengar.
"Ya udah kalian berdua siap-siap ya... Na, nanti Daddy dan Mommy akan bertemu kedua orangmu tolong kasih tahu mereka yaaa". Ucap Zein.
"Iya Dad".
"Yeeeiii. Akhirnya aku punya Kakak ipar". Alya memeluk Aluna "Selamat datang Kakak ipar". Senyum Alya.
"Makasih adik ipar". Senyum paksa Aluna. Sedangkan Alvaro tersenyum penuh kemenangan. Dia akan menjerat gadis itu dan membuatnya bertekuk lutut dikaki Aluna
"Tapi.........".
"Tapi kenapa Kak?". Mereka semua menatap Aluna.
"Dad, Mom. Aluna bukan berasal dari keluarga berada. Maaf yaaa". Aluna menunduk tak nyaman.
Jane malah memeluk Aluna dengan bangga "Gak apa-apa sayang. Kita gak mempermasalahkan harta dan jabatan. Yang penting kamu bahagia bersama Al". Ujar Jane melepaskan pelukkannya.
.
.
.
.
Diperjalanan pulang Aluna terus mengerutu kesal. Tidak. Dia tidak mau bertunangan dengan Presdirnya sendiri. Apa kata dunia?
"Pak, gimana donkkk. Bapak jangan diem aja, kita tuhh disuruh tunangan Pak?". Aluna menyandarkan tubuhnya lemes dijok mobil.
"Ya udah tunangan aja". Sahut Alvaro santai tanpa beban
Aluna mencebik kesal "Pak, ingat kita itu cuma pura-pura, bukan beneran. Bapak gimana sihhh?". Gerutu Aluna
"Ya trus saya harus apa Aluna?? Gak mungkin saya ngomong jujur kalau kamu pacar boongan saya. Orangtua saya pasti kecewa. Kamu mau buat mereka kecewa. Daddy punya riwayat penyakit jantung. Kamu mau penyakit jantung Daddy kambuh gara-gara tahu semuanya?".
Aluna menggeleng dengan cepat. Dia tidak mau membuat orang lain celaka karena dirinya.
"Lagian apa yang salah sihh kalau kita tunangan?". Tanya Alvaro heran pada gadis disampingnya ini.
"Ya jelas salah lah Pak. Kita gak saling cinta. Saya tuhh pengen nikah sama cinta pertama dan laki-laki yang saya cintai". Ujar Aluna.
Alvaro terdiam. Kenapa dia sakit mendengar penolakkan Aluna? Apa mungkin benar jika sesungguhnya dia sudah jatuh cinta pada gadis penyewa itu.
"Kenapa kita gak coba aja buat saling jatuh cinta?". Saran Alvaro.
Aluna tertawa garing. Bahkan mobil Alvaro penuh dengan tawa Aluna yang memekik. Alvaro sampai bergidik ngeri mendengar tawa gadis disampingnya ini. Sungguh tidak menjaga image sama sekali.
"Bapak kalau ngomong jangan ngaur deh". Ujar Aluna masih tertawa.
"Emang kenapa?". Tanya Alvaro ingin tahu.
"Pak kita jauh beda banget Pak. Kagak cocok. Ya emang sihh saya cantik. Tapi yaa gak cocoklah sama Bapak. Bapak tuhh cocoknya sama model, artis, anak pengusaha, kalau ada anak Mentri malah bagus Pak. Sama saya mahh jauhh". Celetuk Aluna. Dia tidak tahu saja jika ucapannya itu membuat pria disamping nya menatapnya dengan dalam.
"Pokoknya kita gak cocok Pak". Sambung Aluna lagi.
Alvaro hanya diam. Dia memfokuskan pikirannya untuk menyetir. Padahal hatinya gelisah tak menentu. Bagaimana jika Aluna benar-benar tidak mau bertunangan dengannya?
Sampai dirumah nya. Aluna langsung turun.
"Na". Rayyan menjadi satpam didepan rumah Aluna. Dia panik saat gadis itu belum kembali.
"Kak Ray". Senyum Aluna.
Alvaro ikut turun dari mobil. Dia tidak akan membiarkan Rayyan mendekati Aluna.
"Sayang aku pulang ya. Langsung tidur, jangan begadang gak baik buat kesehatan mu. Sampai ketemu besok".
Cupppppppppppppppp
Mata aluna membelalak saat Alvaro mengecup keningnya dengan lembut. Ingin rasanya dia mendorong tubuh Presdir mesum itu. Namun dia juga tidak tega, bisa-bisa besok dia langsung dipanggil.
"Iya". Aluna mendorong tubuh Alvaro agar menjauh "Hati-hati". Pesan Aluna memaksakan senyum.
Sedangkan Rayyan menahan hatinya yang berdesir hebat. Seolah-olah darah didalam tubuhnya ikut memanas bersama hatinya yang juga terasa begitu memanas.
Bersambung.....