NovelToon NovelToon
Jodoh Kedua Dari Wasiat Suamiku

Jodoh Kedua Dari Wasiat Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:143.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

#Turun Ranjang

"Aisyah, jika aku pergi lebih dulu. Aku, ingin kamu menikah lagi dengan adikku, Galih."~Lucas Edward Hosea.

Istri mana yang tak terkejut saat mendengar ucapan suaminya, ketika menyuruh dirinya untuk menikah lagi. Hal itulah yang dirasakan Aisyah ketika Lucas memintanya untuk menikah lagi dengan sang adik, Galih.

Galih sebagai adik ipar sekaligus paman dari kedua keponakannya terpaksa menerima wasiat dari kakaknya, Lucas dan menikahi Aisyah.

Akankah, Aisyah bertahan dalam pernikahan keduanya itu atau Aisyah akan menyerah dan berpaling dari Galih suami keduanya?

Yuk, simak kisah mereka di Jodoh Kedua Dari Wasiat Suamiku!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jodoh Wasiat-16

Matahari bersinar terang melalui jendela kaca ruang inap Rezi. Rezi yang baru saja menjalani pengobatan, terlelap dengan tenang di ranjangnya. Di samping ranjang, Galih yang tertidur pulas di kursi terbangun oleh sinar matahari yang menyilaukan.

Galih mengusap matanya dan menatap sekeliling, lalu pandangannya tertuju pada pemandangan yang belum pernah dia saksikan sebelumnya. Di sudut ruangan yang lain, Reza, kembaran Rezi, tertidur dengan nyenyak di pelukan Aisyah, di sebuah sofa panjang. Wajah Aisyah yang lelah nampak damai saat dia tidur bersama anaknya yang jarang dia temui itu.

Galih merasa bingung dan penasaran, karena dia tak tahu kapan Aisyah datang ke rumah sakit. Saat Aisyah datang, Galih dan yang lain sudah terlelap dalam tidur mereka. Galih berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya, tetapi tak ada ingatan yang membantu menjawab kehadiran Aisyah di sana.

Galih pun memutuskan untuk menghampiri Aisyah dan Reza yang sedang tidur, berjalan pelan agar tak mengganggu istirahat mereka. Saat Galih semakin dekat, dia bisa melihat ekspresi wajah Aisyah yang penuh kasih sayang dan kelelahan.

Tiba-tiba, Aisyah terbangun dan menatap Galih yang berdiri di sisinya. Galih tersenyum kecil, mencoba memberikan kekuatan pada Aisyah melalui tatapannya. Aisyah pun membalas senyuman itu, meskipun hanya sekilas tetapi Galih tahu jika Aisyah baru saja mengucapkan terima kasih untuk apa yang telah Galih lakukan malam tadi.

Galih berbalik dan ingin pergi meninggalkan ruangan itu. Tetapi, Rezi terbangun yang membuat langkah Galih terhenti di depan pintu ruangan.

"Daddy," panggil Rezi lembut, suaranya terdengar lemah tetapi begitu jelas. Mendengar panggilan itu, jantung Galih berdegup kencang, tak menyangka dia akan mendengar kata itu dari mulut keponakannya.

Galih menoleh, masih tak percaya bahwa Rezi benar-benar memanggilnya dengan sebutan Daddy. Dia melihat Rezi yang kini sudah bangun dari tidurnya, duduk di ranjang pasien dengan selang infus masih tertancap di punggung tangannya. Matanya yang sayu menatap Galih penuh harap.

"Daddy," ucap Rezi sekali lagi, kali ini dengan suara yang lebih jelas. Galih tersadar bahwa Rezi memang benar-benar memanggil dirinya dengan sebutan itu, bukan mengigau atau teringat pada Lucas, ayah kandung Rezi yang telah meninggal. Senyuman kecut terukir di wajah Galih, mencoba menahan perasaan terharu dan sedih yang menerpa hatinya. Dia berjalan mendekati Rezi, duduk di tepi ranjang, dan mengelus kepala keponakannya itu dengan lembut.

"Ya, Sayang. Ada apa?" tanya Galih dengan suara pelan yang berusaha dia jaga agar tetap tenang.

Rezi tersenyum tipis, "terima kasih, Daddy. Aku tahu Om bukan Daddy ku. Tetapi, Om selalu ada untukku. Bolehkah aku menganggap Om sebagai Daddy ku?" Air mata Galih mulai menggenang di pelupuk matanya. Tetapi, dia berusaha menahannya agar tidak jatuh. Dia tidak ingin menunjukkan kelemahan di depan Rezi yang sedang berjuang melawan sakitnya.

"Ini sudah kewajibanku, Rezi. Aku akan selalu ada untukmu, seperti yang dijanjikan Daddy mu,"ucap Galih dengan suara bergetar, berusaha menenangkan hatinya yang terus berkecamuk.

Sementara Aisyah yang juga berada di dalam ruangan itu ingin sekali memberontak dan berteriak serta membantah segala keinginan anaknya. Tetapi, Aisyah sadar kini Rezi sedang tak sehat. Aisyah tak ingin melukai hati sang anak dengan menolak setiap permintaannya, dengan berat hati Aisyah memilih diam dan melawan rasa sesak di dadanya. Tangannya terkepal kala melihat dua orang itu yang terus bersikap saling melengkapi. Padahal, saat ini hati Aisyah sedang meronta-ronta ingin menolak semua keinginan Rezi.

Pada saat itu, Galih tahu bahwa hubungan mereka bukan hanya sebagai paman dan keponakan, melainkan lebih dari itu. Tetapi, Galih tak memiliki pilihan lain selain menutupi perjanjian dia dan Aisyah dari kedua anaknya. Galih tak ingin membuat masalah baru lagi untuk Aisyah.

Galih berdiri dan berkata, "aku ingin berbicara denganmu,"dia melirik sekilas ke arah Aisyah. Wanita itu hanya menuruti dengan raut wajah yang dingin dan segera pergi menyusul Galih yang lebih dulu pergi. Senyuman Rezi terukir indah dari raut wajahnya.

Di luar ruangan. Aisyah melihat Galih yang sedang menunggunya.

"Aisyah aku tahu kamu takkan setuju dengan ucapan Rezi dan semua permintaannya. Bisakah, kali ini saja kamu tidak egois dan membiarkan hubungan ku dan Rezi baik-baik saja? Aku berjanji takkan menganggu kehidupanmu. Meskipun kita tinggal satu rumah, aku bisa melupakan jika aku mengenalmu. Ini semua demi Reza dan Rezi, mereka adalah keponakan ku anak dari Kakakku. Aku tak tega melukai hati mereka dengan menolak permintaan Rezi, kali ini ku mohon padamu, Aisyah!"

Galih terduduk di lantai rumah sakit, dan berlutut di depan Aisyah yang membuat wanita itu terkejut dengan sikap Galih.

Aisyah mengepalkan kedua tangannya menatap Galih penuh dengan berbagai macam pertanyaan yang muncul di benaknya. Tetapi, Aisyah tak bisa menebak apa yang ingin Galih lakukan selanjutnya.

"Ku mohon...."tumpah sudah air mata Galih, dia sudah tidak bisa menahannya lagi. Galih adalah pria yang lembut dan penuh senyum. Tetapi, semenjak kehilangan Kakaknya, Galih merasa telah kehilangan separuh jiwanya. Kini yang Galih miliki hanya dua ahli waris keluarga Hosea selain itu Galih tak memiliki siapapun lagi, Aisyah tak mungkin dapat di milikinya. Wanita yang memiliki benteng setinggi langit itu takkan mampu bisa ditaklukkan olehnya. Galih sadar akan itu.

"Aku setuju,"ucap Aisyah pelan. Galih langsung melebarkan kedua bola matanya tak menyangka Aisyah begitu murah hati akan menerima permintaannya.

"Aku setuju demi anak-anakku. Tetapi, ingat! Kamu takkan pernah menjadi bagian dari hidup kami, kecuali hanya menjadi paman mereka. Jangan pernah memaksa untuk menggantikan posisi Daddy mereka di hati anak-anakku,"setelah mengatakan itu Aisyah berbalik dan kembali menemui kedua anaknya. Galih mengepalkan kedua tangannya dan berdiri dengan tegak. Menatap punggung wanita yang begitu keras kepala menolak takdir yang telah digarisi di hidupnya.

1
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!